Chapter 4

813 93 5
                                    

Gaara duduk dalam diam menatap hidangan yang sudah tertata rapi di hadapannya. Sejak tiga puluh menit kedatangannya, ia hanya duduk diam menatap datar pada Kankuro yang kini tengah melahap hidangannya. Seolah makanan di hadapannya sama sekali tidak menggugah selera. Itu yang terlintas dibenak Temari saat melihat adiknya itu tidak menyentuh sama sekali sarapan buatan tangannya. Tapi semua makanan dihadapannya adalah makanan kesukaan Gaara.

Semenjak mengetahui Kankuro menyetujui permintaan Gaara dan mengajak pemuda itu sarapan untuk membicarakannya, Temari sendirilah yang turun tangan menyiapkan makanan untuk sarapan pagi itu. Ia sengaja menyiapkan semua makanan yang diketahuinya adalah makanan kesukaan Gaara, atau lebih tepatnya makanan yang bisa dimakan oleh Gaara. Daging. Hanya daging yang bisa dimakan oleh Gaara dan harus dimasak setengah matang. Semua makanan dihadapannya saat ini sudah dimasak sesuai selera Gaara dan tidak ada yang salah dengan apa yang telah dibuatnya, tapi kenapa adiknya tersebut tidak mau menyentuhnya sama sekali.

"Kenapa tidak dimakan?"
Sebelum Temari sempat mengeluarkan suaranya, suara bariton milik Kankuro sudah lebih dahulu terdengar. Wanita itu menoleh ke arah pria yang kini menatap Gaara seolah menanti jawabannya.

"Tidak usah pedulikan aku. Kalau mau makan, makan saja." Gaara menjawab datar, membuat Temari hanya mampu menatapnya dengan sedih.

"Lalu untuk apa kau turun dan duduk di hadapanku?" balas Kankuro dengan nada bicara sedikit sinis. Temari menoleh terkejut mendengar kata-kata Kankuro.

"Aku tidak menyuruhmu turun hanya untuk melihatku makan,"

"Kankuro?!"

Kali ini Temari agak takut ucapan Kankuro menyinggung Gaara.

"Aku tidak akan turun hanya untuk melakukan sesuatu yang tidak jelas," jawab Gaara datar.

"Kita sedang sarapan Gaara, ini bukan sesuatu yang tidak jelas," balas Kankuro sedikit menaikan suaranya. Temari mulai khawatir.

"Jangan membuang-buang waktuku! Cepat katakan apa yang ingin kau katakan!" perintah Gaara datar.

"Kalau kau memang tidak ingin waktumu lebih terbuang lagi, segeralah habiskan sarapanmu. Karena aku akan mengatakan keputusanku setelah kau menghabiskan sarapanmu!" jawab Kankuro datar mengacuhkan kilat amarah yang sekilas terpancar dari mata Gaara. Setelah beberapa saat diam, tangan Gaara mulai bergerak perlahan menyentuh pisau dan garpu dihadapannya.

"Kenapa aku harus menerima kerjasama itu?" tanya Kankuro setelah Gaara memasukan satu suap daging steak dihadapannya. Kankuro menatap Gaara lekat sesaat setelah mengunyah daging itu. Napasnya memberat. Dia terlihat bernafsu untuk memakan semua daging itu. Belum habis potongan kecil daging steak tadi dia sudah mulai menyuapkan lagi potongan yang lain yang jauh lebih besar. Kankuro mendesah menatapnya. Selalu seperti itu. Gaara sudah akan memakan potongan besar daging steak lagi saat suara Kankuro membuatnya tercekat seketika.

"Apa karena gadis berambut pink kemarin?"

Garpu yang berisi potongan besar daging berhenti di udara. Ucapan Kankuro membuyarkan nafsu untuk memakan daging steak di tangannya dan berganti dengan sebuah bayangan seorang gadis berwajah cemberut yang dilihatnya kemarin dan itu membuatnya menyeringai tanpa sadar. Sebuah seringai yang mengantarkan efek kejut ringan pada Temari. Ia menoleh menatap Kankuro yang masih diam menatap perubahan Gaara yang kini menaruh perlahan garpu yang tadi dipegangnya, membuat Kankuro tercekat karenanya. Ia melirik Temari yang juga sedang menatapnya penuh arti sebelum kembali menatap Gaara.

"Apa gadis pink itu yang membuatmu ingin melanjutkan kerjasama ini?"

Suara Kankuro menarik kembali Gaara dari khayalannya. Seringainya hilang berganti dengan sebuah tatapan datar.

MONSTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang