HARMONI | PART 6

817 104 1
                                    

Tiga mahasiswa yang berhasil keluar dari gedung kampus yang sudah terkena wabah virus. Dua orang laki-laki dan satu orang perempuan, mereka berjalan di jalanan yang sepi sambil berjaga-jaga dengan senjata mereka.

Diketahui wabah menyebar saat pagi sekitar jam 8, dan kini sudah jam 12 siang. Wabah itu memang menyebar di kota lebih awal untuk penyebab mereka tidak tahu. Kini wabah itu sudah lebih banyak menyebar di kota dan para tentara dan polisi seperti nya tengah membuat perbatasan agar zombie tidak menyebar sampai ke kota lain.

Kini kota Jakarta yang begitu indah dan selalu banyak di kunjungi orang-orang asing, sekarang telah menjadi kota zombie. Kota yang kini ditakuti oleh semua orang yang berada di kota zona aman.

Kembali dengan tujuan 3 orang mahasiswa itu, mereka kini bersembunyi di sebuah toko bunga yang sepi. Kedua teman nya hanya bisa mengikuti kemana langkah satu teman nya itu.

"Ben, lo yakin bakal pergi ke SMA Rajawali? Kenapa kita gak ke karantina aja sih?" kata Jehan, dia merengek kepada teman nya itu agar mereka meminta bantuan kepada para tentara untuk ke tempat karantina yang pasti aman dari para zombie.

"Iya, tapi gue mau selamatin Beila. Sebelum kita ke sana, gue gak mau pergi dengan selamat tapi adik gue enggak." ujar Ben tegas.

Jehan mencibir, "pas kemarin-kemarin aja lu cuek banget, gak perdulian, bodo amatan, lah sekarang tiba-tiba berubah sok gak mau kehilangan."

Ben terdiam, apa yang ia lakukan kepada Beila itu memang salah dan kejam. Tapi entah kenapa dengan hadir nya wabah, ia benar-benar takut kehilangan adik nya itu. Bahkan saat pertama kali ada wabah di kampus nya ia langsung teringat pada Beila dan bergegas keluar kampus diikuti teman-teman nya, jadi bukan salah nya kan jika kini mereka mengikuti nya terus.

"Ya nama nya juga manusia, Han. Semua nya bisa berubah sewaktu-waktu." celetuk Siska, gadis yang hanya diam saja seraya memainkan bunga-bunga itu.

"Ya tapi berubah nya aneh pas ada musibah doang." cibir Jehan lagi. Ben hanya bisa menghela nafas, ia tak menghajar Jehan selain karena Jehan teman nya apa yang dibicarakan oleh nya juga benar.

Jehan berjalan-jalan melihat toko yang isi nya semua bunga. Tapi saat membuka knop pintu, dia melihat ruangan. Karena penasaran Jehan masuk kedalam ruangan tersebut, ternyata ia menemukan sesuatu disana. Jehan kembali keluar untuk memberitahu teman nya.

"Woi, sini deh!" titah Jehan semangat membuat Siska dan Ben yang sedang mengobrol langsung berjalan kearah nya.

"Anjir ini toko bunga ternyata ilegal, ada pistol cok!" sungut Jehan begitu berbinar melihat banyak pistol di sebuah kaca, ia bisa gunakan senjata itu dari pada menggunakan balok kayu.

Sama halnya dengan Ben yang berbinar melihat banyak pistol. Kemudian dia menatap sekeliling ruangan yang tidak ada orang satu pun. Toko ini begitu sepi.

"Sayang banget dikunci," ucap Siska mendengus.

Ben melihat balok kayu yang ia pegang kemudian dia langsung memecahkan kaca yang menjadi penghalang mereka mengambil pistol. Begitu kaca pecah mereka langsung mengambil pistol sekaligus peluru nya. Masing-masing mengambil satu.

"Masing-masing ambil satu," ucap Ben seraya mengisi peluru kedalam pistol.

"Kita ambil beberapa lagi deh, buat temen-temen nya si Beila gitu siapa tau mereka masih hidup." kata Jehan menatap Ben seolah meminta izin. Padahal tak perlu izin karena pemilik nya bukan Ben.

"Yaudah ambil aja terus masukin tas,"

"Nih gue bawa tas, masukin sini aja." sahut Siska, dia mengambil ransel nya yang ia gendong itu. Jehan memasukkan 3 pistol kedalam ransel Siska.

Harmoni  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang