Chapter 3

15 4 0
                                    

Scene di chapter ini agak begitulah😁hati-hati aja, ya😉.

"Woah, kalau malam ternyata jauh lebih cantik, ya?"

Ha Na memuji pemandangan indah menara Eiffel di malam hari. Jae Hyun sengaja mengajak ke tempat ikonik negara Perancis itu saat gelap agar sensasinya berbeda. Rencananya berhasil, Ha Na terus mengamati menara tersebut dengan ekspresi kagum.

Jae Hyun memeluk tubuh mungil Ha Na dari belakang, juga membuka bagian depan mantelnya supaya dapat melindungi wanita itu dari terpaan angin malam. Ha Na menyunggingkan senyum tatkala mendapat perlakuan romantis dari Jae Hyun. Lalu dia melakukan kebiasaannya untuk menghadiahi lelaki itu dengan sebuah kecupan di pipi berdimple tersebut.

Mereka saling tatap kemudian dengan tarikan bibir ke samping menyertai.

"Terimakasih, Jae Hyun. Kau selalu tahu caranya membayar perasaan burukku. Wanita lain pasti akan iri padaku karena lelaki sepertimu hanya ada satu dan hanya milikku."

Jae Hyun tertawa, dirinya menatap kembali menara di hadapan mereka.

"Jung Ha Na kan memang bahagianya karena hal-hal seperti ini. Itu membuatku ingin menjadi pasanganmu sampai berapa kalipun fase kehidupan manusia yang Tuhan siapkan."

Ha Na menekan pelan rahang suaminya sehingga pipi mereka saling menempel. Mereka bertahan dalam posisi itu hingga beberapa waktu.

.

Ha Na sibuk menyisir rambutnya ketika listrik tiba-tiba padam. Dia sempat berteriak tertahan saking kagetnya.

"Jae Hyun..."

Panggil Ha Na lirih pada suaminya yang sedang berada di kamar mandi. Kegelapan membuat Ha Na tak nyaman. Sejak kecil wanita itu akan merasa sesak napas kalau lampu-lampu mati pada malam hari. Itu sebabnya Ha Na tak pernah tidur dengan lampu mati.

Ha Na berdiri perlahan dengan tangannya yang meraba-raba benda-benda di sekitarnya. Berharap dapat menemukan ponsel sebagai alat penerangan sementara. Namun, Ha Na tak kunjung menemukannya.

Dia akhirnya berjalan menuju arah kamar mandi berbekal keyakinan. Bagaimanapun ini hotel bukan apartemen Jae Hyun. Ha Na mengetuk pintu kamar mandi seraya memanggil Jae Hyun.

"Kau belum selesai mandinya? Aku takut, Jae Hyun."

Tidak ada sahutan, seketika Ha Na  gelisah. Dia kembali mengetuk pintu kamar mandi.

"Jae Hyun, jawab aku. Lampunya mati. Apa kau masih lama?"

Ha Na mulai merengek. Sedangkan di dalam sana, Jae Hyun yang telah selesai dengan kegiatannya malah diam-diam tertawa. Istrinya sangat lucu saat ketakutan, sehingga dengan sengaja dia tak menyahut.

"Aku tidak menemukan ponselku. Ayolah, Jae Hyun."

Mendengar Ha Na hampir menangis, Jae Hyun membuka pintu kamar mandi.

"Jae Hyun?"

Lagi-lagi lelaki itu diam. Dia menuntun Ha Na menuju ranjang lalu membaringkan wanita itu dengan lembut. Walau takut, Ha Na menurut saja diperlakukan demikian.

"Jae Hyun? Kau baik-baik saja, kan? Kau tidak bicara apapun sejak tadi. Kau membuatku takut, kau tahu aku tidak suka kegelapan."

Jae Hyun memutari ranjang, dia ikut berbaring di samping Ha Na. Kemudian pria dua anak itu menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua.

"Demi Tuhan, ada apa denganmu, Jae Hyun?"

Ha Na sampai bangkit dari posisi sebelumnya, dia yakin itu Jae Hyun. Mengingat aroma khas tubuh lelaki itu menyerbu hidung sejak mereka masih di depan kamar mandi tadi. Tapi mengapa Jae Hyun tidak mengatakan sepatah katapun?

Annyeong Sunbae (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang