Sudah terlalu lama Renjun menatap tajam pada Beta yang sekarang resmi menjadi pasangan jiwanya. Otaknya mendidih, dongkol. Masih tak terima dengan jalan takdirnya yang sedemikian.
Sedangkan dilain sisi, Jaemin seperti tak merasa terganggu dengan hawa mencekam yang meliputi sang omega, dia terus melanjutkan pekerjaannya, merapikan kekacauan yang diperoleh dari hari pertama kepindahan mereka dirumah itu.
Jaemin dengan telaten membersihkan rumah, menata furnitur dan menyusun semua keperluannya dilemari kayu kamar mereka. Dengan mata besarnya yang melirik sesekali pada omega yang tetap saja betah menatap tajam padanya walau telah banyak jam terlewat.
Jaemin menyusun semua baju-bajunya tanpa terkecuali kedalam lemari di kamar mereka. Masih banyak ruang yang kosong, karena Renjun sedari tadi belum menyusun barang-barangnya.
Jaemin melirik tas besar disebelah ranjang, tentu saja itu kepunyaan Renjun. Lantas mengapa dia belum juga menyusun laporan barang-barangnya? apakah omega bangsawan ini sangat manja dan harus dilayani sepanjang hidupnya? keluh Jaemin dalam hati.
Berdecak, kakinya melangkah mendekati sang empu.
"Apakah semua keperluan mu harus aku juga yang membereskannya, tuan muda?" sarkas Jaemin.
Mata rubah Renjun terbuka lebar, terkejut mendengar Jaemin berani menyindirnya dengan terang-terangan seperti ini.
Lidahnya bersilat dalam mulut, memikirkan kata menyakitkan apa yang akan dia berikan pada Beta menyebalkan didepannya kini.
"Ahh, tentu saja tidak, pangeran. Aku hanya masih tidak menyangka, harus terperangkap dengan Beta sepertimu, selamanya." ucap Renjun dengan seringai dibibirnya.
Dia yakin berhasil membuat pria didepannya mati kutu sekarang.
Yang diduga ternyata salah, Jaemin bukanlah Beta kebanyakan yang akan ciut mendengar sindiran membosankan itu. Beta itu malah maju selangkah kerna merasa tertantang.
Matanya menyalak pada mata berkilau milik Renjun, memberi sugesti menakutkan agar setidaknya omega kecil ini tahu bagaimana cara menghormati belahan jiwanya sekarang.
"Ohh ya? berarti kita dalam posisi yang sama. Atau bahkan aku yang paling menderita disini? bagaimana mungkin putra bungsu raja menikahi omega yang tak mempunyai sopan santun seperti mu." hardik Jaemin dengan rasa puas.
Kini dia bisa melihat Renjun yang memicing tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Badan Renjun yang terpaku tak Jaemin hiraukan. Dia lebih memilih mengambil tas besar disamping Renjun, lalu mengeluarkan isinya, menyusun pakaian Renjun ke lemari.
Renjun masih dengan keterkejutannya ketika Jaemin menjentikan jarinya didepan Renjun.
"Barangmu sudah ku bereskan, sekarang saatnya membalas budi. Siapkan aku air panas!" ucap Jaemin asal, badannya diistirahatkan disamping Renjun begitu saja.
Renjun tak mengerti dengan sistem otaknya sekarang, karena dengan relanya bangkit demi melakukan perintah Jaemin.
Setelah pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan ketika mereka sudah terikat sepenuhnya, harusnya Renjun sadar, Jaemin bukanlah beta yang mudah dia campakkan begitu saja.
Jaemin adalah pisau bermata dua, jika salah pegang, maka dia yang akan kena.
Setelah selesai menyiapkan air panas untuk Jaemin, langkahnya kembali ke kamar. Menemukan Jaemin yang rupanya sudah hampir menuju alam mimpi.
Tangan Renjun dengan lancangnya menarik rambut Jaemin kuat hingga kepalanya mendongak keatas, kesakitan.
"Air sudah hamba siapkan, pangeran. Silakan." ucapnya dengan senyum manis di bibir.
Jaemin menatapnya beberapa detik sebelum bangkit dari tidurnya, lalu meraih handuk.
"Terima kasih pelayan." katanya sebelum mencapai ujung pintu.
Renjun hanya tersenyum masam, dalam hati membatin jika dia harus membalas dua kali lipat dari ini, nanti.
Setelah berendam, Jaemin keluar dengan bathrobe yang menutupi tubuhnya yang masih basah.
Dia lupa mengambil bajunya sekalian tadi.
Dengan santai dia ambil bajunya, tanpa memperdulikan tatapan Renjun padanya.
"Apa kau tergoda dengan tubuhku?
sexy 'kan?"
Renjun mengerut samar, hehh dia baru menemukan spesies seperti Jaemin ini, begitu narsis. Menjijikan, cibirnya.
"Ya, tapi bukan selera ku." jawabnya.
Sekarang dada Renjun membusung maju, terlihat sangat angkuh.
"Syukurlah." Jaemin menanggapi sekenanya. Karena jujur saja, meladeni Renjun, sangat menguras tenaga.
"Jadi– siapa yang akan tidur dikasur?" tanya Jaemin setelah memakai bajunya.
"Tentu saja aku." Renjun merentangkan tangannya ditengah-tengah kasur besar mereka.
"Ayolah, aku sudah lelah," Jaemin mengeluh, pantatnya mendarat diujung kasur.
"Kita berdua tidur dikasur,"
Jaemin menggeleng.
"Kau tidur dilantai bagaimana? besok akan ku beli satu kasur lagi untukmu," tawar Jaemin dengan senyum manisnya, biasanya jika sudah tersenyum seperti itu Jaemin akan lebih mudah mendapatkan apa yang dia mau.
Tapi naasnya, Renjun mendengus.
Omega mungil itu malah tidur ditengah-tengah kasur sambil merentangkan tangannya.
"Jika kau mau tidur dikasur, maka kita harus berbagi. Tapi jika kau tidak mau, terserah. Masih tersisa ruang tamu untuk mu malam ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Citrus can't hold me
FantasyRenjun tidak bisa berbuat apa-apa, selain menerima pernikahannya dengan Beta yang tak pernah dia harapkan. #bxb: jaemren omegaverse © copyright Langit
