Prasangka

1.2K 144 25
                                        

Setelah menginap selama dua hari dikerajaan Artchkels, Jaemin dan Renjun sudah saatnya kembali ke wilayah mereka. Masih banyak pekerjaan dan rakyat yang menunggu, mereka tidak bisa terlalu banyak menyia-nyiakan waktu.

Kini Renjun tengah duduk berhadapan dengan Jaemin didalam kereta kuda. Sambil sibuk mengunyah kacang kenari, dan megeluarkan suara kunyahan yang sangat mengganggu bagi Jaemin.

Dirinya semalaman menyusun rencana, penanggulangan sumur di wilayah mereka, agar rakyat Lacndres kota kepemimpinan Marquis, bisa hidup dengan tentram tanpa harus berjuang melawan penyakit.

Jadi kini matanya sudah tidak punya tenaga untuk terbuka, ditambah suara kunyahan Renjun membuatnya sakit kepala. Sungguh, baru ini Jaemin menemukan orang yang mengunyah makanan seberisik itu.

"Apa kau tidak bisa mengunyah lebih lembut?" sinis Jaemin, tangannya terlipat rapi didada, dengan punggung yang menyandar.

"Memangnya ini bubur?" tanya Renjun cuek, kini dirinya memasukkan segenggam kacang sekaligus ke dalam mulutnya dengan tampang menyebalkan yang dibuat buat.

Jaemin menyerah, matanya ditutup berusaha tidur ditengah perjalanan yang melelahkan.

Renjun menahan tawanya, matanya di alihkan ke pemandangan yang singgah sebentar, di jendela kereta kuda mereka.

Sebenarnya Renjun amat sangat penasaran dengan tugas lain yang diberikan Raja, pada Jaemin. Tapi jika ia bertanya akankah pemuda itu akan menjawabnya dengan jujur?

Renjun menendang betis Jaemin dengan sepatu kulitnya yang keras, hingga si empu terperanjat bangun dengan kesakitan. Jaemin menatap kesal, baru saja alam mimpi menyambutnya, pengacau kecil ini sudah berulah saja.

"Apa kau punya simpanan disana?" tanya Renjun langsung, membuat Jaemin mengendurkan kembali urat-syaraf nya yang menegang.

"Simpanan apa yang kau maksud?"

"Kau tidak punya waktu untuk pulang, padahal pekerjaanmu hanya segitu saja. Bukankah itu berarti kau punya simpanan diluar sana." matanya memicing, bersilat kata seolah dirinya benar-benar mencurigai Jaemin.

"Apakah itu berarti kau menunggu ku pulang?" kini suara Jaemin sangat menjengkelkan ditelinga Renjun.

"Cih, aku tidak bilang begitu."

"Katakan saja yang sejujurnya, aku akan berbaik hati untuk tidak menertawakan mu."

Renjun membuang muka, semburat merah menghiasi pipinya yang pucat, diam-diam menggigit bibirnya cemas.

"Aku hanya bosan dirumah, tidak ada seseorang yang bisa ku ganggu seperti mu."

Perkataan Renjun hanya dibalas oleh kesenyapan, dengan cemas diliriknya pemuda itu. Ternyata yang didapati Renjun hanya mata yang terpejam serta bahunya yang naik turun.

Bisa-bisanya Renjun tidak dihiraukan begini. Dirinya berdoa semoga Jaemin terbunuh oleh pembunuh kejam di mimpi pria itu.

Rasa bosan membuat Renjun mulai mengantuk, punggungnya bersandar nyaman dengan mata yang mulai terpejam. Menyusul Jaemin terlelap.

Sedangkan Jaemin yang disangka tidur, ternyata hanya berpura-pura. Tadi, dirinya sangat terkejut oleh pernyataan Renjun, sampai-sampai ia hanya terpikir untuk berpura-pura tidur, agar bisa mengelakkan pernyataan tersebut.

Bosan katanya? padahal Jaemin sudah meninggalkan asistennya sekaligus sahabatnya, Jeno. Untuk menemani Renjun dirumah mereka.

Ia juga tidak berhenti menanyakan keadaan Renjun pada sahabatnya, dan seperti dugaannya. Jeno berkata, Renjun sangat menikmati hari-harinya. Jaemin sangat bersyukur karena setidaknya ada Jeno yang bisa dia percaya untuk menemani Renjun.

Memang jika dipikir-pikir, sudah terlalu lama Jaemin habiskan bekerja di wilayah kumuh. Padahal jaraknya tak terlalu jauh oleh Mansion mereka, namun dirinya tak sempat pulang ke rumah.

Itu karena air yang mengalir disetiap sumur rakyat, tercemar oleh virus. Sehingga rakyat yang mengkonsumsi air dari sumur tersebut, mengalami sakit pencernaan, gatal-gatal dikulit, hingga meninggal.

Dari penjelasan kepala desa, air ini sudah dikonsumsi dari dulu. Namun jumlah korban semakin hari semakin bertambah, hingga mau tak mau ia memohon pada Jaemin untuk menangani masalah tersebut.

Rakyat yang sakit dirawat di posko kesehatan yang Jaemin dirikan. Jaemin merawat mereka dengan sepenuh hati, sambil meneliti virus yang ada pada air sumur Rakyat.

Itulah kenapa Jaemin tidak memiliki waktu pulang, setiap hari ia hanya tertidur empat jam. Setelahnya ia akan berkeliling mengecek pasien yang membutuhkan.

Tapi jika Renjun berkata bosan tanpa Jaemin, apa tindakan yang harus diambil?

Akan menyulitkan Renjun jika Jaemin turut mengajaknya, sangat banyak penampakan yang tidak enak dilihat mata. Jaemin khawatir ketika baru sampai disana, Renjun akan merengek minta pulang.

Ini sungguh menambah pikiran Jaemin.

______ .

Hi guys, saya ucapkan terimakasih yang telah mendukung cerita ini dari 3Tahun yang lalu, sampai sekarang. Terimakasih untuk komen-komen yang membangun dan menghibur, semoga cerita saya bisa membangkitkan mood kalian.

Saya juga ingin tau, apakah pembaca disini sudah legal? saya takut membagi konten yang tidak tepat.

Dan adakah saran untuk visualisasi Raja, a.k.a ayahnya pangeran Jaemin? saya clueless sekali, kalau bisa yang cocok dijadikan Villain ya!

Terimakasih.

The Citrus can't hold meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang