Setelah menyapa dan beramah tamah pada Duke Kyungsoo, tangan Renjun langsung ditarik oleh Jaemin. Mereka berjalan ke kamar dengan Renjun mengekor dibelakang.
Jaemin mengunci pintu, lalu berbalik menatap Renjun yang ternyata sudah merebahkan dirinya dikasur, dengan kaki yang menjuntai kebawah.
"Kenapa kau yang datang? mana Jeno?" Jaemin berbicara sambil melepaskan sepatu boot yang dipakai Renjun.
"Jeno sedang sibuk mengurus lintah darat, kita sudah terlilit hutang," Jawab Renjun sekena nya, kakinya ditarik keatas. "Jangan bangunkan aku sampai besok." lirihnya, sambil memeluk guling disampingnya.
Jaemin mendesah lelah, lalu diraihnya tas yang berisi barang-barang Renjun, ada banyak baju disana. Ntah apa yang dipikirkan omega ini, sampai mengemasi barangnya seperti ingin pindah rumah saja.
Wajah Renjun terlihat semakin tirus dan sayu, wajar saja karena perjalanan kesini, paling cepat memakan waktu empat hari dari kediaman mereka.
Kenapa harus Renjun yang datang kesini, Jaemin tidak mau pemuda itu kelelahan, atau melihat pemandangan yang membuat pilu, setidaknya bosan di Mansion mereka lebih baik, dari pada menempuh perjalanan kesini seorang diri.
Nanti, Jaemin akan bertanya pada Jeno. Bisa-bisanya dia membiarkan Renjun pergi sendiri begitu saja.
Setelah mengusak rambut Renjun, dirinya beranjak keluar. Masih banyak yang harus diurusnya bersama Duke.
Bantuan yang dibawa Renjun sangatlah cukup, bahkan bisa dibilang lebih. Biji-bijian yang dibawa, langsung saja dibagi kan kepada seluruh desa untuk menjadikan nya bibit bertani.
Sedangkan gandum diolah menjadi roti dalam jumlah yang banyak, daging-daging langsung dimasukkan dalam peti penyimpanan, ada beberapa sampanye dan bir juga, Jaemin tak habis pikir melihatnya.
Bisa dibilang bantuan yang dibawa Renjun sangat lengkap, seperti sudah di struktur. Padahal Jaemin tidak berpesan untuk itu, ia hanya berpikir untuk membelanjakan dana setelah Jeno mengirimkannya.
Siapa sangka dana tersebut sudah berubah menjadi bahan pangan siap olah, yang mempermudah pekerjaannya.
Melihat wajah berbinar rakyat dan senyuman lebar mereka, membuat Jaemin ikut merasakan kebahagiaan.
Jaemin dulu pernah di nasehati oleh neneknya, rakyat adalah cermin dari seorang pemimpin.
Jika hidup rakyat sengsara, maka pemimpin nya lah yang gagal.
Jaemin tidak ingin menjadi gagal, ia akan berusaha untuk mensejahterakan kan rakyatnya.
Karena pasokan pangan sangatlah cukup, Duke dan kepala desa wilayahnya berkumpul untuk membahas jamuan makan. Memang seperti tidak menghargai pertolongan yang diberi oleh Marquis, namun rakyat sudah lama mengalami kelaparan.
Duke ingin menghibur mereka dan merayakan kebaikan dari pasangan Marquis.
"Jadi, bagaimana menurut anda Marquis?" Duke kini menatap Jaemin yang duduk disebelahnya.
"Saya tidak masalah, lakukan saja jika memang diperlukan." jawaban Jaemin membuat semua yang berada didalam ruangan rapat tersenyum lebar.
Sungguh, kedatangan pasangan Marquis adalah anugerah bagi wilayah mereka.
Jamuan makan akhirnya disiapkan untuk besok hari. Pelayan dan Duke semakin sibuk untuk menyiapkan perjamuan. Sedangkan Jaemin adalah tamu, akan tidak pantas jika ia ikut mencampuri acara yang dibuat oleh Duke.
Jadi dia memutuskan untuk memberi makan omega nya, pasti pemuda kecil itu sudah lapar.
Dirinya melipir ke dapur, mencari makanan yang sekiranya bisa mengenyangkan perut kecil itu.
Dilihatnya ada potongan pastry dan beberapa scone disana. Ditaburi nya dengan gula dan beberapa buah berry diatas nya. Jaemin tersenyum puas melihat hasil karya nya.
Lalu piring tersebut diletakkan diatas nampan, dengan teh Chamomile. Setelahnya Jaemin membawa nampan tersebut ke kamar mereka, diletakkan pada meja disebelah Renjun.
Setelahnya Jaemin keluar untuk melihat persediaan yang harus dibagikan ke rakyat.
Renjun terbangun pada tengah malam, jam dinding menunjukkan pukul 02.35. Dan perutnya sangat lapar, apakah masih ada pelayan yang terbangun pada jam segini?
Renjun melirik sisi kanannya yang kosong, Jaemin tidak berada di sana. Dirinya merutuk geram, seharusnya disaat dia lapar begini Jaemin yang mencarikannya makanan.
Renjun membalik badannya dengan dongkol, tidak disangka pemandangan didepannya adalah piring dengan tumpukan pastry dan scone yang dihiasi berry segar.
Senyumnya mekar seketika, diraihnya piring tersebut dengan cepat. Pastry dan scone yang dingin memang tidak pernah masuk dalam list makanan kesukaannya.
Namun disaat kelaparan apapun akan terasa enak dimulut, 'kan?
Setelah menghabiskan piringnya, Renjun beralih pada teko teh disebelahnya. Teh dingin ... ini membuat Renjun seolah adalah rakyat jelata. Ayahnya mungkin akan marah jika tau anak kesayangannya meminum makanan dan minuman yang telah dingin.
Namun disaat begini, lebih baik mementingkan urusan perutnya daripada memikirkan harga diri bangsawannya yang jatuh ke dasar bumi.
Ternyata ini adalah teh Chamomile. Dulu ibunya sering sekali membuatkannya teh ini jika Renjun kesulitan tidur. Renjun akan berterima kasih pada siapapun yang menyiapkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Citrus can't hold me
FantasyRenjun tidak bisa berbuat apa-apa, selain menerima pernikahannya dengan Beta yang tak pernah dia harapkan. #bxb: jaemren omegaverse © copyright Langit
