Kini Renjun sudah berbaring dikamarnya, makan malam sudah berlalu dua jam yang lalu namun Jaemin tidak juga menunjukan batang hidungnya.
Pasalnya seusai makan malam Raja memerintahkan untuk Renjun istirahat terlebih dahulu, dan Jaemin harus tinggal untuk membahas urusan negara. Renjun tentu saja kesal, tapi apa boleh buat, Jaemin sudah memberinya kode untuk menurut.
Dari tadi Renjun hanya berguling ke kiri dan ke kanan, mengusir kebosanannya sendiri disana. Sebenarnya badannya pun juga sudah lelah dan butuh istirahat, tapi dirinya tetap mau bertemu dengan Jaemin terlebih dahulu.
Setidaknya Renjun harus memberi cacian menyakitkan walau sekali saja.
Bunyi langkah kaki makin dekat terdengar olehnya, Renjun cepat-cepat memposisikan dirinya ditengah kasur dan menutup mata. Seolah sudah benar-benar terlelap.
Jaemin masuk dengan mata yang langsung tertuju pada pria yang menguasai kasurnya. Dirinya tak mau ambil pusing, sudah terlalu lelah dengan semua pekerjaan yang menumpuk pada pundaknya.
Jaemin menarik tangan Renjun pelan, dia pikir menggeser badan mungil itu tidak akan menghabiskan banyak tenaga. Ternyata dugaannya salah.
Mau sekuat apapun Jaemin menariknya badan Renjun tak mau bergeser sedikit saja. Apa-apaan ini, sungguh Jaemin sudah sangat lelah.
Rahangnya mengetat, darahnya naik ke ubun-ubun. Lampu tanda bahaya sudah dinyalakan, ingin rasanya langsung menyerang pemuda mungil yang menguasai kasurnya.
Namun kembali lagi, dia adalah Jaemin. Pemuda yang berpegang teguh dengan akal sehat.
Akhirnya Jaemin menyerah, dan menghembuskan nafas kasarnya. Tangannya masuk ke bawah punggung dan kedua lutut Renjun, membawanya ke dekapan.
Lalu dibawanya Renjun ke sofa besar dikamar mereka. Renjun ditidurkan disana. Lalu Jaemin mengistirahatkan badannya dikasur besar mereka.
Renjun yang sedari tadi pura-pura tidur, dongkol bukan main. Rasanya ingin sekali mencekik Jaemin saat dirinya digendong tadi.
Renjun duduk dan menatap kesal Jaemin yang sudah terlelap.
Kakinya menghentak kuat, berjalan ke kasur dengan langkah lebar. Lalu disempatkan nya berkacak pinggang dan menatap Jaemin lama. Wajah pria itu kusut bukan main, Renjun jadi tidak tega ingin menamparnya.
Sebenarnya apa yang Raja gila itu bicarakan dengan Jaemin, sampai menghabiskan waktu dua jam.
Renjun menyerah duluan, tapi rasa kesal masih bersarang dihatinya.
Badan yang hanya setengah dari ukuran badan Jaemin itu naik ke kasur, menempatkan dirinya sendiri diatas Jaemin tanpa melakukan hal lain.
"Biarpun badanmu kecil, ternyata berat juga." bisik Jaemin lirih, matanya masih memejam.
"Diamlah, siapa suruh membuang ku di sofa." Renjun semakin menggeliat nyaman diatas dadanya. Sedangkan Jaemin seperti tak terusik sama sekali, dirinya malah ikut mengikat pinggang Renjun dengan kedua lengan kekarnya.
"Jangan mengorok, jangan keluarkan feromone mu, dan jangan menendang. Jika tidak kau akan kubuat tidur dibalkon."
Renjun sama sekali tidak mendengar peringatan Jaemin, dia hanya ingin terlelap dan membuang semua rasa lelahnya.
Malam itu, Renjun tidur dengan beralaskan tubuh Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Citrus can't hold me
FantastikRenjun tidak bisa berbuat apa-apa, selain menerima pernikahannya dengan Beta yang tak pernah dia harapkan. #bxb: jaemren omegaverse © copyright Langit