Pagi hari yang suram--ga--cerah. Ueno berjalan menuju sebuah ruangan kecil di dalam rumah bordil itu dengan sebuah nampan berisikan sebuah teko berisikan teh serta gelas gelas, dan beberapa cemilan serta beberapa obat-obatan.
Ueno sudah berada di depan pintu, sebelum ia menggeser pintu ruangan tersebut, ia sempat mendengar pembicaraan orang yang ada didalam ruangan sana.
'Bisa dibilang Ueno-Chan adalah asisten dari Warabihime Oiran.'
'Um! Warabihime Oiran terlihat tertarik dengan kecantikan Ueno-Chan dan mempercayainya.'
'Mereka cukup dekat! Aku hampir tidak pernah melihat Warabihime Oiran memperlakukan Ueno-Chan dengan kasar seperti itu.'
'Um! Ueno-Chan hampir tidak pernah melakukan kesalahan yang membuat Warabihime Oiran'
'Oh begitu ya'
Ueno menggeser pintu ruangan perlahan sampai para gadis didalam tidak menyadarinya.
"Iya. Dan karena aku tidak becus melaksanakan perintah Warabihime Oiran, Ueno-Chan jadi terkena masalah juga" lirih gadis dengan balutan perban di telinganya.
"Tidak. Itu bukan salah siapa siapa" potong Ueno lalu berjalan menghampiri mereka.
"Ueno-Chan!" seru mereka.
Ueno duduk di dekat tiga gadis itu dan meletakkannya nampan yang ia bawa.
"Ueno-Chan! Apa kau baik baik saja?! Kau ditendang dengan cukup keras! Apa kau baik baik saja?!!" tanya Zenko bertubi tubi dalam sekali tarikan nafas sambil menggoyang goyangkan tubuh Ueno.
"Iya, aku baik baik saja." jawab Ueno.
Zenko berhenti menggoyangkan tubuh Ueno kala melihat pipi Ueno yang mulus, tanpa ada bekas luka sama sekali.
Zenko merasa aneh, jelas ia melihat pipi sebelah kiri Ueno terluka sehabis ditendang. Tapi sekarang ia tidak melihat apa pun di pipinya. Sama sekali tidak meninggalkan bekas luka.
'Aku yakin sekali, saat itu pipi kirinya terluka. Walaupun hanya goresan saja, mustahil dapat sembuh dalam semalam tanpa meninggalkan luka. Kecuali dia iblis.'
'...ah! Jangan jangan, Ueno-Chan...'
"Oh iya!" petik Ueno.
Ueno menoleh pada ketiga gadis kecil itu.
"Tadi kalian bertiga di panggil oleh papih" ucap Ueno.
"Eh?"
"Benarkah?"
"Iya" sahut Ueno.
Ketiga gadis itu pun bangkit dan pamit pergi dari ruangan tersebut pada Zenko serta Ueno.
Setelah itu, ketiga gadis itu pun pergi dari sana menyisakan Zenko dan Ueno berdua di ruangan itu.
Ueno menuangkan teh dan menyodorkannya pada Zenko. Ia juga menuangkan teh pada gelas lain untuk dirinya.
"Silahkan di minum Zenko-Chan" ucap Ueno.
"Ah? Iya!" Zenko meminum teh tersebut di susul dengan Ueno yang juga meminum teh miliknya.
Zenko meletakkan gelas tehnya itu di nampan kembali lalu beralih menatap Ueno.
Ueno yang merasa di tatap pun berhenti meminum tehnya dan menatap Zenko yang kini tengah menatapnya.
"Ada ap--"
"Ada sesuatu yang ingin ku tanyakan"
Zenko memotong pertanyaan Ueno dengan wajah dan nada yang serius. Melihat hal itu, Ueno pun juga ikut serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon Slayer || Kny x Demon!Reader
Fantasy「ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ」 Berkisah tentang seorang gadis yang dahulu adalah sosok yang di senangi oleh banyak orang, kini menjadi sosok yang di takuti oleh semua orang. Tapi... ..Apa penyebabnya?