Bab 5 Ujian

4 4 0
                                    


Ujian Try out pun selesai. Dan penyakit bisul Muara pun akhirnya sembuh, walaupun ada bekas luka di pipnya, tapi itu tidak mengurangi kecantikan di wajah Muara. "Pake gel penghilang bekas luka, nanti bakal pudar bekasnya," kata Muara saat di depan cermin.

Muara sudah tidak memakai jaket hoodie dan masker lagi. Sesuai janji, Rega mulai mendekati Muara setelah ia sembuh. Untuk permulaan pendekatan dengan Muara, Rega membelikan makanan dan minuman dari kantin untuk Muara.

Muara pun tersenyum senang. "Makasih ya," kata Muara.

Rega membalas senyuman Muara. "Iya, diabisin ya." Rega menunjuk ke arah makanan dan minuman yang ia berikan pada Muara.

Muara menggangguk.

Penyakit bisul membuat Muara kesal. Muara menahan malu di sekolah terlebih saat berhadapan dengan Rega. Itulah kenapa Muara tidak ingin punya pacar satu sekolah apalagi satu kelas. Namun sekarang prinsipnya itu berubah setelah ia mengenal sosok Rega.

Pulang sekolah pun tiba. Papa Muara telat menyusul Muara di sekolah. Biasanya Muara pulang bersama Tia, namun Tia sudah pulang terlebih dahulu, karena ada urusan. Muara pun tampak mondar mandir di depan pintu gerbang. Rega yang saat itu akan pulang, melihat Muara di depan pintu gerbang sendirian, kemudian menghampirinya. "Kok belum pulang?" tanya Rega.

"Papa belum jemput," jawab Muara.

"Aku anterin kamu ya?" tawar Rega.

Muara mengangguk. Muara pun menelpon papanya untuk tidak menjemputnya. Ia bilang pada papanya akan diantar oleh temannya.

Sepeda motor warna merah khas milik Rega melaju kencang menuju rumah Muara. Sesampainya di depan rumah, Muara berterima kasih pada Rega.

"Mau nggak, tiap hari aku anterin kamu pulang?" tawar Rega.

"Nggak usah, nanti jadi ngerepotin kamu," jawab Muara.

"Nggak papa," desak Rega.

"Rega, kamu nggak perlu anter aku tiap hari pas pulang sekolah. Tapi kalau misal papaku nggak bisa jemput, boleh kan aku minta tolong sama kamu?" Muara memberi pengertian.

"Dengan senang hati," jawab Rega, kemudian tersenyum.

*******

Ujian praktek olahraga pun tiba. Semua murid kelas sembilan bersiap mengikuti ujian praktek olahraga.

"Tuh kan, ntar malu gue, pas guling-guling di depan Rega," bisik Muara pada Tia dan Sefia, "suruh minggir dulu kek, Rega nya pas giliran nama gue yang di panggil," sambung Muara.

"Terima aja kenapa sih, Muara. Masak iya, lo mau ngehindar terus dari Rega," jawab Tia.

Tia pun menghampiri Rega dan berbisik di telinganya, "Muara malu tuh ada lo di sini, pas nama dia dipanggil, dia minta lo pergi dulu," kata Tia.

Rega pun tersenyum. "Biarin aja, gue mau liat Muara di ujian praktek olahraga ini. Gue udah cukup sabar waktu dia ngehindar dari gue waktu sakit bisul kemaren," jawab Rega.

"Serah lo, deh," jawab Tia pasrah.

Tia pun kembali berdiri di samping Muara. "Gimana?" tanya Muara.

"Dia nggak mau pergi, katanya dia mau liat lo di ujian praktek ini," jawab Tia.

Muara kemudian menatap tajam ke arah Rega yang berada di sebrangnya. "Sengaja banget dia," kata Muara dalam batin kesal.

Nama murid-murid yang melakukan praktek olahraga dipanggil secara acak. Tak lama, nama Rega pun dipanggil untuk melakukan ujian praktek. Muara pun duduk seraya menonton Rega. Rega pun selesai dan kembali ke tempat ia berdiri sebelumnya.

Setelah beberapa nama murid dipanggil, giliran Muara pun tiba. Muara berdiri di depan kasur yang terletak di lantai. Muara menghela napas. Ia pun mulai melakukan ujian prakteknya. Setelah selesai, dengan wajah kesal ia pergi dari kerumunan murid-murid yang menunggu giliran ujian praktek olahraga mereka.

Sadar dengan sikap Muara yang tiba-tiba pergi, Rega pun menyusul Muara ke belakang sekolah.

"Muara!" panggil Rega.

Mendengar Rega memanggilnya, Muara enggan menghentikan langkahnya dan terus saja berjalan. Rega merasa terabaikan. Ia pun berlari dan menghadang langkah gadis yang disukainya itu. Seketika Muara berhenti.

"Muara, kamu marah sama aku?" tanya Rega berdiri tepat di hadapan Muara.

"Iya, aku marah sama kamu, aku kesel!" ungkap Muara.

"Gara-gara aku nggak mau pergi waktu giliran kamu ujian praktek olahraga tadi?"

"Iya, itu kamu tau!"

Rega meraih kedua tangan Muara. "Muara, jangan marah ya. Please ... seharusnya kamu tau kalo aku kangen sama kamu. Kemaren-kemaren kamu ngehindar dari aku, aku udah terima," kata Rega mengungkapkan isi hatinya.

Muara hanya bergeming.

"Udah ya, marahnya. Aku nggak mau kamu marah sama aku. Jangan lagi kamu ngehindar dari aku, ya?" pinta Rega lagi.

Muara mengangguk. Muara tidak ingin memperpanjang rasa kesalnya pada Rega. Mengingat mereka satu sekolah. Akan merasa canggung kalau rasa kesalnya ia teruskan. Terlebih, ia terenyuh menerima perhatian Rega kepadanya. Itulah mengapa, membuat Muara semakin suka kepada sosok Rega.

Di kamarnya sendirian, Muara menyadari, menghindari situasi yang nggak dia inginkan itu malah membuatnya nggak fokus dalam kegiatan sekolah. Terlebih sebentar lagi, ia akan menghadapi ujian akhir sekolah. "Gue siap, and gonna be enjoy!" kata Muara bersemangat.

*******

Ujian Nasional dan Ujian sekolah segera tiba. Murid-murid di SMP Awan Cerah di liburkan beberapa hari untuk me-refresh otak untuk persiapan UAN dan UAS. Rega dan Muara pun tidak bisa bertemu saat di sekolah. Rega berinisiatif datang ke rumah Muara untuk bertemu dengannya. Menghilangkan rasa kangen di hatinya saat tidak bertemu di sekolah. Rega merasa senang walaupun hanya sebentar melihat wajah Muara.

*******
Muara begitu giat belajar sampai ujian tiba.

Ujian Nasional pun tiba. Murid-murid SMP Awan Cerah siap untuk ujian. Kelas begitu hening. Murid-murid fokus mengerjakan ujian mereka. Dua orang guru mengawasi mereka di dalam kelas.

Ujian dihari itu pun selesai. Muara, Tia, dan Sofia pergi ke kantin sebelum mereka pulang ke rumah.

Saat sedang asyik mengobrol. Tiba-tiba teman sekelas mereka menghampiri mereka.

"Amel, lo belum pulang?" tanya Tia.

"Belum, nunggu jemputan," jawab Amel.

"Cowok lo yang jemput ya?" goda Muara.

"Bukan, adek gue," sanggah Amel.

"Loh ... biasa juga cowok lo yang jemput, ke mana dia?" tanya Muara heran.

"Udah putus gue," jawab Amel.

"Putus!?" Muara, Tia, dan Sefia syok.

"Kenapa? Kemaren-kemaren baik-baik aja deh kayaknya," tanya Tia.

"Kan, ujian. Jadi gue break dulu sama cowok gue, nanti nyambung lagi," jawab Amel.

"Lo sama Rega gimana?" tanya Amel.

"Masih," jawab Muara singkat.

"Lagi ujian gini, kok lo masih pacaran sama Rega, kenapa nggak break dulu?" tanya Amel.

Muara mengerutkan dahinya. Dia bingung. "Emang kenapa, Mell?" Muara balik bertanya.

"Ya, kalo pasangan yang pacaran deket-deket mau ujian pasti mereka break dulu, pasti nanti balikan lagi. Takut nggak fokus sama ujian dan nilainya anjlok karena pacaran," jawab Amel.

Banyak anak remaja yang memutuskan hubungan dengan pasangannya saat ujian, karena ingin fokus belajar saat ujian tiba.

The World Of The Teen ( Love, Friendship, And Trouble At School) [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang