Happy Reading~
✪☆゚.*・。✪
Dean meremas payung hitam di tangannya. Dia menatap dingin saudara kembarnya yang menangis tersedu sembari memeluk nisan kedua orang tuanya. Beberapa orang yang tadi ikut mengantarkan kedua orang tuanya ke peristirahatan terakhir satu persatu mulai meninggalkan tempatnya.
Dean diam-diam mengusap air mata. Wajahnya menadah ke langit hitam yang mulai menurunkan bawaannya. Dia menoleh kembali ke saudara kembarnya.
"Pulang," ujarnya singkat. Suaranya serak kentara habis menangis.
Dafin, saudara kembarnya itu menggeleng kuat. Dia masih setia memeluk nisan ibu mereka. Penolakannya mulai memunculkan sisi protektif Dean.
"Pulang. Bentar lagi hujan. Gue nggak mau lo sakit."
Dafin masih saja menggeleng. Dia tetap terisak di tempatnya. Kematian orang tuanya akibat kecelakaan mampu mengguncang dirinya. Dia bahkan beberapa kali pingsan dan menyebabkan Dean kalang kabut membawanya ke rumah sakit.
"Gue bilang pulang Dafin." Dean menggeram marah. Bukan tanpa alasan, Dafin termasuk sensitif terhadap masalah kesehatan. Imun tubuhnya tidak sekuat orang pada umumnya.
Dafin menghapus kasar air matanya. Dia menatap Dean dengan pandangan memohon. "Mau sama Mommy dan Daddy.." ujarnya lirih.
Dean melembutkan wajahnya. Dengan lembut, ia mengusap rambut halus Dafin. "Besok lagi ya? Gue bener-bener nggak mau lo sakit."
Dafin akhirnya mengalah. Dia menggangguk dan berdiri dengan bantuan Dean. Dia menatap lama kuburan orang tuanya untuk terakhir kalinya hari ini sebelum di hela oleh Dean untuk pergi ke mobil paman dan bibinya yang telah menunggu.
"Sabar ya sayang, Bibi bakalan selalu ada buat kalian." Suara lembut Jena, bibi mereka sedikit menghibur kesedihan kedua anak kembar ini.
"Jangan sungkan meminta bantuan," tambah Paman Jo, suami Bibi Jena.
"Untuk Tahlilan malam ini udah di urus sama Adit."
Setelah mendapatkan anggukan dari Dean dan Dafin, mobil kemudian melaju kembali ke arah rumah kediaman anak kembar tersebut. Perjalanan mereka di lalui dengan keheningan.
Dean menoleh ke arah Dafin yang memejamkan matanya. Kepalanya sedikit terantuk beberapa kali. Dean dengan sigap meletakkan kepala Dafin di bahunya. Ia juga mengusap lembut kepala Dafin.
Diam-diam, Bibi Jena dan Paman Jo tersenyum. Mereka kagum bagaimana Dean dan Dafin di didik oleh kedua orang tuanya. Mereka berdua selalu merasa membutuhkan satu sama lain.
✪☆゚.*・。✪
"Mom, Dad, Dean janji akan jaga Dafin sebaik mungkin. Dia adik Dean." -Dean Arche
"Mom, Dad, Dafin janji akan selalu bersama Dean apapun yang akan terjadi." -Dafin Arche
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝘄𝗶𝗻𝘀 𝗨𝗻𝗶𝘃𝗲𝗿𝘀𝗲
General FictionKeberadaan Dafin sangat berharga untuk Dean. Begitu pula sebaliknya. Sepeninggalan kedua orang tua mereka, mereka harus menjalani kehidupan hanya berdua. Sikap protektif Dean memang kadangkala membuat kesal Dafin, namun sebenarnya ia tahu, saudara...