Berhubung author udah semester akhir, Author up nya pendek-pendek aja nggak papa ya?
Happy Reading
✪☆゚.*・。゚✪
Dafin menyisir rambutnya ke belakang. Ia mengecek kembali penampilannya dan menatap puas ke arah cermin.
"GantengnyAAaaa anak Mommy Gea."
"Bentukan begitu lo bilang ganteng?"
Dafin segera menoleh dengan cepat ke arah pintu kamarnya. Terlihat jelas wajah merendahkan dari seorang Dean. Ia bersandar di pintu dengan tangan bersidekap menatapnya.
"Ck, iri kan lo sama kegantengan gue? Cakepan gue lah kemana-mana, pacar aja tinggal tunjuk."
"Lo berani pacaran?"
Dafin berjalan ke arah laci meja di samping tempat tidurnya. Ia mengambil jam tangan dan memakainya. "Kenapa kalo gue pacaran?"
"Lo gak bakal ngeliat matahari lagi."
Dafin menatap Dean menantang. "Lo mau ngunciin gue di kamar? Dih basi!"
"Bukan."
"Terus?"
"Mata lo gue bikin buta."
Dafin membeku. "L-Lo kalo protektif jangan gini dong De."
"Coba aja."
Dafin mendengus. Dia berjalan melewati Dean dengan tatapan merajuk. Dean yang melihat itu memutar bola matanya malas lalu ikut berjalan ke mobil yang ada di halaman rumah.
"Gue tetep gak izinin lo pacaran." Dean memakaikan Dafin seatbelt. Ia menyempatkan diri menjitak kepala Dafin sebelum melajukan mobilnya.
"Tapi lo bisa pacaran sama Lila. Gak adil banget," ucap Dafin lesu. Dia menatap jalanan dari kaca mobil, tampak enggan menatap Dean.
"Gue bisa putusin dia sekarang."
"Lo brengsek."
"Gue bisa ngelakuin apapun demi lo."
"Gue cuma beda sama lo 5 menit, tapi lo nganggep gue anak umur 1 tahun. Jangan gini banget napa."
"Tapi emang muka lo imut."
"Imut darimananya?" Dean semakin kesal. "Buka mata lo De."
"Gue emang nggak merem daritadi."
"Anj*ng. Mengkesal gue."
Dean hanya tertawa. Bukan tanpa alasan dirinya melarang Dafin pacaran. Anak itu sangat polos sehingga sering di manfaatkan oleh orang lain, terutama wanita. Banyak yang menyukai Dafin hanya untuk mendapatkan uangnya dan sialnya Dafin adalah tipikal orang yang akan memberikan apapun kepada orang yang dia suka. Selain itu, tidak sedikit yang mendekati Dafin hanya untuk berkenalan dengan Dean.
✪☆゚.*・。゚✪
"Udah gue bilang, gue bisa buka pintu mobil sendiri!" Dafin mendengus sembari turun dari mobil. Ia terus menekukkan wajahnya menatap Dean yang membalas dengan tatapan datar dan tak peduli memilih untuk berjalan duluan.
Dean terus berjalan beberapa langkah sebelum berbalik dan bersedikap menatap adiknya yang menunduk. Dean memutar bola matanya malas, Dafin merajuk.
"Mau masuk nggak?"
"....."
"Ke sini atau gue gendong lo!"
"Ck."
Dafin mempercepat langkahnya. Mendengus ketika melewati Dean. Namun, tekukan wajahnya tak berlangsung lama digantikan wajah berbinar menatap fun station ketika menjejakkan kakinya di lantai 2 mall ini. Ia dengan semangat menarik lengan Dean.
"Nggak. Kita belanja dulu!"
"Keburu tutup Dean!"
"Usia lo keburu tutup! Abis belanja baru main. Lo kalo main udah kayak orang sakau!"
"Lo mah.."
"Ayo!"
"Gini aja deh.." Dafin menampilkan wajah imutnya. Menatap berbinar dan tersenyum memperlihatkan gigi kecilnya. "Gue main, nah lo yg belanja."
Cukup lama untuk menunggu Dean yang akhirnya mengangguk. Terlalu pasrah dan tak tahan dengan mimik wajah yang di berikan Dafin. Ia kemudian melepaskan genggaman tangannya dengan berat hati.
"Lo.. Hati-hati."
"Paan sih anjir? Lebay lo mah. Bye gue mao maenn!!" Dafin segera berlari bak bocah 5 tahun. Dean tersenyum. Setidaknya ia tahu bahwa adiknya itu sudah baik-baik saja sekarang.
Dean kemudian berjalan ke hypermart. Mengambil keranjang dan mulai mengambil belanjaan yang dibutuhkan. Hal pertama yang diambilnya sudah pasti snack untuk Dafin di lanjutkan dengan keperluan lainnya seperti sampo dll. Sembari mencari barang, Ia merogoh kocek dan mengambil hp nya.
"Paan?" Suara di seberang sana membuatnya tersenyum.
"Lo lagi ngapain?"
"Astaga Dean, baru 10 menit kita pisah!!!"
" Lo lagi ngapain?"
"Ck, lagi ngantri isi kartu."
"Jangan tutup telponnya."
"Dean.. Pleasee.."
"Gue khawatir."
"Lo berlebihan."
"Iya, sayang gue emang berlebihan buat lo."
"Ya Allah, sabarkan lah hamba. Mbak, isi 50 rb ya."
"Udah isi kartunya?"
"Udah dong. Eh jangan lupa snack gue!"
"Iya."
"Gue tutup ya? Gue mau main De."
"Gue bilang apa tadi Fin?"
"Gue mau main zombie. Harus dua tangan."
"Letakin hpnya deket lo."
"Issss. Dean bego!"
"Mau main nggak? Jangan sampe gue seret lo buat balik."
"Baik lah Tuan."
✪☆゚.*・。゚✪
Oh ya, menurut kalian, visual untuk Dean dan Dafin siapa?
Terimakasih yang udah baca, vote dan komen ❤
Komen kalian mood bangett💜
See U di next chapter🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝘄𝗶𝗻𝘀 𝗨𝗻𝗶𝘃𝗲𝗿𝘀𝗲
General FictionKeberadaan Dafin sangat berharga untuk Dean. Begitu pula sebaliknya. Sepeninggalan kedua orang tua mereka, mereka harus menjalani kehidupan hanya berdua. Sikap protektif Dean memang kadangkala membuat kesal Dafin, namun sebenarnya ia tahu, saudara...