Halo ayung-ayung ku? ✨
Kalian apa kabar?
Author seneng deh di chapter sebelumnya banyak yang komen🏹💜
Terimakasih semuanya ♡´・ᴗ・'♡
‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
Happy Reading~
Ting tong!
Bel rumah yang berbunyi membuat Dean yang sedang tertidur mengernyitkan dahinya. Sedikit kesal acara tidur siangnya bersama Dafin terganggu. Dean melepaskan pelukannya hati-hati. Ia mencium kening Dafin yang di tempel plaster penurun panas sebelum keluar dari kamar.
Clek
Tubuh Dean sedikit tersentak. Gadis dengan rambut pendek lengkap dengan seragam sekolah yang sama dengannya kini berdiri di depannya.
"Aku denger Dafin sakit." Suara gadis itu menyapa terlebih dahulu. Lelah menunggu pemuda di depannya bereaksi.
Dean mengangguk. Sedikit memiringkan tubuh mempersilahkan gadis di depannya bisa masuk. Gadis itu masuk dan tanpa ragu duduk di kursi di ruang tamu diikuti Dean yang duduk di sebelahnya.
"Sekarang Dafin dimana De?"
"Tidur."
Gadis itu mengangguk mengerti. "Ini, aku bawain untuk Dafin." Sambil menyerahkan parcel buah yang sudah di bawanya sedari tadi.
"Makasih Lila," jawab Dean sembari mengambil parcel buah itu.
"Dean..."
"Hm."
"Untuk ucapan aku yang semalem aku minta maaf ya?"
Dean mengangguk tanpa ragu. Kemudian, keduanya diam. Terdiam bersama pikiran masing-masing.
"DEAN!!!!"
Suara teriakan dari arah kamar Dean membuat Dean seketika panik. Dia berdiri dan berlari ke arah kamarnya.
"Apa?!!"
Dean mendekati Dafin yang duduk di ranjangnya sembari mengusap kedua matanya. Kegiatannya seketika dihentikan oleh Dean. "Kenapa? Ada yang sakit? Bilang sama gue Daf!"
Dafin menggeleng kemudian memeluk erat Dean. Ia mengerucutkan bibirnya kesal. "Lo kemana? Gue kan mau tidur sambil di peluk gue bilang!"
"Maaf, ada tamu."
"Lo bilang udah ngechat di grup nyuruh yang lain nggak usah dateng?" Ya, Dean memang meminta teman-temannya untuk tidak datang dahulu untuk menjenguk Dafin supaya Dafin bisa istirahat full hari ini. Bukan apa, teman-teman mereka, khususnya Bimbim, Adit dan Shawn itu benar-benar tidak bisa diam. Di tambah adiknya ini memang sebangsa dengan mereka. Bisa-bisa bukannya istirahat, Dafin malah bergabung untuk bermain.
"Aaaa, aku minta maaf." Lila, yang telah berdiri di ambang pintu merasa canggung. Ia merasa menjadi pengganggu ketika mendengar tuturan Dafin.
Mata Dafin seketika membola. Dia melepaskan pelukannya dan sedikit mendorong Dean. Melupakan rasa sakitnya, Dafin berjalan di hadapan Lila. "Sorry Lil, gue nggak bermaks-"
"Nggak papa, toh kayaknya gue yang salah."
Dafin menggoyangkan tangan ke kiri dan ke kanan dengan heboh. "Nggak sumpah. Malah gue makasih banyak udah dateng. Lo mau jalan sama Dean? Nggak papa. Ambil aja."
"Nggak, gue mau jenguk lo sebenernya."
Jawaban Lila tentu membuat Dafin semakin tidak enak hati.Sempat memberikan tatapan tajamnya kepada Dean, Ia kemudian menggandeng tangan Lila menuju ruang keluarga (ruang tengah). Ia menghela Lila untuk duduk di sofa yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝘄𝗶𝗻𝘀 𝗨𝗻𝗶𝘃𝗲𝗿𝘀𝗲
General FictionKeberadaan Dafin sangat berharga untuk Dean. Begitu pula sebaliknya. Sepeninggalan kedua orang tua mereka, mereka harus menjalani kehidupan hanya berdua. Sikap protektif Dean memang kadangkala membuat kesal Dafin, namun sebenarnya ia tahu, saudara...