5 Februari 2023
Author dauble update nih❤
Tapi mungkin part kali ini gak sepanjang part-part sebelumnya ya^^
Seperti biasa, sebelum baca, author mohon sama kalian untuk ambil hal positif dari book ini dan tinggalin hal negatifnya.
⚠Typo bertebaran~
⚠Mengandung kata kasar yang tidak baik ditiru
⚠Book ini bergenre Brothership/Bromance
⚠Bukan BxB༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
Happy Reading~
Pesta itu diadakan besar-besaran di rumah Bibi Jena dan Paman Jo. Rumah yang sudah direnovasi menjadi 3 lantai itu kini lebih cocok disebut sebagai Mansion.Adit, Dean dan Dafin sangat lucu memakai pakaian yang sama. Mereka dipakaikan pakaian ala-ala kerajaan. Bahkan lengkap dengan mahkota di kepala mereka.
Kini, acara tiup lilin dan potong kue sudah diselenggarakan. Para orang tua sibuk mengobrol dan saling menyapa. Termasuklah orangtua si kembar dan orang tua Adit.
Banyak anak-anak seumuran mereka disini. Anak-anak itu dibebaskan bermain di semua penjuru ruangan. Kebanyakan dari mereka memilih bermain di ruangan terpisah dari ruangan acara inti.
Ruangan pisah itu diubah menjadi ruang bermain. Mainan dengan berbagai bentuk tersedia disana. Mulai dari istana balon hingga mobil yang bisa dinaiki anak-anak.
Entah berapa uang yang dihabiskan oleh Bibi Jena dan Paman Jo untuk membuat pesta sebesar ini. Mommy bahkan sudah lelah berhitung. Sedaritadi juga Bibi Jena hanya menjawab "untuk anak dan keponakan aku tentu totalitas Kak. Mumpung ada rezeki."
"Dapin! Lo belum kenyang juga? Belepotan itu krim di muka lo."
Sedaritadi Adit sibuk menjaga kursi yang digunakan Dafin untuk berdiri mengambil cake di meja panjang. Sedangkan Dean berdiri tak jauh dari mereka.
"Adit."
Beberapa anak dengan berpakaian desainer ternama menyapa. Adit yang masih fokus dengan 'menjaga kursi' Dafin hanya berdehem.
"Ayo bermain. Tinggalkan saja bocah miskin itu."
Dafin yang sedang menyendokkan kue penuh krim ke dalam mulut sontak menghentikan gerakannya. Ia menunduk melihat Adit yang masih memegangi kursinya.
Dafin kemudian perlahan duduk. Meletakkan piring kecil itu ke meja. Ia turun dari kursi dan hendak menghampiri Dean sebelum tangan Adit menghentikannya.
Adit merangkul Dafin. Menatap tajam beberapa anak dengan ucapan kasar tadi. "Dia adik gue. Bukan bocah miskin. Keluarga kalian juga gak sekaya gue. Kalian sombong sekali."
"Pergi. Kalian teman yang jahat."
Anak-anak itupun pergi dengan wajah masam. Dafin yang melihat itu mencubit pinggang Adit kuat. "Harusnya biarin aja Dit. Kalau berantem, Mommy sama Daddy yang susah."
Adit mendengus. "Lo yang tadi ngehampirin Dean mau ngapain? Kalau Dean sampe tau lo digituin sama anak-anak tadi..." Adit menggelengkan kepalanya. "Habis mereka Pin."
"Lagian gue juga bodo amat. Dia ngehina sepupu gue. Gue gak terima!"
Dafin tertawa. Turut merangkul bahu Adit. "Makasih Adit."
"Sama-sama gembul."
"Gue gak gembul!"
"Hehe, iya nggak. Udah selesai makan kue? Ayo, gue pegangin lagi kursinya," tawar Adit. Dafin menggeleng. Nafsu makannya sudah hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝘄𝗶𝗻𝘀 𝗨𝗻𝗶𝘃𝗲𝗿𝘀𝗲
General FictionKeberadaan Dafin sangat berharga untuk Dean. Begitu pula sebaliknya. Sepeninggalan kedua orang tua mereka, mereka harus menjalani kehidupan hanya berdua. Sikap protektif Dean memang kadangkala membuat kesal Dafin, namun sebenarnya ia tahu, saudara...