Haihaiii!!
Sorry banget baru bisa Up cerita ini😭
Harap-harap kalian suka ya dengan kelanjutannya🙏༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
Happy Reading~
"Aaaaa Giooo!! Lepasin gueee!!" Dafin merengek untuk ke sekian kalinya hari ini. Wajahnya merah padam menahan malu ketika Gio dengan erat memeluk dan berkali-kali mencium pipi dan keningnya."Gue masih normal, hueeee Deann selamatin guee." Dafin menggapai gapai Dean yang ada di kursi. Memasang wajah penuh permohonan miliknya.
Dean yang kasihan langsung saja bangkit dan merebut Dafin dari pelukan Gio. "Udah Gi."
Gio tersenyum miring hingga mengundang tatapan horor dari Dafin. "Gue cuma kangen," balasnya acuh.
"Kangen, kangen. Belok lo?!" ujar Dafin nyolot. Dia memilih mendekati Bimbim dan Adit yang sedang menonton kartun.
"Lo kenapa pulang?" tanya Dean kepada Gio yang sebelumnya sibuk dengan ponselnya.
"Kangen Dafin," jawab Gio singkat.
Dean menghembuskan napas beratnya. Bingung ingin bereaksi seperti apa. Kenapa Dafinnya sangat pandai dalam mengambil hati seseorang?
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
Pukul telah menunjukkan angka 10. Mata Dafin nyalang tidak bisa tidur. Ia melirik hpnya yang sedang di cas. Menghembuskan napas malas karena lagi-lagi bingung ingin melakukan apa.
Dafin pun bangkit untuk menuju kamar Dean. Ia yakin Dean belum tidur saat ini."Kenapa?"
Suara Dean membuat Dafin terlonjak. Dasar si Dean peka. Baru juga Dafin membuka sedikit pintunya langsung sadar.
"Nggak bisa tidur," jawabnya singkat. Ia berjalan ke arah kasur dan menghampaskan tubuhnya di sana, melihat Dean yang duduk di meja belajar sambil membuka laptopnya.
"Lagi apa sih De?"
"Kerja."
"Hah?"
Dean melirik Dafin. Wajahnya sangat imut ketika kebingungan seperti ini. Tak tahan, ia pun segera beranjak dan memeluk Dafin.
Dean terkekeh. "Lo lupa kalo gue programmer?"
"Oh iya." Dafin tersenyum masam. "Masih lama nggak kerjanya?"
"Kenapa emang?"
"Mau ngajak lo jalan boleh?" Dafin menatap Dean penuh harap. Matanya yang berkilau sedikit mengusik Dean.
"Udah jam segini. Nanti lo sakit."
"Sekali ini aja De..." Dafin mulai merengek. Memberontak di pelukan Dean. Ia menggoyang-goyangkan lengan Dean. "Pleaseee. Pengen ke club."
Mata Dean sontak melotot. Dia refleks menjentik bibir Dafin gemas. "Ngomong apa tadi?"
Dafin nyengir. "Maaf. Maksudnya pengen boba."
"Boba lagi? Tadi kan udah di beliin Gio." Seingat Dean, adiknya ini sudah menghabiskan 2 gelas Boba yang di belikan Gio tadi siang.
"Enak banget bobanya. Gue pengen lagi."
"Nanti batuk Dafin."
"Ya udah, beli es krim aja."
Dean menghembuskan napasnya. "Sama aja. Lo suka batuk kalo beli es krim banyak."
"Oke sekarang dikit aja es krimnya."
"Dafin.."
"Deannn..." Mata Dafin berkaca-kaca. Kebiasaannya jika kemauannya tidak di turuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝘄𝗶𝗻𝘀 𝗨𝗻𝗶𝘃𝗲𝗿𝘀𝗲
General FictionKeberadaan Dafin sangat berharga untuk Dean. Begitu pula sebaliknya. Sepeninggalan kedua orang tua mereka, mereka harus menjalani kehidupan hanya berdua. Sikap protektif Dean memang kadangkala membuat kesal Dafin, namun sebenarnya ia tahu, saudara...