04-FRIENDS

23.2K 2K 42
                                    

Happy Reading~

Dean mendengarkan Dafin yang sedaritadi mengoceh tanpa henti. Ia tersenyum mengingat Dafin yang kaget ketika melihat dirinya yang pulang 2 jam lebih awal kemarin.

"Lo emang jahat De, tapi nggak sejahat itu juga. Lo nggak kasihan sama Lila? Dia nungguin lo lama tapi lo cuma jalan sama dia nggak sampe setengah jam!" Dafin geleng-geleng kepala sembari memasukkan tangan ke dalam toples snack. Ia sedang menonton televisi sambil ngemil sekarang.

"Lo jadi cowok coba gentle dikit napa? Gerah banget kalo jauhan sama gue." Dafin melirik tajam ke arah Dean yang malah di balas senyuman.

"Lo mah kalo dibilangin nggak pernah dengerin! Capek gue mah sama lo! Dari kemaren juga gue ngoceh senyum mulu balasan lo kayak emoticon smile!"

"Gue kalo jadi Lila nggak bakalan tahan sih. Putusin aja udah mah." Dafin kembali mencomot ubi jalar ungu kukus yang ada di piring. "Nih ya, kalo lo kayak gini terus, bisa-bisa Lila jadi benci sama gue!"

"Nyam nyam, enak juga ubi kukusan gue. Enak, lezat dan bergizi." Dafin kembali melirik Dean kemudian mendengus. "Nih, Lila itu bagaikan ubi ungu ini De." Dafin mengelus sayang ubi ungu di tangannya. "Dia itu cantik, pinter, keluarganya terpandang pula."

"Nyamnyam." Dafin melahapnya dengan khidmat. "Sia-sia banget kalo lo cuekin cuma demi keripik yang banyak natriumnya."

"Cewek itu pantes banget di perlakuin like princess De. Lo nggak tau gimana susahnya seorang ayah buat bahagiain putrinya." Dafin termenung lama. "Lo jangan buat dia kecewa."

"Udah?" Dean akhirnya angkat bicara.

Dafin cemberut dan membuang muka. Dia melahap ubi ungu itu dengan rakus. "Lo emang bejat!"

Dean mendekat dan memaksa untuk duduk di samping Dafin. Dia mengacak rambut Dafin dengan gemas.

"Omongan lo kayak udah pro aja."

"Dih?! Lo suka banget emang playing victim!" Dafin menepis tangan Dean yang ingin kembali memainkan rambut nya.

"Coba deh De, buka mata lo yang gede! Melotot aja dah sekalian. Gue udah kek babon gini masih lo protektifin." Dafin kembali mendengus. "Baek gue kabur aja sekalian."

Pandangan mata Dean seketika menajam. Ia menatap Dafin yang memukul mulutnya, tanda jika adiknya itu menyesali ucapannya.

'Anjir, mulut sialan ini.'

"Mau lo kabur kemana juga bakalan gue dapetin lagi."

"Kalo gue keluar negeri?"

"Mau naik apa emangnya?"

"Pesawat."

"Ada paspor emang?"

"Ya bikin lah nanti."

Dean tersenyum miring. "Coba gih pergi sekarang."

Dafin memandang Dean takut-takut. Ia melirik jam lalu menelan ludah. "Baru jam 9, mana ada kantor buka."

Dean menggeleng kan kepalanya tak habis pikir. "Lo bego."

"Gue nggak bego!"

"Lo adek gue paling bego."

"Lo kakak gue yang paling bego."

"Lo."

"Lo lah!"

"Lo."

Ting tong

Suara bel rumah membuat perdebatan mereka terhenti. Dean berdiri hendak membuka pintu.

"Lo tunggu sini."

"Dih?! Dikira gue apaan disuruh sini-sini."

"Diem Dafin."

Dafin menghela napas. "Oke."

"WADIDAW ANAK KONDA! ADIT SANG RAJA RIMBA ADA DI SEBELAH SINIII!!" Suara melengking itu membuat Dafin bersemangat. Ketika sang punya suara menampakkan wajahnya, Dafin segera berlari dan memeluknya.

"Anjayy, anak Paman Jo dateng juga."

"Yooo broo hahahaha. Shawn the sheep juga bentar lagi dateng bareng bimbim."

"Lah? Bukannya shawn lagi di Singapur?"

"Udah balik dari semalem! Ini nih kagak liat instastory orang laen."

"Widihh seru. Btw, lo bawa apaan tuh?" Dafin melirik kantung belanjaan di tangan Adit.

"Biasaa. Cemilan."

"Mauu Dit."

"Nihh."

"Tengkyuu."

"Ekehmm." Suara malas disertai decakan itu berhasil mengambil alih perhatian kedua sepupu itu.

"Kenapa? Gerah ya?" Adit menggoda dengan menaik turunkan alisnya.

Dean mengangkat sebelah alisnya lalu memalingkan wajah. Ia akhirnya berjalan ke dapur.

"Lo nonton apaan Pin?"

"Kagak tau gue. Azab tukang apaa gitu."

"Maen ps aja dah."

"Ayok!"

"Busett, ini stik ps baru ya?"

"Yoi, Dean yang beliin."

"Kapan?"

"Kemaren pas belanja bulanan."

"Nih minumnya." Dean datang dengan membawa es sirup. Ia juga membawa beberapa toples berisi snack-snack.

"ASSALAMU'ALAIKUM WAHAI JAMET JAMET KU!!“  Bimbim datang dengan heboh seperti biasa. Rambutnya yang jabrik tampak glowing akibat minyak rambut yang di pakainya.

"Pinn, lihat nehh gue bawa apaan.“

Mata Dafin berbinar melihat sebuah kotak berisikan mainan Lego City yang di angkat tinggi oleh Bimbim.

"Bisa buat kegabutan lo kalau di larang keluar sama Dean." Bimbim berkata sedikit menyindir. Ia melirik Dean yang hanya di balas wajah datar.

"Nih dari my mom. Buat lo Daf. Dean sengaja kagak di kasih."

Dafin semakin tersenyum senang. Ia mangambil kotak kado pemberian Shawn. "Tengkyuuu guyss."

"Yoi bro."

Mereka melanjutkan aktifitas kelakian seperti biasa. Tak jadi bermain ps, tapi menonton kartun Dora.

"DI BELAKANG LO DORAAA SAYANG!!"

"ALLAHU, KEBURU DI TANGKAP SWIPER!!"

"JANGAN NYURI LO WOII!!"

"KATAKAN PETA PETA PETA!!!"

"Dah lah, emosi gue mah." Bimbim meleyot di kursi. Keringat bercucuran dari pelipisnya. "Serah lo lah Dor. Capek gue."

"Woi Bim. Gio kapan pulang dari liburan?" tanya Dafin. Manusia kutub sejenis Dean itu memang sudah semingguan ini menghilang. Terakhir kabar dirinya yang bilang ingin liburan di Bali bersama keluarga.

"Kagak tau. Kenapa malah tanya gue?"

"Lo kan sepupunya goblok!"

"Lah ngegas?"

"Brum brum brummm💨" Dafin tertawa riang bersama Bimbim. Sedangkan Adit, Shawn dan Dean tersenyum. Mereka berdua memang lucu sekali.

"Kalian kenapa?" Suara dingin dan datar itu menyapa mereka semua. Serentak membuat mereka menoleh kepada remaja lelaki yang tengah  bersidekap dada dengan tatapan tajamnya.

"LAH GIO?!"

✧・゚: *✧・゚:*

Sorry banget baru up😭😭

Semoga kalian terhibur sama cerita ini💜

See U di next chapter🙌

𝗧𝘄𝗶𝗻𝘀 𝗨𝗻𝗶𝘃𝗲𝗿𝘀𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang