SUA (PROLOG)

11.8K 1.1K 182
                                    









-SUT-















-Jangan lupa nonton FMV cerita ini di tiktok aku ya! @nassaimagine-














London, 20:39.



Adel menatap sendu jalanan kota London yang kini dibasahi oleh guyuran hujan. Dia membalut tubuhnya dengan hoodie hitamnya. Tangannya terlipat ke depan dadanya dan tubuhnya menyender di bangku mobil.

"Nanti sampai di Jakarta, kamu jangan nakal ya? Ikutin apa kata Kakek."

Adel melirik mamanya yang duduk di sebelah supir, kemudian mengangguk pelan.

"Setelah pekerjaan Mama dan Papa udah selesai, kamu bakal kita jemput dan tinggal disini lagi."

"Ya."

"Jaga kesehatan ya, Del."

"Ya."

"Jangan nakal."

"Hm."

Shania lekas menoleh ke belakang, menatap sendu anaknya yang terlihat seperti acuh dengan ucapan-ucapannya. Dia menghela napas, kemudian menatap ke depan.

"Mama tau, kamu terpukul kehilangan dia. Tapi tolong, jangan berubah jadi kayak gini. Mama sedih, Del."

Ucapan Shania yang begitu lirih, berhasil membuat Adel menoleh ke depan sebentar kemudian kembali menatap jalanan.

"Maaf, Ma."

Shania menahan tangisnya. Ia tersenyum, kemudian ikut menatap jalanan dari kaca mobil samping.

"Ara, kamu gimana kabarnya, Sayang? Kamu gak mau kembali? Adik kamu sekarang udah besar, dia udah jadi anak SMA." ---Batin Shania.





o0o






"Selamat pagi, Pak Udin!!!"

Seorang gadis yang membalut seragam sekolahnya dengan jaket berwarna putih itu tersenyum lebar menyapa seorang satpam yang berjaga di gerbang sekolahnya.

"Eh, Neng Ashel. Pagi, Neng."

Ashel tersenyum. "Ini sarapan buat Bapak. Kalau mau setiap hari Ashel kasih sarapan, yuk sini nikahin Ashel dulu."

Udin langsung terkekeh kencang. Dia menerima sebuah bekal yang diberikan Ashel kepadanya, kemudian menggeleng.

"Gak dulu, Neng. Saya udah punya istri."

"Ashel mau kok jadi istri kedua, asal nikahnya sama Pak Udin."

Kembali Udin terkekeh. "Neng mending cari teman cowok sekolah, Neng. Pasti ada yang lebih dari saya."

Ashel langsung memajukan bibirnya dengan wajah yang ditekuk. "Gak ada yang menarik, kecuali Pak Udin."

"Masa?"

"Iya, Pak!" Ashel melipat kedua tangannya di depan. "Tipe Ashel itu tinggi, jadi murid-murid di sekolah ini gak ada yang memiliki tipe yang Ashel suka."

"Berarti saya tipe, Neng?"

Ashel menggeleng. "Jauh sih, Pak, sebenarnya. Tapi gak papa, Bapak banyak bulunya, kayak kucing saya, jadi saya suka."

Baik Udin maupun Ashel, mereka sama-sama terdiam karena ucapan Ashel barusan. Sadar akan perkataannya, Ashel langsung menutup bibirnya dan menggeleng.

"Eh m-maksud saya, bulu, bulu, kumis! Iya! Saya suka yang ada kumisnya, hehehehe."

Baru juga Udin ingin menjawab, Ashel langsung berlari kencang pergi meninggalkan pekarangan gerbang sekolah. Ia malu. Bisa-bisanya ucapan ambigunya itu terceplos di depan orang yang lebih dewasa darinya.

Koridor sekolah.

Ashel merutuki dirinya atas kejadian tadi. Dia memukul pelan bibirnya, dan tak fokus dengan jalanan di depannya. Hingga tanpa sengaja, gadis periang itu menabrak seseorang yang ada di depannya, sampai-sampai ia jatuh ke lantai karena tabrakan mereka sangat kuat dan pertahanannya kecil.

"Aduh!!!" Ashel meringis memegang bokongnya, kemudian menatap ke depan, tepatnya ke arah orang yang tabrakan dengannya.

"Flora!"

Ah, ternyata yang bertabrakan dengan Ashel adalah Flora. Gadis itu menatap penuh bersalah pada Ashel, kemudian membantunya untuk bangkit dari lantai.

"Maaf, maaf, gak sengaja. Tadi Olla dorong gue sampai nabrak lo kencang gini," ucap Flora dengan panik.

Ashel melirik tajam Olla yang sudah bersembunyi di belakang pundak Flora. Gadis itu memegang kuat tangan Flora, berharap agar Flora melindunginya dari amukan Ashel.

"Karena hari ini gue lagi gak mau jadi maung, lo berdua selamat dari gue. Dah, gue mau masuk ke kelas."

Ashel menyibakkan rambutnya dengan centil, kemudian berjalan meninggalkan Flora dan Olla yang menghela napas mereka dengan lega.

"Untung aja," lega Olla memegang dadanya.

Senyuman Ashel kembali mengembang. Dia berjalan pelan menuju kelasnya, sambil membalas sapaan dari murid-murid yang menyapa dirinya.

Dari arah yang berlawanan, seorang murid yang memakai hoodie hitam dan kacamata bulatnya, berjalan dengan wajah yang datar. Langkah demi langkah ia ambil, hingga saat di pertengahan koridor...

Ashel berpapasan dengan murid yang memakai hoodie hitam itu. Mereka berjalan bersama dengan arah yang berlawanan. Ashel yang tersenyum lebar, dan murid itu memasang wajah yang datar.

Saat papasan itu terjadi, jari mereka tak sengaja bersentuhan. Karena hal ini, murid yang memakai hoodie hitam itu berhenti berjalan, sedangkan Ashel malah melanjutkan langkahnya karena ia mengangkat tangannya dan berjalan cepat, menyapa teman-temannya yang ada di depan.

Adel. Gadis hoodie hitam itu menatap lekat punggung Ashel, kemudian menatap tangannya yang tak sengaja bersentuhan dengan tangan Ashel.

Hingga...



Sresh



"Kata Mama, kalau bersentuhan sama orang asing, langsung kasih handsanitizer biar gak ada kuman yang nempel," batin Adel seraya menyemprotkan sebuah handsanitizer ke arah tangannya.













































TBC.



















Cerita pertama tentang Ashadel! Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini biar banyak peminatnya ya! Dan jangan lupa, bedain yang mana Real dan Imajinasi ya? Ayo belajar dari kejadian sebelumnya. Semoga aja Ashel dan Adel makin langgeng persahabatannya! Dan gak mengecewakan, hehe. Oke deh, salam hangat dari aku, Nassa<3

SURAT UNTUK ASHEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang