PART 5 | KERJA KELOMPOK (1)

6.6K 955 187
                                    

"Gue suka sama lo, Shel."

"Jangan tinggalin gue."

Ashel duduk di balkon kamarnya. Dia memandang sebuah bingkai foto yang berisikan foto dirinya dengan seseorang yang teramat ia cintai.

Angin sore ini berhasil membuat rambut Ashel bergerak mengikuti irama angin. Situasi mendung sore ini sangat mendukung hati Ashel yang sedang galau. Wajahnya sendu, hendak menangis.

"Kamu nyuruh aku jangan tinggalin kamu, tapi malah kamu yang tinggalin aku disini."

"Cel, kira-kira kalau kita dimakan buaya, rasanya gimana ya?"

"Kamu kenapa bisa mikir kesitu, sih?"

"Kepo, Cel. Jawab dong."

"Ya aku gak tau, lah. Kan aku gak pernah dimakan buaya."

"Wah jangan lah. Kalau buayanya mau makan kamu, aku yang bakal makan buaya itu sebelum dia makan kamu."

"Hahahah, emang bisa makan buaya idup-idup?"

"Bisa, Cel. Kalau aku makan gak baca do'a pasti bisa."

"Hahahah, kenapa?"

"Karena kata ustadz, kalau kita makan gak baca do'a, kita makan bareng setan. Nah nanti aku makan buayanya gak baca do'a biar bagi dua sama setan."

"HAHAHAHAHAHA, ada-ada aja sih ucapannya."

Ashel tersenyum tipis. Air matanya terjatuh membasahi wajahnya yang cantik itu. Rindu. Dia sangat rindu dengan seseorang yang ada di bingkai foto yang ia pegang ini. Sungguh. Dia sangat merindukan orang itu.

Menatap langit yang mendung, Ashel semakin menangis di balkon kamarnya ini.

"Zee, I miss you, so.. much.."


o0o

Adel bersenandung kecil sambil mencoret-coret kertas kanvas yang ada di depannya. Iya. Di balkon kamarnya yang luas ini, dia sibuk melukis langit mendung yang sebentar lagi akan menurunkan hujan itu.

Dia sangat suka dengan situasi cuaca sekarang. Mendung-mendung berangin.

"Kamu lagi ngelukis?"

Adel tak menoleh ke belakang begitu mendengar suara seseorang. Dia kenal suara itu. Jadi dirinya membiarkan seseorang pemilik suara ini berjalan mendekatinya saja, karena ia samar-samar mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya.

"Hati-hati, hujan bakal turun."

Adel menoleh ke samping begitu seseorang tadi sudah berdiri di sebelahnya.

"Iya." Dia kembali melukis.

"Kamu lukis awan mendung ya, cantik nih lukisannya."

Adel tersenyum tipis. "Makasih, Kak Jinan."

Iya. Itu Jinan. Gadis itu tersenyum dan mengacak gemas rambut adiknya. Dia baru saja pulang dari kuliahnya. Karena mengingat sang Adik ada dirumah Nenek, jadilah ia menghampiri kamar adiknya untuk menemui Adel yang ternyata sedang melukis ini.

SURAT UNTUK ASHEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang