Jujur, kangen banget sama kalian woi ngab:(( apalagi sama orang-orang yang dulu masuk grup w.a huhuhuhu, semoga kalian sehat-sehat selalu yaa!
"Harus emang kamu pindah?"
Ara. Gadis yang membalut tubuhnya dengan jaket berwarna hitam itu menatap datar gadis bermata coklat di depannya.
"Harus."
"Bertahan dong, ada aku, aku bakal temenin kamu."
Ara menggeleng pelan. "Ada kamu pun, gak bisa dijadikan patokan buat aku bertahan."
Chika. Gadis bermata coklat itu mengeratkan kedua alisnya. Ia menatap tajam Ara, dengan kedua bola mata yang sudah berkaca-kaca.
"Lemah."
"Iya." Ara menghela napasnya. "Yang punya sekolah bukan lo, so, jangan sok mau jadi malaikat buat lindungin gue, Kak Chika."
Bibir tipis Chika tersenyum sedikit. "Padahal semuanya bisa diatasi, kalau kamu mau bertahan. Kamu gabakal pindah kalau kamu mau berjuang. Kamu gabakal pisah sama temen-temen kamu kalau kamu ada usaha. Tapi apa? Kamu milih pindah dan nyerah sama keadaan."
Ara tertawa. "Banyak banget drama kamu? Aku cuman pindah sekolah."
"Terserah kamu deh, Ra," jawab Chika setelah menghela napas panjang.
Ara menaikkan kedua bahunya ke atas kemudian berbalik badan.
"Kamu gak berada di posisi aku, Chik. Makanya kamu bisa ngomong aku harus bertahan, aku harus berjuang. Padahal kamu gatau kan? Berjuang pun aku, aku gak bakal dapat hasilnya."
"Ini udah takdir. Ini salahku, kalau aku gak bandel, pasti part aku pindah gabakal ada."
Ara tersenyum. "Gue pergi dulu, ya, Chik. Semoga lo dikasih kebahagiaan terus, walau dulu gue sempat berjuang buat kasih lo kebahagiaan."
Chika menundukkan kepalanya. Dia menahan rasa sedihnya yang begitu dalam. Hey? Siapa yang tidak sedih jika akan berpisah dengan orang yang teramat kita sayangi?
"Kalau akhirnya berpisah juga, kenapa harus datang? Seolah kita bakal terus bersama, Ra ..."
Suara Chika sama sekali tak digubris oleh Ara. Gadis itu malah mulai berjalan meninggalkan Chika sendirian di jalan yang sepi ini.
"Kasihan."
Flora. Gadis itu melirik sekilas teman yang ada di sebelahnya, kemudian menatap Ara dan Chika. Iya. Dia dan Olla daritadi berada disini karena mereka mengantarkan Ara ke stasiun. Dan saat ingin pulang, mereka tak sengaja melihat Chika berjalan cepat mencegah Ara yang ingin masuk ke dalam stasiun.
Memang dasarnya manusia serba ingin tahu, Olla langsung menggeret Flora untuk mengikuti Chika dan mendengarkan percakapan Chika dengan teman mereka secara diam-diam.
"Padahal dulu mereka deket banget, nempel mulu, tapi sekarang? karena gengsi dan gamau berjuang, malah jadi gini."
Flora mengangguk. "Ya udahlah, mungkin ini bukan era mereka lagi buat bersama."
Olla mengangguk. "Iya, Flo."
"Yaudah."
Wajah Olla ia dongakkan ke atas untuk mengikuti Flora yang beranjak ingin pergi. Namun bukannya mengikuti Flora, dia malah berjalan mendekati Chika yang masih menundukkan kepalanya. Ntahlah, menurutnya Chika sedang menangis. Terbukti dari getaran pundak gadis cantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT UNTUK ASHEL
Ficção AdolescenteTerimakasih, Ashel. Atas kamu perempuan paling lucu yang aku kenal, perempuan kuat yang selalu mementingkan orang lain dibanding diri kamu sendiri, perempuan dengan senyuman paling indah itu. Dan Aku, orang kaku yang tidak bisa mengutarakan isi ha...