11. PDKT
"Adel."
Sungguh aku terkejut kala Ashel memanggilku sambil berlari ke arahku. Dengan senyumnya yang manis dan rambut panjangnya yang ikut bergoyang karena pergerakan larinya, gadis itu kini berada di depanku tanpa melunturkan senyumannya.
"Akhirnya aku ketemu kamu," katanya sambil merogoh kantung rok sekolahnya.
Aku mengernyit heran. Dia memberikanku sebuah coklat berbentuk bulat dan diikat oleh pita berwarna ungu.
"Buat kamu, karena udah dengerin aku cerita dan nemenin aku nugas kemarin," katanya. Aku hanya menatapnya sebentar kemudian kembali menoleh pada coklat pemberiannya.
"Gak usah repot-repot," kataku. Ya lagian aku melakukan itu karena tulus, tanpa berharap mendapatkan apa-apa darinya. Dan juga aku tidak menyangka jika ia memberikanku sebuah coklat ini.
Ashel terkekeh pelan. "Coklatnya enak loh, aku aja suka, tapi aku gak bisa makan karena gak boleh makan coklat."
Aku menaikkan kedua alisku. "Kenapa?" tanyaku, ya mungkin sedikit kepo harus dimasukkan dalam sesi pendekatan, haha.
Ashel terlihat berpikir, dengan mengerutkan bibirnya dan ia melihat arah kanan, mungkin caranya berpikir seperti itu kali ya? Lalu beberapa detik kemudian dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum kembali.
"Gak apa-apa, gak bisa aja makan coklat, hehe," katanya. Aku hanya diam saja. Tapi di dalam pikiranku, mungkin Ashel menganggap kita tidak terlalu dekat, dan aku tidak boleh tahu tentang dirinya terlalu dalam(?)
Karena malas menghabiskan waktu dengan seperti ini, aku langsung mengambil coklatnya kemudian mengangguk. "Makasih," kataku yang dijawab anggukan kepala olehnya.
Aku menunggunya. Menunggu dirinya pamitan dan pergi dari hadapanku. Tapi setelah satu menit habis, gadis berambut panjang yang memiliki senyum termanis itu sama sekali tidak beranjak. Entah apa yang ditunggu gadis itu.
"Nunggu apa?" tanyaku akhirnya.
"Emmm ..." Ashel menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, kemudian tersenyum menggemaskan. "Aku suka pita coklatnya, boleh minta gak ya?"
Mendengar ucapan Ashel barusan, aku langsung melihat coklat pemberiannya, dan melihat pita disana. Aku terkekeh. Lucu sekali. Langsung saja aku membuka pita itu, kemudian memberikannya kepada Ashel.
"Kenapa? Suka ya sama pitanya?"
"Iya. Suka warnanya juga."
"Oh iya?"
"Iya, Del."
Aku berpikir sebentar, kemudian menemukan sebuah ide. "Aku kasih pita ini, tapi ada syaratnya."
Gadis di depanku ini terlihat bingung. Aku melipat kedua tanganku ke depan, kemudian bersuara kembali.
"Pulang sama aku."
Ya ... bodohlah kalau ketahuan modus. Karena coklat ini sudah menjadi milikku, tidak salah juga kan aku memberikan syarat untuk mengasihnya kembali ke orang? Sekalipun orang itu adalah orang yang memberikan coklat ini?
Ashel terlihat berpikir, kemudian mengangguk dengan cepat. "Boleh. Asalkan pitanya sama aku."
Aku tersenyum. Asik. Pancingan pertama sudah dimulai.
Ini sudah jam pulang sekolah. Namun karena aku menunggu Olla yang ke toilet untuk membuang air besar, aku jadinya duduk di parkiran sekolah. Mira sudah pulang bersama mamanya. Flora, anak misterius itu sudah pulang karena katanya ada urusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT UNTUK ASHEL
Teen FictionTerimakasih, Ashel. Atas kamu perempuan paling lucu yang aku kenal, perempuan kuat yang selalu mementingkan orang lain dibanding diri kamu sendiri, perempuan dengan senyuman paling indah itu. Dan Aku, orang kaku yang tidak bisa mengutarakan isi ha...