PART 4 | BESTFRIEND?

5.4K 830 124
                                    

"Pak Udin!!"

Udin yang sibuk menyesap kopi langsung tersedak karena mendengar teriakan dari Ashel yang berlari ke dekatnya.

"Selamat pagi!!" ucap Ashel dengan senyuman lebarnya.

Dengan wajah yang bingung, Udin tersenyum canggung kemudian membalas sapaan dari murid yang dari kelas sepuluh ini selalu mendekatinya tanpa kata lelah dan putus asa.

"Ya, Neng."

Ashel melebarkan senyumannya. "Saya bawakan bekal buat Pak Udin, nih."

"Eh gak usah, Neng. Saya udah dapat bekal dari istri saya kok," tolak Udin secara halus begitu Ashel menyodorkan bekal makanan padanya.

Ashel terdiam sebentar kemudian kembali tersenyum. "Gak apa-apa terima aja, Pak."

Udin menggeleng. "Jangan, Neng. Nanti istri saya ngambek kalau saya makan bekal dari Neng Ashel."

Baru juga Ashel ingin menjawab, tiba-tiba pergerakan mulutnya berhenti begitu ia melihat sebuah mobil Alphard berwarna hitam berhenti di depan gerbang sekolahnya. Ashel pun berdiri tegak dengan seluruh tubuhnya menghadap ke depan pagar.

Pintu mobil mewah itu terbuka, dan keluarlah Adel yang tidak membalut seragam sekolah dengan hoodie seperti kemarin. Gadis itu berdiri tegak seraya memegang tali sandang tas hitamnya. Kemudian berjalan masuk ke sekolah tanpa menoleh ke Ashel sedikitpun.

"Ih tuh anak sombong banget sih," gumam Ashel seraya menoleh terus pada Adel yang sudah berjalan masuk ke dalam sekolahnya.

"Ya walaupun sombong kelihatannya, tapi banyak banget yang ngefans, Neng," sahut Udin tiba-tiba.

Ashel menoleh pada satpamnya. "Kok tahu?"

Seperti Ibu-Ibu gosip, Udin melambaikan tangannya ke depan dengan wajah julidnya. "Saya mah sering gosipin murid baru itu sama murid-murid disini."

Kedua alis Ashel naik ke atas. "Oh ya? Gosipin gimana?"

"Kemarin dia naik mobil bmw warna hitam, terus pulangnya naik pajero hitam, nah sekarang pake alphard. Bayangin, sekaya apa itu anak, Neng. Mana auranya keren banget lagi, kelas lah kelas."

Ashel terbahak-bahak. "Yee berarti orang lain ngincar dia karena kaya doang?"

Udin menaikkan kedua bahunya ke atas. "Mungkin sih, Neng. Tapi denger-denger katanya itu anak paket lengkap. Udah pinter, cantik, kaya lagi. Pandai main musik, jago gambar, terus juga baik."

Ashel mengernyit heran. "Tau darimana baik?" Namun seketika Ashel langsung terdiam karena mengingat Adel yang menangani lukanya dan membantunya ke UKS. "Eh, emang baik sih."

"TUH KAN, NENG!"

"Eh astagfirullah, kaget." Dengan wajah terkejutnya Ashel mengelus dadanya karena teriakan dari satpam sekolahnya itu.

"Ehehehe maaf, Neng. Terlalu semangat gosip saya-nya."

Ashel mencibir. Kemudian dia terdiam memikirkan Adel. Ntahlah, semenjak kemarin gadis itu membantunya, ntah kenapa sampai sekarang dia terus memikirkan gadis itu dan kenapa setiap di penjuru sekolah, dia selalu bertemu dengan gadis itu?!!!

"Woi, Cel. Kagak masuk?"

Ashel kembali kaget. Bagaimana tidak kaget. Kathrina datang-datang memukul pundaknya dengan kuat sambil bertanya seperti itu dengan nada yang sedikit tinggi.

"Kaget gue!" ucap Ashel.

Kathrina mencibir. "Tumben gue-gue?"

"Suka-suka lah," sewot Ashel kemudian pergi meninggalkan Kathrina bersama Udin.

SURAT UNTUK ASHEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang