Adel tengah fokus menatap ayam di halaman kantin samping sekolahnya. Ayam itu sangat hikmat sekali memakan makanan yang diberikan pemiliknya kepadanya.
"Gabut? Segala ayam lo liat segitunya," ucap Olla setelah mengunyah kerupuknya.
Adel menoleh, kemudian menatap ayam itu lagi. "Ayamnya manis."
Olla mengernyit. Dia menatap Adel kemudian menatap ayam yang ditatap temannya itu dengan seksama. "Apanya yang manis?"
"Wajahnya."
"Hah?"
Olla menatap Adel dan ayam itu ganti-gantian kemudian menggeleng dengan raut wajah yang lucu. "Aneh lo. Demen sama ayam?"
Adel mengangguk. "Di London, gue punya satu ayam. Namanya Laras."
Olla memajukan wajahnya. "Laras? Cantik banget namanya."
Adel tersenyum. "Sama kaya wajahnya, cantik."
Seketika langsung berubah ekspresi Olla. Wajahnya sungguh tidak enak dipandang. Dia menepuk pundak Adel lalu berdiri. "Sinting banget lo. Huu!" Kaki Olla ia ayunkan untuk mengusir ayam yang dipandang Adel itu.
Suara ayam itu mulai terdengar sekaligus ayam itu melompat dengan mengepakkan sayapnya karena terkejut atas perlakuan Olla. Adel pun langsung berdiri dan menatap temannya dengan tajam.
"Dia kaget!"
Olla memutar bola matanya malas. "Bodoamat, wle!" ejeknya.
Gadis nyablak itu pun berjalan masuk ke warung samping sekolahnya sambil menggurutu. "Punya temen aneh semua. Dulu ada pecinta sapi, sekarang pecinta ayam. Heran, gue punya temen anak tarzan semua," katanya dengan nada mengomel emak-emak.
"Ngapa lo? Kayak emak-emak setres banyak cucian," ucap Mira yang duduk mengangkat satu kakinya di atas bangku panjang warung, dengan tangan kanannya memegang risol.
Olla duduk di hadapan Mira. "Kayaknya tuh anak kutub bakal kayak si Ara dah. Berperikehewanan."
Mira tertawa. "Berperikehewanan."
"Iya. Kalau si bocil sama sapi, ini dia sama ayam. Masa dia punya ayam, namanya Laras."
Mira kembali tertawa. "Suruh kenalin sama Raka dah, biar kita kawinin."
"Lah?" Olla mengernyit. "Emang bisa?"
Mira mengangguk. "Bisa. Kan sama-sama hewan."
Olla membulatkan mulutnya. "Ohh, gitu ya. Gue kira harus sejenis gitu. Ternyata bisa juga ya beda jenis."
Kembali Mira menganggukkan kepalanya. Dia mengunyah risolnya dulu, baru berbicara. "Balik ke SD deh lo, goblok."
Yang tadinya Flora hanya diam mendengarkan pembicaraan kedua temannya, kini ia tertawa karena ucapan Mira.
Olla, temannya itu memang lemot. Tapi kalau masalah mesin, dia juaranya. Apalagi kalau main alat musik, wah dia jagonya. Tapi yang minus ya itu. kelemotannya. Eits, tapi jangan salah. Lemot-lemot begitu, dia suka pelajaran matematika dan lumayan bisa mengerjakannya.
Berbanding terbalik dengan Mira, mamanya geng. Mira ini dewasa. Walaupun suka ngelucu, tapi pemikirannya sangat dewasa. Banyak yang deketin tapi masih gak mau mikirin hubungan. Mira pernah berpacaran, sekali, di hidupnya. Cukup lama. Tiga tahun lebih. Namun hubungannya kandas karena pacarnya meninggal akibat kecelakaan tunggal. Karena hal itu, Mira mengalami trauma berat dalam menjalin hubungan. Iya. Mira takut akan hal perpisahan.
"Nah ini orangnya," kata Olla begitu melihat Adel masuk ke warung. Gadis itu duduk di sebelah Mira kemudian menatap Flora sebentar yang duduk di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT UNTUK ASHEL
Teen FictionTerimakasih, Ashel. Atas kamu perempuan paling lucu yang aku kenal, perempuan kuat yang selalu mementingkan orang lain dibanding diri kamu sendiri, perempuan dengan senyuman paling indah itu. Dan Aku, orang kaku yang tidak bisa mengutarakan isi ha...