"Ikan kekek mak iloi iloi, ikan gelama mak ilai ilai."
Ashel masuk kedalam kelasnya dengan menggoyang pelan kepalanya ke kanan dan ke kiri sekaligus bernyanyi. Di belakangnya ada Chika dan Jessie sedang berjalan beriringan.
"Pagi, Kathrin!" sapa Ashel pada teman sebangkunya kemudian duduk dengan manis di bangkunya.
Kathrina hanya menatapnya dengan jengah. "Masih pagi, lo udah aktif aja," katanya.
"Kalau Ashel mah gak usah diragukan lagi, sampai malam nanti, tingkat aktifnya masih terus bekerja. Gak ada habisnya," sambung Jessie yang duduk dibelakangnya Kathrina.
Kathrina terkekeh, "Iya juga sih."
Ashel langsung mencibir atas perkataan kedua teman kelasnya ini. "Baguslah kayak gitu, semangat hidup berarti akunya. Daripada kayak teman sebangku kamu, kayak mayat hidup," sindirnya pada teman sebangku Jessie, yaitu Chika.
Yang disindir hanya melirik sekilas Ashel yang duduk di depannya, kemudian menenggelamkan wajahnya di atas meja.
Jessie hanya tersenyum tipis melihat Chika. Dia tahu. Dia tahu kenapa gadis itu menjadi mayat hidup seperti ejekan Ashel tadi.
"Masih belum moveon, Chik?"
Chika tak menjawab, namun kepalanya ia anggukkan. Ashel yang daritadi memperhatikan Chika, langsung berpikir sesuatu dan menoleh ke depan.
"Gara-gara liat Chika, rasanya aku pengen pacaran deh," keluh Ashel sambil menopang dagunya di atas mejanya.
Kathrina yang tadinya menoleh ke belakang menatap Jessie dan Chika, lekas menoleh ke depan begitu mendengar suara Ashel yang terdengar menyedihkan itu.
"Kenapa?"
"Pengen ngerasain berantemnya. Aku gak mau uwu sih, tapi aku mau berantemnya aja."
Katrina mengernyit heran dengan mulut yang sedikit terbuka. "Bego lo ya? Bisa-bisanya alasannya gitu."
Ashel mengendus. "Ih pengen pacaran, tapi Pak Udin udah nikah."
Semakin terbuka mulut Kathrina mendengar ucapan dari teman sebangkunya yang sudah menjadi temannya sejak SD ini.
"Ashel, lo kayaknya gila deh? Masa bapak-bapak gitu lo idam-idamkan sih? Geli gue jadinya." Kathrina mengusap-usap sikunya pertanda ia merinding.
Ashel melirik tajam teman sebangkunya ini. "Suka-suka aku lah, kok heboh banget sih."
Kathrina memutar bola matanya malas. "Sebenarnya gue gak dukung lo pacaran sih," katanya.
"Kenapa?"
"Ya coba bayangin, dengan lo yang manjanya ngeri banget, suka overthinking, suka ngambek, gimana nasib pacar lo nanti? Gue aja jadi temen lo udah frustasi banget, gimana doi?"
Ashel diam. Ia tiba-tiba membayangkan dirinya sedang memiliki hubungan dengan seseorang. Dan orang yang ia bayangkan adalah Pak Udin.
"Hueeee! Pak Udin ganteng banget, kenapa dia udah punya istri sih," keluh Ashel sambil merengek.
Kathrina menepuk jidatnya. "Ya Tuhan, tolong ampuni dosa teman hamba ini."
Jessie terkekeh mendengar ucapan Kathrina. Dia bisa membayangkan bagaimana frustasinya temannya ini karena duduk sebangku dengan Ashel yang seperti anak-anak itu. Kemudian pandangan Jessie beralih pada Chika yang masih meletakkan kepalanya di atas meja.
Dia tersenyum tipis, kemudian membatin. "Ya Tuhan, tolong persatukan mereka kembali," katanya seraya menatap nanar punggung Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT UNTUK ASHEL
Teen FictionTerimakasih, Ashel. Atas kamu perempuan paling lucu yang aku kenal, perempuan kuat yang selalu mementingkan orang lain dibanding diri kamu sendiri, perempuan dengan senyuman paling indah itu. Dan Aku, orang kaku yang tidak bisa mengutarakan isi ha...