PART 2 | KENALAN.

5.6K 935 226
                                    

Flora berdecak kesal. "Kalau ngomong itu di filter."

Mira mengangguk. "Tau nih, si curut satu. Ngomong gak pernah lihat tempat."

Bukannya tersinggung ataupun marah, Ara malah terkekeh. Dia meletakkan ponselnya ke atas meja kantin kemudian tersenyum tipis.

"Ya semoga aja lah kayak gitu. Lagian menurut gue tuh anak baik sifatnya. Dan semoga setelah masa dimana gue cabut dari sekolah ini udah tiba, itu anak baru bisa gabung sama lo semua."

Ketiganya terdiam di tempat. Mereka menatap sendu Ara yang malah memamerkan senyuman palsunya.

"Ini salah gue. Salah gue yang gak matuhi peraturan sekolah sampai poin gue habis dan dapat surat pengeluaran dari sekolah."

Flora tersenyum. "Syukur kalau lo sadar."

Ara terkekeh, "udah sadar dari dulu sih, cuman gue badannya bakal gatal kalau gak bikin rusuh."

Olla melemparkan sedotan bekas minumannya ke hadapan Ara seraya mencibir. "Woo, dah, jangan lupa sering ikut pengajian lo biar taubat."

Ara tertawa lalu mengangguk. "Iya, gak bakal lupa."

"Sini peluk, gue jadi rada sedih karena inget lo bakal pindah dari sini," kata Mira seraya merentangkan tangannya.

Melihat itu, langsung saja Ara menubruk tubuh Mira dan memeluknya dengan erat. Kemudian Olla pun ikut-ikutan memeluk mereka sedangkan Flora hanya tersenyum melihat teman-temannya yang berpelukan dengan erat itu.

"Andai gue bisa nikmatin waktu yang banyak bareng lo semua."

"Andai gue gak ngelakuin kesalahan."

"Andai semuanya gak terjadi, gue yakin, gue masih ada disini, mengikis semua kisah bareng lo semua."

Tiga kalimat itu hanya Ara tuturkan di dalam hatinya. Dia ingin menangis. Rasanya ingin berteriak untuk memberhentikan waktu kedepannya. Sungguh, dia belum sanggup untuk berpisah dengan teman-temannya ini.

Ara salah. Ia terus-terusan melanggar peraturan sekolah. Sering terlambat, ikut tawuran, tidak pernah lengkap memakai atribut, dan sama sekali tidak pernah mengerjakan PR. Di sekolahnya ini memang memiliki sistem pembelajaran, yaitu memberikan poin kepada siswa. Jadi selama siswa tersebut melakukan kesalahan, poin itu akan berkurang. Dan jika poinnya sudah habis tak bersisa, maka siswa tersebut akan dikeluarkan.

Dan hal itu, terjadi pada Ara sekarang.







o0o



"Makasih, ya."

Adel hanya mengangguk pelan tanpa ekspresi apapun untuk menjawab perkataan dari Ashel yang duduk di atas bangsal UKS. Lutut Ashel sudah diperban dan dokter sudah berkata kalau Ashel bisa kembali ke dalam kelas.

"Namanya siapa?" tanya Ashel sekedar basa-basi. Dia bingung juga ingin mengobrol apa dengan murid asing yang baru pertama kali ia lihat di sekolah ini.

Adel tak menjawab. Karena ketika ia ingin membuka mulutnya untuk bersuara, tiba-tiba pintu UKS terbuka dan suara bising langsung menghampiri ruangan ini.

"Ashel!"

Itu Kathrina. Dia datang kesini bersama Indah dan Marsha. Adel yang tak mengenal mereka bertiga pun lekas terdiam dan menepi, membiarkan ketiga gadis itu berbicara dengan Ashel.

"Mana Jessie?" tanya Ashel. Karena tadi seingatnya Jessie ada disini.

"Tadi setelah kita izin buat beli makanan, Kak Jessie izin ke kelas dulu. Ada yang mau dia urus," jawab Marsha.

SURAT UNTUK ASHEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang