"Non, tamunya sudah datang," ujar Mbok Dijah dari luar pintu kamar.
"Iya, Mbok. Sebentar lagi saya selesai," balas Rere sembari tetap mengepang sebagian rambutnya di bagian kiri.
Sesuai dengan permintaan Bu Yuli, Gara akan datang ke rumah ini. Mungkin karena Rere sudah tidak perlu berbohong lagi kepada mamanya, atau mungkin karena Gara berjanji untuk membereskan masalah perjodohannya, dia jadi merasa lebih tenang dan rileks. Dia lalu memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada yang salah dengan penampilannya. Bagus, Rere sudah siap untuk menyambut sang pujaan hati.
"Maaf ya, Mas. Udah nunggu la ...."
Ucapan Rere mendadak terputus begitu mendapati seorang wanita yang duduk manis di sofa ruang tamu. Usianya boleh melewati setengah abad, tetapi pesonanya tidak kalah dengan para wanita muda. Kulitnya putih bersih, lembut dan halus seperti salju. Kerutan di wajahnya nyaris tidak terlihat. Bentuk tubuhnya pun masih bagus dan proporsional hasil dari perawatan tubuhnya yang mahal dan intensif. Apa yang sedang dilakukannya di sini?
"Eh, Rere. Cantik sekali kamu hari ini," puji wanita itu seraya bangkit dari sofa dan menghampiri Rere untuk melakukan cipika-cipiki.
Rere menempelkan pipi kanan dan kirinya secara bergantian ke pipi wanita itu sambil bertanya, "Tante Junita ada apa ke sini?"
"Jelas buat ketemu kamu dong. Emang Tante nggak boleh ketemu sama calon istri anak Tante sendiri?" jawab Bu Junita ringan tanpa beban.
Rere tergagap. "E-eh? C-calon istri siapa, Tante?"
"Calon istri Abang dong, emang siapa lagi?" ujar Bu Junita sambil menepuk satu lengan Rere setengah gemas.
Rere makin tidak mengerti. Siapa 'abang' yang dimaksud? Dia pun melirik ke arah Gara yang hanya mengangkat bahu dengan wajah pura-pura bodoh. Sudah pasti ada yang tidak beres di sini.
"Lho? Jeng Junita?" Bu Yuli muncul di belakang Rere dengan wajah berseri-seri. Sebuah kejutan yang menyenangkan melihat teman baiknya itu datang ke rumah ini.
"Eh, Jeng Yuli. Apa kabar?" sapa Bu Junita hangat lalu sekali lagi melakukan cipika-cipiki dengan Bu Yuli.
"Jeng Junita kok nggak bilang-bilang sih kalau mau ke sini? Tahu gitu saya masakin sop buntut andalan saya."
"Udah, nggak papa, Jeng. Nggak usah repot-repot."
"Sore, Tante," sapa Gara lalu meraih satu tangan Bu Yuli dan mencium punggung tangannya dengan sopan.
"Sore juga, Gara. Tambah ganteng aja kamu ya sejak terakhir kali kita bertemu," balas Bu Yuli dengan senyum lebar.
Gara tertawa kecil. "Tante Yuli bisa aja."
"Kamu mau minum apa? Kopi hitam seperti biasanya?"
"Boleh." Gara mengangguk setuju.
"Kalau saya bebas apa aja, Jeng. Yang penting dingin dan tidak terlalu manis," timpal Bu Junita.
"Oke, tunggu sebentar ya. Biar Mbok Dijah siapin dulu minumannya."
Bu Yuli menyilakan kedua orang itu untuk duduk kembali lalu memanggil Mbok Dijah dan memberikan instruksi. Sambil menunggu, Bu Yuli dan Bu Junita saling bertukar kabar dan berbasa-basi dengan santai. Mereka tampak akrab sekali seperti sudah berbesan selama puluhan tahun. Firasat Rere makin tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mother, I Don't Want To Get Married! [EDIT ON PROCESS]
Romance"Kalau begitu, maukah Bapak menjadi pacar saya?" "Kenapa saya harus menerima tawaran itu?" "Um ... tentu saja karena saya menyukai Bapak." Rere tidak ingin menikah, tetapi sang mama memaksanya untuk menerima perjodohan. Oleh karena itu, Rere nekat m...