Chapter 11

707 72 18
                                    

Rere berdiri di depan sebuah gedung yang terletak di salah satu kawasan perkantoran elit di jantung ibukota. Netra hijaunya bergulir dari atas hingga ke bawah, mengagumi betapa megahnya gedung berlantai tujuh ini. Tertulis 'HYP Law Firm' dalam huruf latin besar-besar di atas pintu masuk. Untuk beberapa saat, Rere merasa ragu. Pasalnya, orang yang akan Rere temui hari ini adalah seorang pengacara kondang sekaligus pimpinan utama di gedung ini.

Anggara Wishnu Haritala, S.H., LL.M, founder sekaligus managing partners HYP Law Firm. Bersama 20 orang pengacara lainnya, Gara berhasil membawa firma hukum ini menjadi salah satu firma hukum terbesar di Indonesia. Sudah banyak sekali kasus hukum yang dimenangkan oleh firma hukum ini. Kliennya sebagian besar merupakan pejabat, pengusaha dan artis terkenal. Gara sendiri merupakan seorang pengacara yang terkenal cerdas dan ambisius. Hingga detik ini, belum ada seorangpun yang bisa mengalahkannya di pengadilan. Tidak mengherankan bila Gara menjadi salah satu pengacara yang paling disegani sekaligus ditakuti oleh lawan-lawannya.

Tidak cukup sampai di situ. Gara juga merupakan seorang pebisnis ulung. Selain firma hukum, dia juga memiliki sejumlah bisnis di bidang properti. Mulai dari ruko, vila, hotel, hingga resort. Dia juga merupakan pemegang saham terbesar di salah satu perusahaan terkenal yang bergerak di bidang teknologi informasi, ELIT Tech Corporation. Ya, Rere memang sudah mengira bahwa Gara bukan orang sembarangan, tetapi tidak disangka reputasinya akan sehebat itu. Selama ini Rere tidak pernah berusaha mencari tahu lebih dalam tentangnya. Tidak, lebih tepatnya dia tidak pernah peduli maupun tertarik kepadanya. Dia pikir dirinya tidak akan pernah berurusan apapun dengan putra sulung Bu Junita itu, jadi untuk apa dia terlalu mengorek-ngorek tentang kehidupan pribadinya?

Akan tetapi, situasinya sekarang sudah jauh berbeda. Untuk menghadapi orang seperti Gara, Rere tidak bisa menggunakan cara biasa. Setelah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan memikirkannya baik-baik, sampailah dia pada satu kesimpulan yang membawanya ke tempat ini. Setelah beberapa tarikan napas untuk memantapkan hati, Rere mulai melangkah. Begitu melewati pintu masuk, dia langsung menjadi pusat perhatian. Rere mengabaikan semua tatapan penasaran itu dan terus berjalan menghampiri meja resepsionis. Ada dua orang wanita berjas hitam yang siap menyambutnya.

"Permisi, apa Pak Anggara ada di tempat sekarang?"

"Mohon maaf, dengan siapa ya?" respon salah satu resepsionis ber-nametag 'Sherly' dengan ramah, sementara resepsionis satunya yang ber-nametag 'Finny' menilai penampilan Rere dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Tentu saja tidak ada yang salah dengan penampilannya. Rere memang sengaja mengerahkan usaha ekstra agar dirinya terlihat lebih layak saat memasuki kantor yang prestisius ini. Akan sangat tidak lucu bila dia sampai terlihat lebih lusuh dari dua resepsionis cantik yang berdiri di depannya.

"Saya Raelyn Ayudya, pacarnya."

Kedua wanita itu tersentak. "P-pacar?"

"Iya. Saya sudah bikin janji sama beliau untuk bertemu siang ini." Rere melempar senyum simpul. "Apa saya bisa bertemu dengan beliau sekarang?"

"Baik, tunggu sebentar ya."

Kedua wanita itu mundur beberapa langkah lalu membalikkan badan. Mereka saling berbisik satu sama lain dengan sesekali melirik ke arah Rere. Tidak sampai satu menit, mereka lalu kembali menghadap Rere.

"Mohon maaf, Nona. Firma hukum kami memiliki aturan yang ketat untuk tidak membiarkan siapapun yang tidak berkepentingan untuk masuk ke kantor ini. Kami hanya menerima para tamu yang benar-benar ingin berkonsultasi masalah hukum dengan para pengacara kami. Sedangkan untuk pertemuan pribadi, mohon maaf tidak bisa," jelas Sherly yang disusul dengan bungkukan badan dari mereka berdua.

Mother, I Don't Want To Get Married! [EDIT ON PROCESS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang