"Kau sengaja," ucap Yoongi seraya menatap kedua mata sipit milik Jimin.
Ya, tentu saja, baik Jimin ataupun Yoongi, mereka berdua mengingat perkataan lelaki berkulit pucat itu tentang Yoongi yang akan mencium Jimin sampai mati jika lelaki manis itu terus memanggil Yoongi yang setahun lebih tua darinya itu dengan sebutan Yoongi tanpa embel-embel 'Hyung'.
"Tidak mau?" tanya Jimin masih dengan tatapan polos miliknya.
Untuk sesaat, Yoongi senang bukan main, namun dia tidak ingin Jimin menyesal karena berpacaran dengannya. Ya, yang Yoongi tahu, Jimin masih menyukai Sehun.
"Aku bukan tempat pelarian," tutur Yoongi tanpa melepas tatapannya.
"Sehunie tidak pernah mencium Jiminie," ucap Jimin, "kalau Hyung tidak mau-"
Cup!
Yoongi sudah memotong ucapan Jimin dengan mengecup bibir lelaki manis itu untuk membungkamnya.
"Sudahkan?" pungkas Yoongi.
Jimin yang terkejut itu hanya mengangguk kaku.
Yoongi hanya tersenyum tipis, dia tidak tahu kenapa Jimin mengajaknya berpacaran, Yoongi tidak rugi sama sekali karena pada kenyataannya dia memang menyukai makhluk mungil nan manis itu, tapi apa yang membuat Jimin memutuskan untuk berhenti menyukai Sehun dan mengajaknya berpacaran? Yah, jujur saja, Yoongi tidak akan menanyakan alasannya.
Yoongi hanya perlu membuat Jimin benar-benar mencintainya juga hingga dia tidak peduli lagi pada Sehun.
"Hyung," panggil Jimin lagi.
"Hm?" tanya Yoongi.
"Ayo obati lukanya," ucap Jimin seraya mengamati luka di wajah Yoongi. Saat berciuman tadi, Jimin tidak menyadarinya karena terus menutup mata.
Yoongi sudah terkekeh. "Obati aku." Dan Jimin sudah mengangguk lucu.
***
"Di mana matamu?!" tanya Jeonghan galak seraya menatap Seungcheol yang kebingungan.
"Di sini," jawab Seungcheol polos seraya menunjuk matanya.
"Gunakan matamu dengan baik!" semprot Jeonghan.
"Tapi kau yang menabrakku duluan, Nona," tutur Seungcheol dengan tatapan bingung. Jujur saja dia tidak emosi karena tidak fokus menatap wajah cantik Jeonghan. Bagaimana mungkin seseorang terlahir begitu cantik?
"N-nona?! Kau tidak lihat?!" Marah Jeonghan seraya menunjukan celana yang ia kenakan. "Kau benar-benar harus pergi ke dokter mata!" lanjut Jeonghan seraya berjalan meninggalkan tempat itu, tak lupa ia menubruk kasar bahu Seungcheol yang terkejut saat sadar bahwa orang yang menabraknya adalah seorang lelaki yang sangat cantik.
***
"Apakah sakit?" tanya Jimin seraya mengoles obat merah di pelipis dan pipi Yoongi yang lebam.
Yoongi hanya menggeleng.
"Hyung, kau belum menjawab pertanyaan Jiminie, siapa yang memukul Hyung?" tanya Jimin seraya menatap kedua mta Yoongi yang sedari tadi tengah memperhatikannya.
"Kenapa? Apa kau akan membalasnya untukku?" Yoongi balik bertanya.
Jimin sudah mengangguk polos. "Jiminie ingat saat lelaki bernama K itu menyakiti Jiminie, Jiminie benar-benar takut, saat itu mata Jiminie buram, tapi Jiminie bisa melihat dengan jelas bahwa Hyung datang dan memukul K, saat itu Jiminie merasa lega hingga kehilangan kesadaran, saat Jiminie bangun, Jiminie tidak melihat Hyung, Jiminie takut Hyung terluka karena menyelamatkan Jiminie," jelas lelaki manis itu panjang lebar.
Yoongi hanya tersenyum tipis dengan wajah yang memperhatikan tingkah lucu Jimin saat ia menjelaskan perasaannya.
"Tidak perlu, kau menjadi milikku saja, aku sudah senang, tidak perlu membalas siapapun, cukup obati aku seperti ini saja," tutur Yoongi dengan suara lembut.
Lagi, jantung Jimin dibuat berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya hanya dengan menatap mata tajam Yoongi yang menatapnya teduh. "T-tapi Jiminie lebih senang jika Hyung tidak terluka," cicitnya.
"Kau sangat menyukaiku ternyata," kekeh Yoongi.
Jimin yang merasa bahwa Yoongi tengah menggodanya itu sudah mempoutkan bibirnya dengan tangan mungilnya yang memukul bahu Yoongi karena kesal.
"Hyung yang menyukai Jiminie lebih dulu" misuhnya.
"Kata siapa? Kau yang mengajakku kencan lebih dulu." Ucapan Yoongi itu membuat Jimin semakin mempoutkan bibirnya.
"Jiminie juga tidak tahu, saat Jiminie menyukai Sehunie, Jiminie tidak pernah seperti ini, Jiminie hanya nyaman, terlebih Sehunie itu keren-"
"Mulai sekarang jangan katakan itu untuk siapapun kecuali aku," potong Yoongi cepat.
Mata sipit Jimin sudah memicing ke arah Yoongi. "Hyung cemburu? Ya, tentu saja, Jiminie tidak menyukai Yoongi Hyung karena Hyung itu galak tapi saat Hyung datang sendirian untuk menyalamatkan Jiminie, saat itu Jiminie tahu bahwa Hyung punya sisi yang hangat juga," tutur Jimin.
Yoongi hanya tersenyum tipis mendengarnya. "Ayo makan eskrim," ajaknya tiba-tiba.
Mata Jimin sudah berbinar saat mendengar kata eeskrim keluar dari mulut lelaki pucat itu, namun detik berikutnya wajahnya sudah berubah. "Hyung tidak boleh nakal, jangan mengajak Jiminie untuk membolos lagi, itu tidak baik, mulai sekarang Hyung tidak boleh membolos lagi, tidak boleh datang terlambat dan semaunya sendiri, memangnya sekolah ini milik Hyung? Hyung tidak boleh seperti itu." Oke, akhirnya Yoongi bisa mendengarkan omelan Jimin lagi.
"Kau benar, sekolah ini memang milikku," ucap Yoongi dengan nada datar, ekspresinya kentara tenang.
Jimin sudah menepuk pipi Yoongi. "Hyung, Jiminie bilang kalau Hyung tidak boleh nakal, sekarang Hyung malah berbohong," tuturnya.
Yoongi sudah mengernyitkan dahinya saat sadar bahwa Jimin tidak percaya padanya.
"Aku seriu-"
"Shut!" Jimin sudah memotong ucapan Yoongi seraya meletakan jari mungilnya tepat di depan bibir tipis Yoongi, lelaki berkulit pucat itu sudah terdiam pasrah.
"Hyung seperti gelandangan, Chanyeol Hyung bilang bahwa Hyung sering menginap di rumah Namjoon Hyung, lalu, waktu itu Hyung juga tidur di rumah Jiminie," jelas Jimin, mendadak pipinya memerah saat mengingat insident minum obat yang berakhir dengan Yoongi yang merenggut ciuman pertamanya. "Pokoknya Hyung tidak boleh berbohong, dan tidak boleh nakal," lanjut Jimin seraya menatap Yoongi serius.
Yoongi sudah menghela napas pasrah. "Baiklah."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
BADBOY AND INNOCENTMAN
FanfictionPertemuan yang tidak menyenangkan tidak di sangka membuat seorang Min Yoongi, seorang badboy, mengejar Park Jimin si innocentman. /Klise/ "Kau tidak bisa berkelahi?" senyuman itu sarat akan ejekan. "J-jangan pukul Jiminie," raut ketakutan saat dia m...