[Cerita ini hanyalah fiksi. Segala kejadian bersifat fiktif]
.
.
.
[Selamat membaca]
.
.
.
[NOTES!
Kalimat italic = flashback]
.
.
."Renjun?"
Seorang wanita yang sudah berusia 40 tahun berteriak dari tangga di dalam rumahnya. Beranggapan anaknya bisa mendengarnya walaupun jaraknya tidak terlalu jauh. "Huang Renjun!"
Panggilnya sekali lagi tapi pemilik nama belum juga keluar dari kamarnya. Mereka barusan pindah dari Seoul ke Jeju dengan alasan bahwa wanita yang merupakan ibu dari Renjun dipindahkan perusahaan pusat ke anak perusahaan.
Yang membuat dirinya dan segala hal yang berkaitan dengan anaknya harus pindah ke Jeju. Siap atau tidak,mereka harus pindah mau bagaimanapun. Dan hari ini merupakan hari pertama anaknya-Huang Renjun memasuki sekolah barunya.
Sekolah yang sangat berbeda dari sekolah di Seoul. Berada di lingkungan yang banyak padang rumput hijau daripada hiruk pikuknya bangunan mengelilingi.
"Eomma tidak memiliki waktu untuk membangunkanmu nanti" ujar Ibu Huang sambil memakai liptstick di depan cermin yang emang digantung di dinding.
"Eomma"
Akhirnya anak satu-satunya keluar juga dari kamarnya. Memakai seragam di sekolah barunya membuat Ibu Huang memeluk erat putranya ketika berada di akhir anak tangga. "Kenapa kita harus pindah ?"
"Maafkan eomma,hm ? Kalau kerja eomma sudah selesai semua disini,kita akan kembali ke Seoul,okay?"
Ibu Huang hanya mengelus pucuk kepala anaknya lembut. Rambut berwarna coklat madu selalu mengingatkannya akan mendiang suaminya tapi mengingat Renjun selalu ada di sisinya,ia merasa bersyukur.
"Jja! Eomma sudah menyiapkan sarapan. Makan di dalam bis,mengerti ?"
"Apa eo-
-tidak bisa tuan muda Huang. Tempat Ibu bekerja dengan sekolahmu berlawanan arah" potong Ibu Huang sambil mendorong tubuh putranya keluar dari rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi dan sudah saatnya mereka berangkat dari rumah yang diberikan perusahaan kepada mereka berdua.
"Belajar dengan baik. Apa kau sudah hafal rute busmu bukan ?"
Renjun hanya mengangukkan kepalanya sambil melirik ibunya yang sudah menghidupkan mesin mobil pribadinya. "Telfon eomma jika terjadi sesuatu,oke ?"
Ibu Huang melajukan mobil pribadinya terlebih dahulu. Meninggalkan putranya yang menatap mobilnya yang menghilang di balik tekongan.
"Kenapa harus pindah ? Kalau saja tidak pindah,aku pasti sudah mendaftar di agensi Winwin hyung lulus" gumam Renjun selama ia berjalan menuju halte bus. Selama perjalanan menuju halte,banyak bangunan yang tidak setinggi Seoul tapi orang yang berlalu lalang sama dengan ramainya Seoul.
"Apa halte ini ya ? Atau aku udah kelewatan ?"
Renjun membalikkan badannya melihat ke belakang. Sebelum ia berhenti di halte yang sekarang,ada 1 halte yang ia lewati tapi tidak ada anak sekolah yang satu seragam dengan dirinya.
"Pakai feeling aja"
Tidak lama ia berdiri dengan yang lainnya,akhirnya bus yang ibunya ingatin tidak lama ini datang. Tapi Renjun masih belum menjumpai anak sekolahan yang seragamnya sama dengannya.
***
Memilih tempat duduk paling belakang merupakan hal yang sudah biasa bagi Renjun selama naik bis di Seoul. Tempat duduk di belakang bisa membuatnya lebih tenang dari biasanya daripada duduk di tengah yang harus terbangun karena orang lalu lalang.
"YAK!"
Baru saja kedua matanya menutup,kedua telinganya bisa mendengar supir bis mengeluarkan bentakannya kepada seseorang yang Renjun tidak tahu. Ketika indra penglihatannya sudah bisa melihat,akhirnya ia bisa melihat 2 siswi yang satu seragam dengan dirinya di ambang pintu bis.
"Maafkan kami ahjussi"
"Jika ini terulang kembali maka aku akan meninggalkan kalian disana"
Dua siswi itu membungkukkan badannya lalu berjalan masuk ke dalam. Tempat duduk yang tersedia sudah penuh semua dan mereka hanya berdiri dengan memegang pegangan diatas untuk menyeimbangkan badan mereka.
"Kau tahu,jaemin sunbae ?"
"Kenapa dengan dia ? Apa ada hal baru lagi ?"
"Nggak. Teman sekelasku mengirimkan pesan kalau dia sudah sampai di sekolah"
"Seandainya ahjussi bisa membawa bisnya lebih cepat. Aku mau melihat muka jaemin sunbae pagi-pagi begini"
Mendengar omongan siswi didepannya membuat Renjun memalingkan pandangannya. Mungkin kedua siswi itu tidak menyadari dirinya yang duduk atau tidak tertarik melirik dirinya.
***
"Terimakasih banyak ahjussi" ujar Renjun dengan suara pelan. Baru saja melangkahkan kakinya di aspal,dirinya sudah dipanggil dari belakang.
"Rajinlah belajar!"
Supir bis itu bahkan bisa juga menyemangati dengan suaranya yang melengking. Renjun tersenyum tipis lalu mengikuti kemana kedua siswi itu melangkah.
"Itu Jaemin!"
Dan Renjun akhirnya bisa melihat gerbang sekolahnya. Ia bahkan sudah bisa melihat beberapa siswa yang seragamnya sama dengan dirinya.
Renjun melangkahkan kakinya memasuki area sekolahnya. Tapi dari bis sampai memasuki area sekolah, nama yang terus masuk ke telinganya hanya 'Jaemin'.
Apa orang yang bernama Jaemin memberikan pengaruh besar ke sekolah barunya ?.
Bruk!
Mendengar suara benda terjatuh di tanah membuat pria bermarga Huang itu menghentikan langkahan kakinya.
Melirik ke bawah.
Diary book.
"M-Maaf! Aku tidak sengaja menjatuhkannya didepanmu" ujar seorang siswi berambut pendek langsung memungut diary booknya.
Membungkukkan badannya berkali-kali setelah itu bergegas pergi memasuki gedung. Bahkan Renjun masih mengingat betapa merahnya muka siswi tadi.
Tbc
Ini cerita terbaru aku :")
Semoga kalian suka ya... aku bakalan tetap update dengan cerita yang satunya lagi. Jadi don't worry 😗See you on next part 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S A CENTER OF ATTENTION // JAEMREN
Фанфик"Renjun-ah, akhir-akhir ini sikapmu aneh. Apa kau jatuh cinta kepada seseorang?" Hidup Huang Renjun berubah ketika senior yang selalu menjadi pusat perhatian sekolahnya tiba-tiba menempelinya. Darisitu,orang beranggapan bahwa mereka 'dekat' padahal...