37 - perfomance

920 110 18
                                    

(Sorry banget baru update sekarang karena sibuk perkuliahan. Sebenarnya draftnya sudah lama aku tulis duluan tapi baru publish sekarang. Maaf banget udah buat kalian nungguin chapter selanjutnya. Semoga dengan chapter ini mengobati rindu kalian atas cerita ini ya, semoga masih ingat. Maaf banget ya 🩵🫶)

[Cerita ini hanyalah fiksi. Segala kejadian bersifat fiktif]
.
.
.
[Selamat membaca]
.
.
.
[NOTES!
Kalimat italic = flashback]
.
.
.

Langit berwarna biru dihiasi dengan kumpulan awan-awan di sekitar. Renjun menyibak selimut berwarna creamnya. Bangkit dari posisi tidurnya. Kejadian di aula sekolahnya hanya berhenti ketika tangan Jaemin menyelinap masuk dari seragam sekolahnya. 

Untung kewarasan Renjun kembali dan berhasil menghentikan tangan nakal dari seniornya. Menurunkan kedua kakinya untuk menepak lantai kamarnya. Tidak jauh dari tempatnya, sudah ada 2 koper besar di depannya. 

Setelah menghabiskan waktu sampai malam di sekolah, Renjun pulang ke rumah dengan raut wajah yang tidak senang. Setelah dia tampil di acara tahunan sekolahnya, dia harus meninggalkan tempat ini. 

Tempat yang membuatnya nyaman walaupun pada awalnya Renjun lumayan susah untuk beradaptasi. Jika mengingat dirinya pergi, kedua matanya memanas membayangkan semuanya. Hubungan pertemanannya sampai hubungannya dengan Jaemin. 

"Renjun? Sudah bangun?" 

Ibu Huang membuka pintu kamar putra satu-satunya. Dia bisa melihat Renjun sudah menyusun barang-barang yang akan ia bawa ke Seoul. "Apa semuanya sudah dimasukkan? Tidak ada yang ketinggalan sedikitpun?" 

"Ada"

Gumaman Renjun tidak didengar Ibu Huang karena dia mengeluarkan suara cukup kecil. 

"Mandi dan turun untuk sarapan. Jangan lama dan ingat sekarang sudah jam berapa" 

Ibu Huang keluar dari kamarnya dengan senyum yang merekah berbeda dengan keadaannya yang mengenaskan. Jika saja Renjun mengatakan tidak, apa ibunya setuju agar mereka tidak pindah? Tapi kalau dia tetap disini, bagaimana dengan cita-citanya? Tidak mungkin juga dia akan tinggal di tepi kota selamanya. 

"Argh! Kepalaku sakit" keluh Renjun ketika memikirkan semuanya. Dia ingin semuanya terkabul tapi selalu harus ada perngorbanan di setiap langkahnya. 

Renjun mengambil handuknya lalu memegang kalung yang diberikan Jaemin kepadanya. Entah kenapa dadanya menjadi sesak ketika mengingat wajah pria itu, senyumannya dan segala tingkahnya membuat Renjun bingung. 

***

"Kita kembali ke Seoul pukul 9 malam. Ketika ibu menelfon, maka kamu sudah ada di gerbang sekolah. Mengerti?" 

Ibu Huang mengantar Renjun ke sekolah. Renjun sebagai anak hanya mengangguk walaupun daritadi menahan ekspresi sedihnya. Dia tidak bisa sedih hari ini tapi pikirannya selalu mengontrolnya. 

"Jangan sedih, kita akan kembali ke sini jika kau ingin" 

"Iya,eomma" 

Hanya sesingkat itu lalu Renjun keluar dari mobil ibunya. Di hadapannya sudah banyak siswa-siswi berdatangan dengan pakaian olahraga untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh pihak sekolah. Di dalam tas Renjun hanya berisi pakaian untuk penampilannya dan kaos berwarna hitam. 

Melangkahkan kedua kakinya untuk masuk tapi ada yang menahannya dari belakang. Renjun menatap kedua kakinya yang dibalut sepatu sekolahnya, kedua kakinya tidak mau bergerak. 

Renjun langsung berjongkok. Dia tidak bisa menahan kesedihannya. Tidak lucu juga jika ada orang yang menyampirinya dan menanyakan keadaannya karena dia berjongkok di tengah-tengah gerbang sekolah. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HE'S A CENTER OF ATTENTION // JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang