11 - jealousy

1.5K 172 2
                                    

[Cerita ini hanyalah fiksi. Segala kejadian bersifat fiktif]
.
.
.
[Selamat membaca]
.
.
.
[NOTES!
Kalimat italic = flashback]

.

.

.


"Mau kemana? Tumben berangkatnya pagi-pagi" 

Yeri yang barusan selesai memakai sepatunya melihat ibunya di dapur. Memegang kedua pinggangnya seperti menginterogasi putrinya sendiri. "Aku ada kepentingan penting di sekolah" 

"Tapi kenapa harus pagi-pagi sekali?" 

"Tanyakan kepada panitianya" 

Tanpa mendengar balasan dari ibunya,Yeri sudah duluan membuka pintu utama rumahnya. Berjalan menuju gudang yang menjadi tempat biasa dirinya menyimpan sepedanya. Di rumahnya hanya ada sepeda miliknya dan ayahnya. Tapi karena dia mengangkut satu orang lagi,Yeri terpaksa memilih sepeda milik ayahnya. 

Karena ada bangku kecil dibelakang. Biasanya ayahnya menggunakan sepeda itu ketika berjalan berdua menikmati laut dekat dari rumah mereka. Bisa dibilang ayahnya kadang-kadang bersikap seperti anak muda yang dimabuk cinta kepada ibunya. 

Jangan membahas hal memalukan itu. Yeri mulai mengayuh sepedanya. Untung alamat rumah Renjun tidak begitu jauh dari tempatnya. Mengayuh sepedanya lebih lambat dari biasanya karena sepeda milik ayahnya cukup berat daripada miliknya. 

Menghentikan sepedanya menggunakan kakinya yang dibalut sepatu converse. Melihat kearah rumah Renjun yang terlihat cantik. Terlihat sederhana tapi hiasan dan cat rumahnya memperlihatkan bahwa pemilik rumah sangat merawat rumahnya. 

Mengambil hanpdhone bekas ibunya dari saku almamaternya. Baru saja ingin menekan nama Renjun di kontaknya, sosok yang ditunggu akhirnya keluar dengan nafas ngos-ngossan. "Maafkan aku, apa kau sudah menunggu cukup lama?" 

"Tidak. Aku baru juga sampai" 

"Bagus. Sekarang aku yang mengambil alih" 

"APA!?" 

Ibu Huang yang memakai sepatu high heelsnya terkejut mendengar teriakan wanita dari dekat rumahnya. Pagi-pagi dia bisa melihat Renjun sudah buru-buru dan sekarang dia mendengar teriakan. Karena rasa penasarannya tidak bisa dibendung, Ibu Huang cepat-cepat memakai sepatunya. 

Membuka pintu rumahnya dan bisa melihat Renjun berargumen dengan seorang siswi yang satu sekolah dengan putra tunggalnya. Diam-diam Ibu Huang memfoto moment langka itu. Moment langka karena selama mereka tinggal bersama,Renjun jarang membahas siapa wanita yang dia suka dan sekarang putranya sudah berubah. 

"Renjunnie" 

Renjun yang daritadi menarik pegangan sepeda untuk mengambil alih, melihat ke belakang. Ibunya datang dengan senyum lebarnya. Renjun sudah ada firasat ibunya akan mengatakan hal aneh. Ibu Huang tersenyum manis kepada Yeri sedangkan Yeri membungkukkan badannya hormat. 

"Selamat pagi" 

"Selamat pagi. Jadi ini alasan putraku buru-buru berangkat ke sekolah?" 

"Eomma~" 

"Kan eomma hanya menebak. Apa ada yang salah dari itu?" 

"Tidak" jawab Renjun cepat. Memberikan sorot mata kepada Yeri agar mereka harus cepat pergi sebelum ibunya mengeluarkan pertanyaan yang aneh. Karena Yeri juga tidak mau ditanyai lebih lanjut tentang hal personalnya, dia langsung duduk di bangku belakang. 

"Ren-


-kami duluan eomma" potong pria Huang itu yang langsung mengayuh sepedanya. Meninggalkan ibunya yang menggelengkan kepalanya. Dia tidak menyangka Renjun menghindarinya. Mungkin nanti malam dia akan menanyakan hal ini kepada putranya. 

HE'S A CENTER OF ATTENTION // JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang