Prolog

1.2K 144 12
                                    

Tinggalin jejak, ya, Zheyenk .... Mood booster buat akooh plus, biar kita saling kenal.

Tengkyu banget Jazakumullah Khairan Katsiran buat yang ngedukung.

Sending much much Love

🌹🌹🌹

"Sabila, aku saangat mencintaimu. Kamu juga mencintaiku, kan?" Suara itu masih terngiang merdu di telinga Sabila. Membuatnya sontak bergidik menahan rasa yang tiba-tiba muncul. Sebuah lengkungan tipis terlukis di bibir cantiknya.

Gadis ayu yang sejatinya selama ini selalu berusaha menjaga diri, kini tak mampu lagi menahan godaan hasrat. Kejadian beberapa hari yang lalu, masih saja membekas dalam angan. 

Gemericik hujan dan dinginnya udara, menimbulkan rasa rindu seketika di hati Sabila. Aroma petrichor pada pagi hari awal Januari, semakin membuat syahdu suasana.

Baru beberapa hari yang lalu, pertemuan kesekian kalinya dengan Rayyan terjadi. Lelaki bermata elang dengan senyum menawan. Dan ... ah, rasa itu masih tersisa. 

Suasana yang serupa, pada malam tahun baru di Malang. Bagaimana mungkin dia bisa bertemu lelaki semenawan Rayyan? Tak pernah terpikir sebelumnya, Sabila bisa menghabiskan malam tahun baru dalam suasana seromantis itu.

Detakan tak beraturan di dada kala itu, membuat Sabila ingin kembali mengulangi. Melupakan prinsip dan pegangan hidup yang selama ini dijaga kuat. Benteng pertahanan Sabila Mumtazah seketika runtuh, saat tatapan tajam itu membidik matanya. Meluluhkan hati yang sejatinya lemah dan kesepian. Membuat gadis dua puluh tahun itu menyerah dalam rengkuhan kekasih hati. Rayyan Khalilurrahman.

Sabila mematut diri di depan cermin. Pada kamar bernuansa biru muda, warna favoritnya. Sejuknya udara pagi ini, serupa malam itu. Kala napas Rayyan perlahan terasa berembus di di wajahnya. Aroma napas itu masih terasa. Sama nyatanya dengan keadaan malam itu.

Perlahan, jari-jari lentiknya mendarat pada bibir cantik dengan cupid's bow di kedua sudutnya. Mata bulat indahnya terpejam. Keningnya berkerut. Mencoba kembali menghadirkan rasa yang begitu melenakan. Sentuhan lembut itu, menimbulkan gelenyar aneh di dada. Dan, desiran darah seketika menjalari tubuh. Menghadirkan rindu.

Tapi tiba-tiba, ketukan pada daun pintu kamar, membuyarkan khayalan. "Neng, etembelin Bu Nyai."

Oh, Sabila harus seketika kembali pada kenyataan. 

Gadis ayu dengan kulit secerah pualam itu beranjak. Membenahi pashmina biru dan gamis kaos merah jambunya yang sedikit kusut. Melangkah gegas untuk membuka pintu dan melangkah menemui sang ibu.

(Republish) Journey of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang