[14] Second Year of Marriage

69 5 0
                                    

Pernikahan Jaedan dan Gilsha kini sudah berjalan selama 2 tahun. Dan kehidupan mereka berjalan sebagaimana mestinya. Bertengkar, berbaikan, saling menjahili, berbagi kehangatan, itu semua hal-hal biasa yang mereka lakukan.

"Jae..."

Gilsha memanggil Jaedan yang sedang sibuk memotong rumput di halaman teras depan.

"Apaaa?"

"Mau dimasakin apa buat sarapan?"

"Sayur bayem pake bakwan jagung kayaknya enak, Han."

"Yaudah, minta uang," pinta Gilsha sambil menjulurkan tangannya.

"Buat apa?"

"Ya beli bayem sama bahan bakwan, lah."

"Emang stok persediaan bahan makanan udah habis?"

"Ya kalau masih ada juga aku nggak bakal nanya kamu hari ini mau sarapan apa."

"Lah, cepet amat habisnya?"

"Jae, kamu itu badan doang kurus, tapi makannya udah kayak Brian, segentong! Mana sehari bisa tiga kali minta ganti menu, gimana nggak cepet habis?" Mendengar penuturan istrinya itu, Jaedan hanya tersenyum tanpa dosa.

"Yaudah ambil aja sendiri di dompet, dompetnya ada di kamar. Mau belanja kemana? Ke supermarket? Tapi aku belum mandi."

"Nggak usah, belanjanya nanti aja besok sekalian belanja bulanan. Sekarang aku ke tukang sayur keliling aja."

"Yaudah, hati-hati ya."

"Iya."

.

.

.

.

.

[GILSHA POV]🌼

Hanya dari jarak radius beberapa meter saja gue sudah bisa mendengar sekilas Ibu-ibu sini lagi pada ngerumpi di tukang sayur. Nggak tahu hari ini siapa yang lagi dijulidin sampai jadi bahan asik rumpi pagi-pagi.

"Buibu, kalian ngerasa aneh nggak sih, kok istrinya Pak Jaedan jarang banget kelihatan ya?" tanya Ibu berbaju Hijau.

"Loh Bu, kan Bu Gilsha wanita karir, yo pantes jarang kelihatan. Wong ikutan arisan RT aja nggak pernah toh, Buibu," kata Ibu berbaju Ungu. Sedangkan Ibu-ibu yang lain hanya mengangguk sebagai respon.

Wah, kayaknya habis julidin gue ya? Kuping gue mendadak gatal soalnya.

"Pagi, Ibu-ibu," sapa gue seramah mungkin.

"Eh, Bu Gilsha. Mau belanja?" tanya Ibu berbaju Hijau.

Nggak bu, mau mangkal.

Heran banget basa-basinya kelas teri banget.

"Hehe, iya nih, Bu Lasmi. Kebetulan ada yang mau dibeli," jawab gue sambil memilih bayam yang masih bagus, sesekali gue melirik ke Ibu Lasmi dan Ibu-ibu yang lain.

Perlu kalian ingat, Ibu berbaju hijau itu namanya Bu Lasmi, si biang julidnya RT sini.

"Tumben kelihatan hari ini Bu, lagi nggak kerja?" tanya Ibu berkerudung floral.

"Iya Bu, kebetulan saya lagi ambil cuti."

"Bu Gilsha gimana sama Pak Jaedan? Belum ada momongan, nih? Perasaan nikahnya udah dua tahun kan, Bu? Waktu awal Ibu pindah ke sini?" tanya bu Lasmi.

Waduh. Pertanyaannya sensitive content sekali ya, Ibu-ibu. Mana nggak pakai content warning // dulu lagi.


Twitur kali ah pakai cw//

My Unexpected Life 2 (Laatste)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang