[22] Before Faras Was Born

36 6 0
                                    

Semenjak kepergian si Kembar beberapa tahun yang lalu hingga Alesa sudah sebesar saat ini, sudah memasuki bangku kelas 2 sekolah dasar, nggak pernah sekalipun Sandri menyinggung soal ingin menambah anak lagi atau ada diskusi berdua soal rencana menambah momongan.

Bukan karena nggak mau, tapi karena semenjak kepergian si Kembar, Sandri enggan memancing luka lama terbuka kembali, karena ia yakin, kalau menyinggung soal tambah anak, pasti Caca akan teringat pada kegagalannya dalam melindungi si Kembar, dan itu akan membuat Caca kembali dihadiri rasa bersalah.

Karena jujur saja, pasca kejadian itu, meskipun mereka sepakat untuk memulai semuanya lagi dari awal, masih perlu waktu sekitar beberapa bulan sampai Caca benar-benar sampai ditahap ikhlas yang betul-betul ikhlas. Pernah satu kali, Alesa menyinggung soal Adik baru dan jawaban Caca benar-benar membuat Sandri jadi enggan untuk membicarakan hal tersebut.

"Ndaa..."

"Ya, Nak?"

"Bunda masih sedih?"

"Hm? Nggak, kenapa?"

"Nda—AAAAA, YAYAAHHHH! Nugget Esaaa jangan diambil!!" Sandri cengengesan setelah dengan usilnya mencomot nugget yang hendak diambil Alesa.

"Hehe, habisnya tinggal satu. Kan siapa cepat dia dapat."

"Aaaa, Ndaa... Yayah tuh..!" Alesa merengek pada Bundanya.

Caca berujar, "Ayah, anaknya jangan dibikin ngambek."

"Yayah, anaknya jangan dibikin ngambek!" Alesa turut membeo. Sandri terkekeh dibuatnya.

Kemudian Sandri mengambil sepotong ayam goreng paha Ipin lalu meletakkannya di atas piring Alesa. "Nih, makan yang banyak. Biar cepet gede ya, biar cepet mandiri, biar bisa jagain Bunda, jagain Adiknya Alesa kelak." Sandri bicara itu secara spontan tanpa pikir panjang hingga tanpa sadar bahwa raut wajah Caca sedikit berubah.

Duh, salah ngomong.

"Nda, emangnya nanti aku punya Adik lagi? Kata Kakek dulu bilang katanya, kalau kita ikhlas nanti diganti sama Allah yang lebih baik. Berarti Esa bakal dapet Adik lagi ya?"

Sontak pertanyaan polos itu membuat Caca dan Sandri terkejut sekaligus juga bingung. Sandri hendak menjawab untuk mengalihkan perhatian anaknya, namun keburu dijawab oleh Caca, "Yang lebih baik itu nggak selalu diganti dengan hal yang sama, sayang. Bisa aja nanti diganti sama kebahagiaan lain yang jauh lebih baik, yang mungkin nggak pernah kita duga."

"Ohhh, begitu ya... berarti Esa nggak dapet Adik lagi ya, Nda?"

Tangan Caca terulur mengusap lembut rambut hitam panjang putrinya. "Emm... kalau Bunda mau Alesa dulu aja boleh?"

Sandri mendadak speechless bukan main. Sandri sempat dibuat overthinking kalau Caca sepertinya nggak mau punya anak lagi, karena kejadian itu membuat Caca trauma dan dihantui rasa bersalah. Namun Sandri tidak pernah sekalipun membicarakan masalah itu sampai detik ini.

.

.

.

.

.

[CACA POV]🌼


"Mas, hari ini kamu mau pakai dasi yang mana? Coklat polos atau biru motif?"

"Coklat aja deh, Ca."

"Oke. Aku taro kasur ya, ini gesper sama kaos kakinya juga aku taro kasur juga. Aku ke bawah duluan ya Mas, mau nyiapin bekelnya Alesa. Nanti kalau mau turun sekalian ajak anaknya makan ya."

My Unexpected Life 2 (Laatste)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang