[31] Takdir Yang Mempertemukan (2)

24 3 0
                                    

Wilza tidak main-main saat ia berkata bahwa akan memperjuangkan kembali Sania. Buktinya, saat ini ia benar-benar sudah ada di depan pekarangan rumah Sania di Singapore.

Sebelum ke rumah Sania, Wilza lebih dulu menemui Mama dan Papa Keyra juga anaknya. Wilza juga menceritakan tentang niatannya untuk memperjuangkan kembali Sania. Secara garis besar, Mama dan Papa Keyra sudah tahu tentang kisah Wilza dan Sania, termasuk cerita yang ia ketahui dari clientnya, Omnya Sania.

Sudah hampir 3 jam Wilza berdiam diri di pekarangan rumah Sania. Namun sang pemilik rumah belum juga pulang. Apakah proses pengobatan Sania selalu selama ini?

Langit bahkan nyaris gelap tertutup awan hitam, pertanda rintik akan segera membasahi tanah, mungkin juga pakaian yang dikenakan Wilza jika saja Wilza tak segera berlari meneduhkan diri di depan pintu rumah Sania.

Hingga taksi berhenti tepat di depan rumah Sania. Di tengah hujan deras, Ibunya Sania menerobos hujan untuk mengeluarkan kursi roda dari dalam bagasi. Sania dan sang Ibu benar-benar menerjang hujan dan membiarkan hujan membasahi tubuh mereka.

Pergerakan Sania dan Ibunya terhenti tepat di depan pekarangan rumah saat Wilza juga memutuskan untuk menghampiri 2 wanita beda usia itu di bawah derasnya hujan.

"Kamu, ngapain kamu ke sini lagi?!"

"Masih sama seperti yang terakhir kali aku ke sini, aku mau kamu kembali."

"Aku nggak mau. Sekarang kamu pergi! Ibu, kita masuk sekarang."

Sang Ibu pun tak bisa berbicara banyak karena selain tubuhnya yang mulai kedinginan, lidahnya juga seketika kelu untuk sekedar mengatakan sepatah kata.

"Sania, aku udah tahu! Aku udah tahu semuanya!"

Sania dan Ibunya terdiam, apa maksud ucapannya Wilza?

"Kamu nggak pernah benar-benar mutusin aku waktu itu. Aku tahu kamu koma selama setahun, aku tahu soal kecelakaan itu."

Kedua wanita itu menangis, bahkan Ibu Sania rasanya tak kuat menopang tubuhnya sendiri karena akhirnya Wilza mengetahui rahasia yang mereka tutup selama bertahun-tahun.

"Bu, Sania, kenapa kalian nggak jujur? Wilza nggak akan ninggalin Sania apapun kondisinya. Kalau aja Wilza tahu dari dulu, Wilza pasti bantu Sania supaya bisa sembuh. Wilza tulus sama Sania..."

"Sudah cukup, Wilza. Meskipun kamu sudah tahu, tidak akan merubah apapun. Ibu dan Sania sudah bahagia, jadi saya mohon untuk jangan ganggu kami."

Lagi-lagi hanya penolakan yang Wilza dapat.

"Hujan semakin deras, sebaiknya kamu pulang," sambung Ibunya Sania.

Lalu, apakah perjuangan Wilza hanya sampai disitu? Jelas nggak.

Mama Keyra sempat khawatir Wilza akan jatuh sakit setelah mendapati Wilza pulang dengan keadaan basah kuyup. Untungnya, imun Wilza cukup kuat untuk tidak sakit setelah diguyur hujan cukup lama.

Tapi pusing sedikit iya.

Namun pusingnya tak begitu dirasa karena teralihkan dengan ocehan dan tawa khas dari anaknya yang semakin aktif itu.

"Apa... Ini apa? Ze? Bra...."

"Bwaaahhh!!"

"Keja, besok kita jalan-jalan berdua, yuk?"

"Mau jalan-jalan kemana, Wil?"

"Ke mall, Ma. Darlin sama Adek-adeknya nitip mainan baru. Sekalian beli mainan baru buat Keyza. Boleh, kan?"

"Boleh, tapi Mama nggak bisa nemenin. Mama harus temenin Papa ada acara di tempat kerjanya. Nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa, Ma. Wilza bisa kok berdua aja."

My Unexpected Life 2 (Laatste)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang