[13] Hello, Goodbye

63 6 3
                                    

Perjalanan Sandri dan Caca yang mereka lalui bersama selama 2 tahun ini bukanlah perjalanan yang mudah. Memang sih, awalnya kisah mereka sangat mulus, kadang yang baca juga pasti pengin juga diperlakukan sebagaimana Sandri memperlakukan Caca.

Ngaku kalian.

Namanya dalam kehidupan rumah tangga, pasti nggak jauh dari masalah. Masalah kecil, masalah sedang, sampai masalah besar pasti ada saja. Ujian demi ujian pun mereka hadapi bersama.

Apalagi ujian saat bagaimana senangnya Sandri dan Caca saat menyapa 'mereka' dengan hello, namun pada akhirnya mereka juga harus mengatakan selamat tinggal.

.

.

.

.

.

[SANDRI POV]🌼





Sudah beberapa hari ini gue memutuskan untuk nggak masuk kerja. Soalnya Alesa lagi super duper manja banget sama gue. Gue mau ke kantor saja suka merengek nangis minta ikut. Tumbenan banget nggak mau ketemu sama Nenek Kakeknya. Alhasil, gue harus melimpahkan pekerjaan gue ke sekretaris gue.

"Kamu nggak ke kantor lagi, Mas?" tanya Caca saat keluar dari kamar mandi sudah dengan setelan kerjanya.

"Nih, lihat aja si Alesa meluk aku seerat ini, gimana aku mau kerja? Gerak dikit aja langsung mode maung."

"Mana coba aku mau lihat."

Gue coba menggerakkan tangan gue yang menjadi bantalan Alesa.

"EMMHHH, YAYAH! DABOLEEE!"

(Ayah! Nggak boleh!)

Emm, kan.

Caca malah terkekeh sendiri melihat Alesa yang begitu manja sama gue.

"Kayaknya Alesa kangen banget sama kamu. Dari waktu kamu pulang dari Melbourne sampai sekarang manjanya nggak hilang-hilang."

"Kamu nggak cemburu?"

"Dih, cemburu kenapa? Gara-gara Alesa lebih lengket sama kamu? Ya nggak, lah."

"Ah, masa?"

"Dih, serius."

"Terakhir dua bulan yang lalu, loh. Dari semenjak aku pulang, kita belum pernah kangen-kangenan lagi."

"Alesa lebih kangen kamu. Biarin aja dia puas-puasin kudeta kamu satu minggu penuh."

"Hmmm, jadi nggak cemburu, nih? Yakin? Nggak kangen aku? Kalau kamu kangen, nanti aku minta tolong Umi bujuk cucunya nih, biar mau ikut Nenek Kakeknya."

"Yang bener aja kamu, San!"

"Ehh, panggilan Masnya mana?"

"Nggak tahu, bodo amat! Kamu ngeselin!"

Sekarang malah gue yang terkekeh melihat Caca yang kesal karena gue godain. Kalau Caca yang lagi mode ngambek, mode maung, panggilan Masnya auto hilang.

"Haha, bercanda Bunda sayang."

"Nggak tahu, ah. Aku mau berangkat aja! Sarapan nanti di bawah, Alesa jangan lupa diajak sarapan. Aku berangkat," ujar Caca sambil menyalimi tangan gue.

"Hati-hati ya, Ca. Bawa motornya jangan ngebut, nggak usah nyalip-nyalip."

"Iyaaa, berangkat dulu, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Sekarang tinggal gue sama Alesa saja nih, masih setia di atas kasur.

"Alesa, bangun yuk? Sarapan dulu," ujar gue membangunkan Alesa.

My Unexpected Life 2 (Laatste)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang