01

9.4K 276 0
                                    

Operasi cipta kondisi, saat ini akan di laksanakan di daerah selatan. Dari banyaknya laporan masyarakat tentang gedung kosong yang disalah gunakan di daerah tersebut. Jajaran pengaman masyarakat harus turun tangan. Utara Khin Nanta dan Tim saat ini menuju lokasi yang bertepatan di pinggiran kota, Sekitar pukul 23:45 roda mobil terhenti ditempat tujuan.

Masyarakat yang saat itu sedang beraktifitas, dikagetkan dengan pengeledahan dari pihak berwajib, ada beberapa masyarakat yang berlari menghindari pemeriksaan dan ada juga yang diam pasrah dengan nasibnya, sebab sudah tertangkap basah.

"POLISI-POLISI" kegaduhan semakin membuat Tim kesulitan.

Para petugas membubarkan kerumunan masyarakat yang masih asik berkumpul sambil menikmati dentuman suara musik. Sekitar enam orang di amankan di polres kota karena positif pengguna narkotika jenis heroin. Penyitaan barang-barang terlarang pun saat ini sudah diamankan.

Demi keamanan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Utara memberikan himbauan pemeriksaan Urin, Untuk berjaga-jaga. Bahwa Penduduk yang tinggal di daerah ini tidak mengkonsumsi Obat-obatan terlarang. Enam orang yang positif bukan penduduk asli daerah tersebut, membuat Utara mau tak mau harus pulang terlambat.

Sekitar pukul 02:55 dini hari, tugas terselesaikan. Tim dibubarkan. "Lapor komandan" seseorang memberinya hormat. Dia Ibnu, rekan sekaligus sahabat karibnya. Pukulan tangannya mengenai tepat sasaran. Membuat Ibnu meringis mengusap bahunya. Tawa mengejek Ibnu membuat Utara berdecak sebal. "kenapa?" tanya Utara.

Utara melirik ponsel yang Ibnu berikan. ketika layar menampilkan foto ketiga objek. Utara langsung mengambil alih ponsel miliki sahabatnya itu. "Asallamualaikum. gimana......., tugas selesai?" Suara sang ayah memenuhi gendang telinganya.

"Wa'alaikumsalam. Alhamdulillah......, Sudah, kenapa Yahh? " ia menyadari mengapa sang ayah menelfon mengunakan ponsel sahabatnya.

"Maaf Yahh...., handphone Abang ketinggalan di mobil. Mau di ambil keburu darurat"

Terdengar helaan nafas diseberang sana. "Pantas. tadi ayah Telfon...., tapi ngga diangkat-angkat"

"Memangnya. ada apa?" Ibnu melambaikan tangannya, Mengisyaratkan bahwa Tim akan segera kembali ke markas.

Utara melakukan hal yang sama. Sebagai Isyarat untuk menunggu. "Pulang ke rumah dinas apa ke rumah?"

"Abang masih ada yang harus di urus di kantor, jadi kemungkinan ke rumah dinas"

"Ohwalah......"

"Kenapa Yahh?"

"Gini loh le, tadi bada magrib ayah di panggil ke pabrik. ibu mu ndak mau di tinggal sendiri, terus minta diantarkan ke rumah bulik mu. Ayah kira ayah bakal pulang cepat, tapi masalahnya belum beres. Ibu mu minta dijemput di rumah Bulik. Tadinya ibu mu mau minep di sana, tapi keluarga Syarif lagi silaturahmi. ibu mu ndak enak kalo minep di sana jadi minta Abang buat jemput ibu. Tapi kalo abang ndak bisa ndak apa-apa, biar nanti ayah bilang ibu mu tak minep di sanah saja"

"Abang usahakan jemput Yahh, ngga akan lama juga dari lokasi sekarang. Biar ibu minep di rumah dinas saja, jadi abang bisa lanjut buat laporan"

"Yasudah hati- hati di jalan ya le, Asallamualaikum?"

"Wa'alaikumsalam" Sambungan telfon terputus, Diiringi dengan Ibnu yang menghampiri Utara.

"Kenapa?" Saat ponsel itu sudah ada pada tangan pemiliknya.

"Aku di suruh jemput ibu di rumah bulik" Ibnu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Lah.....kan, bawa mobil dinas" Utara mengetuk dahinya pelan. Ia lupa saat ini dirinya membawa mobil dinas.

SRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang