19

1.5K 167 3
                                    

Perhatian!!
mengandung sedikit pembahasan dewasa

Adzan subuh berkumandang dari ponsel mahal miliknya, udara dingin tidak membuat Utara malas melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Segera ia beranjak dari tidurnya, dilihat Sri masih tertidur dengan nyenyak, jemarinya terhenti di udara ketika ia berniat akan membangunkan wanita itu.

Utara langsung bergegas mengambil wudhu, biasanya ia mandi agar tubuhnya segar dan tidak tertidur lagi setelah shalat subuh. Tapi untuk kali ini tidak, air di villa begitu dingin, apalagi cuaca yang tidak menentu. Ia tidak ingin sakit gara-gara mandi pagi buta seperti ini.

Dirasa sudah, Uatar kembali kedalam kamar dengan wajah yang sudah segar. Matanya tercengang melihat apa yang ada di hadapannya.

Hatinya tak karuan melihat Sri seperti itu. Dress lengan panjang sebatas betis itu menyibak sampai ke atas, pemperlihatkan tubuh bagian bawah.

Selimut yang menutupi tubuh wanita itu jatuh di atas lantai. "Astaghfirullah"

Segera Utara menutupi tubuh wanita itu, mengapa hatinya sangat gelisah, ingat dia pria dewasa yang mengerti kearah mana jika melihat hal-hal seperti itu.

Mau tidak mau Utara harus mendinginkan isi kepala dan hatinya, ia tau ia berkah atas apa yang ia lihat, bahkan lebih dari itu. Namun, ia takut dengan kenyataan yang akan ia dapat. Utara belum siap.

Karena tidak ingin sakit ia mandi dengan air hangat dari Water heater yang sudah tersedia. Entah, semakin ia ingin melupakan apa yang ia lihat tadi, bayang-bayang itu semakin terbang jauh membuat Utara harus menghabiskan waktu lebih lama.

Pukul 5:05 ia baru keluar dari kamar mandi, di sana sudah tidak ada Sri yang tertidur. Ranjang pun sudah rapih, kemana wanita itu?.

Karena sudah terlambat, ia bergegas untuk melaksanakan kewajibannya. Ketika sedang melipat sejadah pintu terbuka. Syafa bocah empat tahun itu berlari ke arahnya dengan mukena yang masih terpasang rapih.

"Om. Aku dan Sri shalat subuh di mushola loh......" Pamernya.

"Oh....., Ya?" Gadis itu mengangguk.

"Iya. Tadi aku yang membangunkan Sri, iya kan Sri?" Diambang pintu, Utara melihat wanita itu dengan mukenanya.

Sri yang mendapatkan pertanyaan menjawab. "Iya"

Sebenarnya Utara sangat ingin berbicara serius dengan wanita itu, ia hanya ingin memperingati wanti itu agar tidak berpakaian seenaknya, ia tidak ingin mengambil resiko.

kehadiran bocah itu berhasil menggagalkan nya, mungkin nanti saja ketiak Syafa tidak berada di antara kedunya. Bocah empat tahun itu sangat dekat dengan Sri.

Dari pertemuan kemarin Sore Syafa tidak ingin jauh-jauh dengan Sri. Entah, Utara tidak tahu mengapa bocah itu ingin selalu dekat dengan Sri.

Didalam kamar saat ini diramaikan dengan Suara Syafa yang terus bernyanyi. lagu yang di dengar dari sebuah kartun yang bocah itu lihat.

"Sri. Ayo ikut aku bernyanyi" serunya.

Sri menggeleng. "Tidak, aku tidak bisa bernyanyi"

"Sri tidak asik!" bocah itu merajuk.

Sri masih fokus membereskan baju-baju yang akan keluarganya kenakan nanti siang. "Aku tidak bisa bernyanyi Syafa" Jawabnya.

Tidak ingin ditolak bocah itu sudah melipatkan kedua tangannya di dada, bibir kecilnya ia majukan, dengan wajah yang sangat menggemaskan, gadis itu berharap Sri luluh dengan sikapnya.

SRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang