11

1.5K 161 3
                                    

Nyatanya membawa sepeda motor bukan ide yang bagus, Sore ini hujan menguyur kota, banyak dari pengedaran menghentikan laju motornya untuk berteduh. Namun, tidak dengan Utara. Dia harus segera menemui sang istri.

Sore tadi Mbok Ati memberi kabar bahwa Sri tidak kembali setelah mengantarkan tikar ke laundry, yang membuat Utara khawatir, Sri membawa uang belanja.

Memang tidak banyak. Uang itu merupakan uang iuran Mesjid, untuk acara Maulid yang akan di adakan besok lusa.

Cahaya dari dalam rumah terpancar melalui cela jendela, karena tidak tertutup dengan benar. Hal itu menandakan ada orang didalam. Utara menghela nafas lega, Usahanya datang ke kediaman sang istri tidaklah sia-sia.

Diketuknya pintu. "Asalamualaikum"

Utara masih setia mengucapkan selamat. "Asalamualaikum"

"Asalamualaikum" lagi. tidak ada jawaban dari dalam.

Kemana perginya wanita itu?. Jika pun di bawa kabur, Utara bisa menggantinya. Yang mengharuskan mencari wanita itu, ia hanya ingin menanyakan apa alasan wanita itu mengambil uang tersebut.

Utara tidak tahu harus menanyakan kepada siapa. Sebab, ia tidak menemukan orang yang bisa ia tanyai keberadaan Sri. Di depan rumah Utara berdiri, celingukan mencari tanda-tanda apakah wanita itu ada di dalam.

Bisa saja ia langsung membuka pintu. Niat tersebut ia urungkan, tak sopan rasanya jika bertingkah seenaknya. Belum lagi ia mengenakan baju Dinas.

Tapi Utara tidak bisa menunggu lebih lama lagi. "Sri....., Ini Saya"

Baju yang Utara kenakan sudah basah kuyup oleh derasnya hujan yang mengguyur kota.

"Eh....., nyari Sri?" Syukurlah saat ini ada seorang Wanita yang bisa ia tanyai.

Utara langsung mengangguk. "Iya. Saya mencari saudara Sri"

Tidak ingin membuang-buang waktu Utara langsung bertanya, wanita yang ada di hadapannya itu terlihat kumuh. Kulitnya seperti pribumi kebanyakan, rambutnya pirang, mungkin kerena sering terkena paparan sinar matahari. Belum lagi pakaian yang wanita itu kenakan, sangat tidak sopan. Berbeda dengan Sri. Walaupun berpenampilan sederhana. Tapi, wanita itu lebih terawat, Dan lebih tertutup.

Mengapa ia jadi membandingkan sang istri dengan tetangga sekitar? Utara fokuskan  dirinya kembali.

Wanita itu mendekat. "Mas polisi......,  pelanggan Sri?" Bisiknya.

Utara tercengang. "Bukan....., Saya hanya ada urusan dengan saudara Sri"

Utara Bersedekap. Wanita ini berani sekali, padahal Utara mengenakan Tracktop Dinas. Harusnya wanita itu merasa segan.

"Mas. saya bisa nego" gelagat dari wanita itu membuat Utara tidak nyaman.

"Anda salah menawari orang. Anda harusnya menghindari saya" Utara acuhkan pernyataan wanita itu.

"Jangan munafik deh Mas, banyak kok yang berseragam seperti Mas datang kepada kami" Wanta itu tidak terima dengan penolakan.

"Maaf tapi saya disini hanya berkepentingan dengan saudara Sri. Jika Anda tidak tahu Diaman Saudara Sri berada, tak masalah" kesal. Ini sudah lewat dari jam shalat Maghrib.

Utara harus segera pulang. "Saya permisi"

"Saya tau....." Seringai wanita itu.

Utara langsung menghela nafas, syukurlah wanita itu mau membantunya.
"Diaman?"

Wanita itu berkacak pinggang. "Tapi......, Sayangnya tidak gratis"

Di keluarkan satu lembar uang pecahan limapuluh ribu. "Tidak seharusnya Anda memanfaatkan keadaan seperti ini. Anda bisa kena sangsi atas tindak pidana"

SRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang