Proses pemakaman berjalan lancar, tak sekalipun Sri beranjak dari tempat peristirahatan terakhir sang ayah. Segala cara telah ia lakukan untuk keringanan hukuman sang ayah, tapi hukum tetaplah hukum. Harus dijalani.
"Bapak, Sri disini"
Mengetahui bahwa yang menjadi istrinya saat ini adalah wanita yang pernah ia tolong membuatnya tercengang. Takdir apa lagi yang telah Allah rencanakan untuk dirinya?.
"Le. Sebelum Magrib Ayah tunggu di rumah. Antar dulu istri mu pulang untuk mengambil beberapa pakaian miliknya, biarkan dia istirahat di rumah" Dhanuwan meninggalkan anak dan menantunya. Memberikan waktu untuk keduanya, terutama untuk menantunya yang baru saja kehilangan sang ayah.
Hari sudah mulai gelap. Utara mensejajarkan diri dengan sang istri. "Tidak baik jika anda terus menangisi kepergiannya, biarkan dia tenang" Sri tak menghiraukan hal itu.
Sejak sadarkan diri, wanita itu terus mencari-cari keberadaan sang Ayah. Tangisnya semakin pilu ketika sang Ayah sudah berada di tempat peristirahatan terakhir. Tidak ada yang wanita itu lakukan selain menangis di samping pusaran tanah, tempat dimana sang ayah berada.
Sebenarnya Utara ingin segera pulang agar bisa membersihkan dirinya. Tanah kubur masih melekat di celana dan baju kaos yang ia kenakan. Ya, Utara ikut memandikan dan membantu menurunkan jasad Almarhum mertuanya.
"Tangis mu tidak akan mengembalikannya, jadi cukup. Sebaiknya Ikhlas semua yang sudah terjadi" wanita itu tetap diam. Seakan ia tidak mendengar apa yang baru saja ia katakan.
"Terserah. Saya mau pulang" Utara bersiap untuk pergi.
"Jika memang anda ingin tetap di sini, saya tidak peduli. Ini peringatan terakhir" lanjutnya.
"Sri pulang pulang Pak. Nanti Sri ke sini lagi"
Tenyata gertakan yang ia lontarkan tidaklah sia-sia. Keduanya pergi meninggalkan TPU. Di dalam mobil hanya ada keheningan, keduanya sama-sama diam.
SVU Hitam itu terhenti tepat di samping ruko. Kedua kalinya Utara menginjakan kaki di tempat ini. Pertama ketika ia mengantarkan wanita itu dan saat ini dengan alasan yang sama. Namun, bedanya kali ini wanita itu akan ikut bersamanya.
Utara terus melangkahkan kakinya mengikuti kemana Wanita itu melangkah. Cukup jauh dari jalan utama untuk sampai ke rumah. Yang mana hanya bisa di lalui oleh sepeda motor dan berjalan kaki.
Hanya ada beberapa warga yang berlalu-lalang, Utara terus menyusuri jalan-jalan sempit, yang memang jarak antara rumah berdekatan.
"Wah....., kemaren bapaknya. Sekarang anaknya" suara itu mengalihkan perhatian Utara.
Sri tidak menanggapi ucapan tetangganya, Tidak hanya Rahmi, kedua tetangganya yang lain pun ikut menuduh.
"Pasti nyuri. Iya kan, Mas?" Salah satu dari mereka bertanya.
Tentu saja mereka tahu sang ayah dipenjara dengan kasus pencurian dan pembunuhan, sebab rumahnya lah yang menjadi lokasi penangkapan.
"Masuk" Utara hanya menoleh pada ketiga wanita yang memberi tatapan curiga.
Langsung saja kakinya memijak lantai sederhana rumah sang istri. Ditutupnya pintu. "Mengapa harus ditutup?" Bukan apa-apa. Utara hanya takut difitnah yang tidak-tidak oleh tetangga sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI
ChickLitMimpi Sri hanya satu, terbang di bawah birunya awan. Bukan di bawah gelapnya malam. *** Note* Judul awal TABIR. Cerita ini hanya fiksi. Nama tokoh dan tempat hanya menjadi pelengkap cerita.