Matanya terus mengawasi wanita paruh baya itu. perlahan ia ikuti langkah kakinya. Sri mengawasi kemana wanita itu akan melangkah. Beda halnya seperti 4 hari yang lalu. kali ini ia harus tidur ruang rawat inap Fatma. segala keperluan wanita itu Sri yang menyiapkan, ya. walaupun tidak sekali dua kali wanita itu menolak bantuannya. seperti kali ini, wanita itu tidak mau dibantu."Mau kemana. Bu?" tanyanya pelan.
Fatma yang mendorong tiang infus itu terlihat kesusahan. "Bukan urusanmu!" jawabnya ketus.
"Biar Sri Bantu. Bu" Ia menawar diri.
Baru saja dua langkah. wanita paruh baya itu mencegahnya dengan tegas. "Tidak. Saya bilang tidak!. kamu ini tuli?"
Mau tak mau Sri mundur perlahan. jika sudah seperti ini Sri bisa apa selain membiarkan wanita itu?. Tapi, Sri tak bisa abai begitu saja, ia terus mengawasinya dari belakang, takut sewaktu-waktu wanita itu terjatuh.
sebenernya Mbok di minta menjaga sampai malam oleh Fatma. tapi apa boleh buat, wanita yang sudah mengabdikan hidupnya itu tidak bisa meninggalkan sang cucu yang sedang sakit akibat jatuh dari sepeda saat pulang sekolah.
Mbok hanya menjaga pagi sampai sore. selebihnya Sri yang akan menemani wanita paruh baya itu, Untung saja Minggu ini ia bekerja di Shift pagi. jadi memudahkan mengatur jadwal.
Sri mulai khawatir ketika Pintu berwarna putih itu tidak terbuka. suara air yang tadi berbunyi kini tak lagi terdengar, ia dekatkan daun telinganya pada pintu. barang kali wanita itu terjatuh atau entah lah yang pasti Sri khawatir terjadi sesuatu.
Belum lagi tiang infus yang harus wanita itu bawa kemanapun melangkah. tangannya terhenti di udara, hati dan fikirannya masih bergelut perkara ia harus mengetuk atau tidak. jika mengetuk pasti wanita itu akan mengomel. Jika tidak, ia takut wanita itu sedang kesulitan.
Karena tak mau terjadi yang tidak di inginkan, akhirnya Sri memberanikan diri untuk mengetuk pintu. "Bu?" panggilnya pelan.
Tak ada jawaban dari dalam sana. sekali lagi Sri mencoba memanggil sambil mengetuk, barangkali wanita paruh baya itu tidak mendengar suaranya.
"Bu. Ada yang bisa Sri bantu?" hening. sama seperti sebelumnya.
Ketukan pada pintu itu Sri kuatkan. "Bu...., Ibu?" ia masih terus mencoba.
Pintu tak bisa terbuka disaat ia berusaha menggerakkan handlenya. hatinya yang memang sudah resah gelisah malah semakin membuatnya tidak tenang, dugaan yang tadi muncul makin menghantui. Harus bagai mana ia menghadapi situasi ini?.
"Bu. jawab Sri, Bu. ibu baik-baik aja kan?" nihil tidak ada jawaban di dalam sana.
Untung saja ada suster yang bisa ia mintai tolong. nampan berisi obat-obatan yang suster bawa langsung letakan di atas meja. wanita yang mengenakan seragam kesehatan itu sama paniknya saat Sri memberi tahu bahwa Fatma tidak memberi respon.
***
Walau tidurnya tak cukup, Sri sama sekali tak mengeluh. malam ini memang cukup menguras tenaga, setelah kejadian beberapa jam lalu Sri tak bisa tidur begitu saja. hatinya masih syok dan takut.
Ternyata benar dugaannya. Fatma pingsan di dalam kamar mandi, dan yang membuat Sri merasa tak tenang. wanita paruh baya itu mengadu kepada Ratih yang kebetulan menjenguk. Fatma menuduh bahwa ia tidak bisa menjaganya dengan baik dan sampai menyebabkan wanita itu pingsan.
Suster tadi yang membantunya membatu menjelaskan kepada pikah keluarga. menjadi saksi bahwa apa yang di tuduhkan kepadanya tidaklah bener. namun respon Fatma membuatnya merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI
ЧиклитMimpi Sri hanya satu, terbang di bawah birunya awan. Bukan di bawah gelapnya malam. *** Note* Judul awal TABIR. Cerita ini hanya fiksi. Nama tokoh dan tempat hanya menjadi pelengkap cerita.