Mbok Ati memintanya mengantar Sri yang ingin buang air. Kaki wanita itu belum sama sekali Mbok pijat, jadi mengharuskan Utara membopongnya.Sri menolak bantuan darinya, beralaskan bisa sendiri. Belum saja berdiri tegak, Sri sudah merintih kesakitan.
Satu jam yang lalu Mbok diminta untuk segera datang ke rumah budhe. Utara memesankan Taksi online agar tidak membuang waktu.
Awalnya ia akan membawa Sri pulang setelah mendengar usulan dari sang ayah. Di sini, Utara tidak tahu harus menemukan tukang urut di mana.
Biasanya memang Mbok Ati yang keluarganya andalkan jika ada cidera otot. Belum lagi Sri yang tidak bisa duduk, mau tak mau Utara di haruskan menginap. Sampai keadaan Sri membaik.
Bagaimana Sri akan buang air jika pria itu masih diam di sana. Tidak mengertikah, bahwa saat ini Sri bingung harus bagaimana.
Sedangkan Sri sudah tidak kuat menahan hajatnya. "Anda bisa tunggu di luar, Saya......, Bisa ngompol" cicitnya pelan.
Bodoh-bodoh. Kemana otaknya itu?. Sudah jelas Sri pasti malu jika ia masih berada di sana. "Ya. Saya tunggu di luar"
Jika saja bukan ulahnya, Sri pasti baik-baik saja. Punggung dan pinggang wanita itu pun memar, membuatnya tidak bisa duduk dan berbaring.
Niat hati hanya ingin membuat wanita itu Segan dan takut, malah menjadi petaka. Membahayakan nyawa wanita itu, Utara menyesal.
Apalagi respon Sri, membuatnya semakin merasa bersalah. Sri tidak menceritakan kejadian sebenarnya, bahwa Utara lah yang membuatnya terjatuh.
"Kok bisa jatuh begini?" Tanya Ratih.
Semua orang di sama menunggu jawaban. Utara hanya diam, ia hanya ingin tahu jawaban apa yang akan wanita itu lontarkan.
"Tangganya licin" hanya itu yang wanita itu katakan.
"Ada-ada saja. Bikin orang repot" Fatma mengerutuk, "kalo cuma jatuh ngga usah panggil Mbok segala, dibiarin aja. Nanti juga sembuh sendiri" lanjutnya.
Semua orang di sana menatap Fatma. Tidak menyangka Fatma akan berkata seperti itu. "Bu. Sri itu jatuh dari tangga, jari kakinya aja sampai berdarah begitu. Sri bukan kepeleset, Abang yang buat Sri jatuh" Utara mengakui kesalahannya.
Lama menunggu Sri yang tak kunjung membuka pintu kamar mandi, Utara mulai cemas. Ia takut Sri kesulitan.
Utara mengetuk-ngetuk pintu. "Anda baik-baik saja?"
Tidak ada suara yang terdengar didalam sana, dan pula tidak ada jawab dari Sri. " Anda baik-baik saja kan?. Jawab Saya jika anda baik-baik saja"
Nihil. Utara tidak mendapatkan jawaban apapun, padahal wanita itu hanya buang air kecil. Mengapa harus selama ini.
"Sri... Jawab Saya. Saya hitung sampai tiga. Pintunya Saya dobrak, Satu......, Dua.....,Tig........."
Tubuh Utara sudah siap berancang-ancang akan mendorong pintu. Tapi suara Sri menghentikan nya.
"Sa......, Saya ngga papa" Utara bernafas lega setelah mendengarnya.
Kembali Utara mendekatkan dirinya ke pintu. "Cepat. Mbok dari tadi nunggu"
Memang Mbok sejak tadi sudah menunggu, bahkan sudah dua kali wanita paruh baya itu menghampiri Utara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRI
ChickLitMimpi Sri hanya satu, terbang di bawah birunya awan. Bukan di bawah gelapnya malam. *** Note* Judul awal TABIR. Cerita ini hanya fiksi. Nama tokoh dan tempat hanya menjadi pelengkap cerita.