20

1.8K 170 4
                                    

Pukul dua siang Utara memutuskan untuk segera pulang, bukan tanpa alasan. Operasi penyidikan terhadap komplotan pengedar narkoba malam ini akan ia selesaikan dengan anggota satuan badan narkotika.

Ia akan pulang menggunakan motor Khafa, tidak memungkinkan ia pulang menggunakan mobil sang ayah. Jalanan pasti macet dan akan menghambat perjalanan, Utara takut ia tidak akan sampai tepat waktu.

"Sri, ikut pulang?" Suara sang ayah menghentikan kegiatannya ketika ia sedang bersiap untuk pergi.

Utara menggelengkan kepalanya. "Ngga"

"Yasudah hati-hati di jalan, kalo sudah sampai kabari ibu mu" setelah mengatakan itu sang ayah pergi melangkah keluar dari kamarnya.

Di ambang pintu sang ayah melanjutkan petuahnya. "Sebelum berangkat jangan lupa pamit dulu ke ibu"

Setelah selesai dengan urusannya Utara segera bergegas mencari sang ibu, hendak melakukan apa yang sang ayah perintahkan.

"Loh. Kok udah siap?" Sang ibu sudah berada di hadapannya.

"Ada tugas, ngga bisa Abang tinggal. Sri dimana Bu?" Netra hitamnya terus mencari keberadaan wanita itu.

"Temani Syafa renang. Yaudah kalo mau berangkat hati-hati di jalan, oh ya. Abang pulang pake apa?"

"Pinjam motor Khafa. Abang pulang duluan ya Bulik" pamitnya pada Ratih. yang memang ada di sana juga.

"Iya. Hati-hati ya bang"

***

"Ibu tiri itu jahat tidak Sri?" Sri hanya diam ketika bocah empat tahun itu bertanya tentang pendapatnya.

"Iya. mereka jahat"

"Kamu punya ibu tiri ya?" Lagi dan lagi ia harus menjawab apa saja pertanyaan dari bocah 4 tahun itu.

Namanya Syafa, anak tiri dari Kharita. Yang Sri tahu Suami dari sepupu iparnya itu seorang duda anak satu, entah lah ia tidak banyak tahu tentang keluarga Utara.

"Kata Ayah, jika kita tidak menjawab pertanyaan orang lain, itu tidak sopan namanya" Sri masih memainkan kakinya di dalam kolam.

"Kamu cerewet sekali, ayo naik. Nanti aku di marahi ibumu karena membiarkan anaknya main air terlalu lama" Sri menjulurkan tangannya hendak menarik bocah empat tahun itu keluar dari dalam air.

Syafa melepas pelampung yang ia kenakan. "Aku ingin berenang ke ujung sana sekali lagi"

Sri kaget ketika Syafa berenang ke tengah kolam tanpa mengenakan pelampung. "Syafa. Ayo kembali, nanti kamu tenggelam" ia panik karena Syafa terus berenang ke tengah kolam.

"Sri ayo kejar aku sini!" ejeknya.

"Syafa aku tidak bisa renang, ayo kembali"

"Masa orang dewasa tidak bisa berenang? Ayo kejar aku. Kamu tidak mau menjawab pertanyaan ku, jadi aku tidak mau kembali ke sana jika kamu tidak ikut renang"

Sri tidak tahu harus bagaimana ketika bocah itu terus mempermainkannya. Syafa adalah anak yang pintar, di usianya ini dia sudah bisa membaca dan menulis dan pandai berbicara. Kemarin Sri sempat menanyakan apa cita-cita bocah kecil itu. Dengan lantang ia menjawab ingin seperti ibu tirinya yang seorang presenter di salah satu stasiun TV.

"Sri tolong aku...." Syafa kesulitan untuk mengambil nafas, Sri yang melihat kejadian itu langsung mencari seseorang untuk membantu Syafa. Tapi tidak ada seorang pun yang ia temui.

SRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang