0007

97 15 1
                                    

"Naya lo harus tau!"

"Tau apaan?"

"Ka nathan udah berani nganter gue pake sepeda! Ketawa banget gue anjir, sebelumnya dia gak ngizinin buat bonceng sama sepeda favorite nya itu. Tapi kemarin dia nawarin loh!"

"Wah? Serius? Enak dong lo. Bisa boncengin pake sepeda jalan beduaan."

"Iya lah! Makanya lo juga dong."

Deg..

Naya terdiam, dih males banget.

"Apaan, jangankan sepeda, naik motor sama dia aja seakan mau diajak mati."

"Suami lo kalo nyetir bahaya banget kayaknya."

"Brutal!" seru Naya. "Kalo gak disuruh mertua juga gue ogah, Ji."

Jihan mengusap dadanya terkejut ketika Naya berseru seperti tadi.

"Ngeri---"

Pandangan Jihan terhenti pada seorang gadis tengah menatap mereka dari kejauhan, Jihan yang tidak nyaman itu langsung teriak.

"Woi!"

Mendadak semua teman sekelasnya menoleh asal dimana Jihan bisa berteriak.

Gadis itu tampak ketakutan dan pergi menjauh dari kelas Jihan dan Naya.

"Duh, Jihan! Ngagetin aja!" tegur Naya cukup jantungan.

"Hehe, abisnya emosi gua sama orang kayak gitu. Kalau masuk ya masuk aja kali."











Karena jam pelajaran kosong berlangsung, Naya berpamitan sebentar ingin membeli minuman di kantin. Jika ingin keluar hanya satu orang saja yang keluar, tidak boleh ramai ramai.

Dan itu harus benar benar penting.

Naya mengusap tengkuknya begitu hangat, mendadak dia merasakan tubuhnya lemas dan sakit. Padahal tadi dari rumah dia baik-baik saja.

Sambil jalan, dia melihat guru yang kesulitan membawa buku tugas siswa nya. Karena hanya dia yang lewat situ dia pun menghampiri guru dan membantu.

"Maaf bu, biar saya bantu boleh?"

"Eh? Boleh saja. Antar ke perpustakaan ya, ibu mau menilai di sana."

Naya mengambil separuh buku dan membawa nya ke perpustakaan sekolah.

Sampai dia menaruh tumpukan buku, pandangan nya tiba tiba tampak buram. Dia menggelengkan kepalanya malah semakin nyeri.

"Terima kasih ya nak, sudah bantu ibu."

Naya menoleh, pandangan nya cukup oleng. "Sama sama bu, kalau gitu saya balik dulu."

Naya keluar dari perpustakaan dan memutuskan untuk pergi ke uks meminta pertolongan pada PMR di sekolah.

Tidak sempat naik tangga, Naya benar benar tidak kuat dan dia jatuh pingsan.

Sedangkan seseorang yang tak jauh darinya sontak menangkap tubuh Naya.

"Woo woo! Mbak! Hoi! Mbak!" jerit nya sambil menepuk pipi Naya agar sadar.

Dia melirik sekitar. Tidak ada orang selain dirinya juga, dia pun terpaksa menggendong tubuh Naya dan naik tangga menuju UKS.











•••

Sampai bel sekolah berbunyi, Jihan tampak resah gelisah menunggu Naya tidak kunjung kembali. Bahkan sampai di akhir pelajaran. Dia memutuskan membawa tas Naya dan mencari keberadaan sahabatnya.

Beralih dari lantas bawah, dia berkeliling. Namun tidak ada. Di lapangan, juga tidak.

Perpustakaan juga tidak.

Di toilet juga tidak.

Diruang lab juga tidak.

Dimana ya

"Haduh Naya, lo kemana sih? Jan jangan lo pulang lagi." keluh Jihan begitu khawatir.

Akhirnya dia memikirkan satu ruangan, yaitu uks. Jangan jangan Naya tidur di UKS!

Cepat cepat Jihan pergi ke uks untuk mengecek.

Saat berlari ingin membuka pintu, seseorang baru saja membuka pintu dari dalam membuat Jihan berhenti.

"Lah? Jihan?"

"Kak rian? Kakak sakit ya?"

"Terus lo? Kenapa kesini?"

"Eeemm gak perlu tau!"

"Euh aneh."

"Yaudah sana minggir."

"Lo sakit ya?"

"Kagak! Ya cuman mastiin kalau ada sahabat gue disini." kata Jihan tidak sabar. Itu Trian.

Trian terdiam, pikirannya tertuju pada perempuan yang dia antar ke uks.

"Tadi gue sempet nolongin cewek terus gue anter ke uks,"

Jihan mendengar itu langsung menerobos masuk membiarkan Trian di sana.

Jihan membuka tirai, terkejut sekali dengan apa yang dia lihat. Itu Naya!

"Nayaa!"

Petugas PMR langsung memberitahu. "Dia terlalu banyak pikiran sepertinya, hanya pingsan aja kok."

"Oh gitu ya, makasih kak."

"Yaudah saya pergi dulu ya."

Jihan mengangguk membiarkan petugas PMR pergi, kembali melirik Naya. Haduh dia ini, kenapa jadi tiba tiba pingsan begini? Eh. Sudah termasuk lumayan lama.

"Yailah nay, lo kalo sakit mah gak usah berangkat." Jihan menarik kursi dan duduk, meletakan tas nya di bawah.

Jihan terdiam beberapa saat. Kemudian terpikirkan satu orang, dia cepat-cepat mengambil ponsel Naya yang ada didalam tas dan menghubungi orang itu.

Panggilan tersambung.

"Kenapa?"

"Heh, istri lo sakit nih sekarang di UKS. Terserah sih mau dateng atau ngga sekiranya gue udah ngasih tau."

Pip!

Jihan mematikan sambungan telepon, bawaanya emosi kalau dengar suara Jayden. Ya habisnya selalu membuat Naya sakit sih, sahabat mana yang gak marah.

Kemudian, kedua mata Naya terbuka perlahan. Pandangan nya mengabur sekali, kepala nya pusing dan sakit.

"Naya? Lo gak papa kan? Hai?"

Naya terus terfokus pada rasa sakit kepala nya begitu menjarum, entah apa ini tapi sakit sekali.

Jihan bingung, dia tidak tahu harus berbuat apa, Naya merintih sakit pada kepalanya dan dia terus meremas rambut nya. Jihan pun keluar memanggil petugas PMR.



"Kak temen saya udah bangun, tapi dia kayak kesakitan gitu mohon dibantu."

"Oh iya." Petugas itu pun membawa kotak obat dan datang ke kasur pasien Naya.


























Jayden memasukan ponselnya tampak tidak peduli, dia kembali bermain dengan bola basket ditangannya.

Kedua sahabat yang disampingnya pun menanyai siapa yang ditelfon.

"Siapa tuhh." tanya Jovan.

"Bukan siapa siapa." Jayden memasukan ponselnya.

"Halah boong lu, udah sana duluan aja." balas Trian.

"Tapi nanti gimana?" tanya Jayden, mereka ada janji untuk pergi jalan-jalan meskipun tidak penting juga sih.

"Ya bisa lah nanti hari terakhir sekolah, kayak gak ada hari lain aje." balas Trian.

"Bener, buruan sono bro." Jovan menepuk pundak Jayden.

Jayden pun pasrah dan pergi menemui Naya di UKS.








TBC

Amerta ; naykookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang