00026

65 6 0
                                    

PLAKK

Suara tamparan begitu nyaring di sekujur ruangan milik Ayah Jayden saat ini, lain hal tidak ada yang bergeming. Hanya mengisi aura kemarahan sang Ayah pada putra semata wayang satu satu nya.

Mama Jay melihat itu menutup mulutnya terkejut, ia tak ingin mencampuri urusan Ayah dan Anak.

"Dari siapa kamu berbuat bejat seperti ini, Jay?!" bentak Ayah. Sedangkan laki laki ini hanya berdiri menunduk merasakan perih di pipi kiri nya.

"Akibat perbuatan mu, bisa menjelekan nama keluarga kita. Bukannya kamu tau?"

Jayden tak bisa membalas sepatah kata apapun.

Ayah mengambil map berwarna hitam di meja dan melemparkan kasar pada Jayden. "Baca itu, dimana otakmu, Jayden!" maki nya.

Lelaki tersebut menunduk melihat map itu tergeletak dibawah kaki nya. Dengan getar dia mengambil dan membuka.

Ayah datang mendekat dan menunjuk dengan tajam. "Selesaikan ini, jangan coba coba temui orang tua mu dengan masalah tidak beradab itu." kecam Ayah lalu menarik lengan Mama untuk pergi meninggalkan Jayden.

"J-jay!--"

"Ayah, kamu bakal maafin anak kita kan??"

Ayah membenarkan kaca mata. "Aku gak mau tau lagi sama anak itu."

Mama menghela nafas sedih.














•••




Malam mencekam mulai dirasakan gadis berambut sebahu yang kini meringkuk sedih di pintu kamar, handphone nya sudah tergeletak tak berdaya di atas karpet.

Mengabaikan semua nya. Suara mobil mulai terdengar, menandakan Jayden sudah kembali pulang. Dari pekerjaan nya.

Naya cepat-cepat berdiri dan berjalan menuju pintu rumah.

Klekk...

"K-kak?" gadis itu terkejut dengan pipi merah ruam seperti tamparan tercetak jelas. Jayden menghindar mengabaikan Naya terkejut itu.

Menutup pintu, Naya berjalan dibelakang Jayden dengan khawatir.

"Kak, kamu habis ngapain? Kenapa pipi mu gitu? Aku obatin----"

"Gausah ganggu gue dulu bisa, nay?" ucap Jayden sedikit tegas. Naya mengangguk, lalu meraih lengan nya

"Kakak gak papa kan?"

Gadis itu khawatir, padanya. Jayden meringis lalu menghempas kan tangan Naya dan pergi menuju kamar dan menguncinya.


















"Hah? Kok bisa gitu?" tanya Jihan kebingungan. Naya mengangkat bahu nya tak mengerti.

Dia saja tidak mendapat informasi dari apapun.

"Semalam bikin gue ovt berat, sampai tadi pagi aku coba ketuk pintu nya gak ada sautan sama sekali. Takut kalau dia kenapa kenapa di dalam sana.." Naya menghembuskan nafas panjang. Jihan merasa ikut sedih juga, ia lantas mengusap punggung sahabatnya.

Perihal semalam. Naya hanya melihat foto dokumen bertuliskan 'Positif Hamil' dari perempuan bernama Emma Levarnia.

Ia tak ambil pusing, ia ingin penjelasan pria nya dulu.

"Lo mikir apa heh?"

Naya mengusap wajahnya. "Ji. Apa yang lo pikirin soal mantan yang hamil?"

Jihan memasang muka tak mengerti. Mantan seseorang hamil? Lalu?

"Maksud lo?"

"Gini deh. Misal lo mantan ka nathan. Terus lo hamil. Gimana?" jelas Naya.

Jihan berpikir keras. kemudian mengerti maksud Naya. "Ooh itu. Jelas gue salahin mantan gue lah. Siapa tau dia yang bikin gue hamil, but.. kenapa?"

"Oh gitu ya.."

"Apaan? Lo bahasnya kaga jelas banget."

"Semalem ada yang ngirim gitu ke gue."

"Lahh??" Jihan terkejut. Naya memperlihatkan foto. "Ini."

Jihan menatap Naya sepenuhnya. "Gue harap lo bisa nanggepin ini dengan dewasa."

Yang mendengar hanya diam.













•••


Kenapa yang mengurung itu tersangka? Rasanya ingin memukul dan memarahi seluruh dunia bahwa ini kesalahan fatal yang tak pernah ia mau dapatkan. Semua pasti begitu.


"J-jangan!"

"N-naya.. sayang.."

"Jay! Sadar!---akh"




Kedua kelopak mata Jayden terbuka dari tidur nya. Ia duduk, mengusap wajah kasar nya. Kepala nya memusing.

"Apa itu? Ah. Brengsek banget anjing, hahaha." kekeh Jayden sedih.

Ia melirik foto vigura pernikahan nya dengan Naya.

"Maaf naya, maaf..."



















••••

Langkah kaki kecil Naya membuka pintu rumah, suasana hening tercipta sejak dari pagi sebelum dia berangkat ke sekolah. Sore hari, Naya berniat mandi lalu makan.

Gadis itu berhenti melangkah saat melihat pintu Jayden menutup sama persis tadi malam. Nampan berisi sarapan untuk nya dari Naya tak disentuh sedikit pun.

Kali ini, dia mencoba mendatangi depan kamar dan mengetuk sebanyak tiga kali.

"Kak? Kak Jay? Udah makan belum?"

Tak ada sahutan dari si pemilik kamar. Naya mengigit bibir bawah nya dan mencoba sekali lagi.

"Kak? Kamu gapapa kan? Cerita dong.."

Hening.

"Kakak marah ya sama aku, karna diemin mulu?" ungkap Naya tiba-tiba merasa bersalah.

Gadis itu terus melanjutkan bicara nya walaupun tak ada sahutan apapun.

"Aku minta maaf, aku salah. Kakak gamau maafin aku nih? Keluar dong."

"Dari semalam aku khawatirin kamu, kamu sedingin ini ke aku itu udah biasa kok. Tapi, keluar ya, kak? Kita makan malem bareng bareng lagi yuk?" lirih Naya tak sanggup menahan air mata nya lagi. Hati nya tergores meratapi hubungan mereka.

"Kak! Buka pintunya!"

BRAKK
BRAKK
BRAKK

"BUKA!"

"Kita harus bicara, kita. Harus. Bicara, kak!"

"Kak, please buka pintu nya.." suara Naya melemas. Isakan nya mulai terdengar.


Di balik pintu, Jayden tengah duduk meringkuk menahan mulut dengan bantal nya untuk tidak mengeluarkan suara apapun.

"Maaf, naya. Gue lelaki brengsek, kotor, biadab, kurang ajar sama lo."

Dia mendengar pukulan itu mulai mereda, suara isakan perempuan terdengar.

"Jangan nangis, sayang. Jangan tangisin suami payah lo ini, nay.."













TBC

Amerta ; naykookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang