00025

125 17 5
                                    


Nyaris, semua siswa organisasi dan siswa yang membantu sejak pagi. Termasuk Naya dan Jihan. Tepar di belakang panggung.

Kursi penonton, meja juri sudah dikembalikan. Jadi hanya panggung ini saja yang belum.

"Capek ya.."

"Bener.. hah."

"Gue hampir aja ketiban tiang kalau gak ada yang nahan."

"Eh, masa?! Tiang panggungnya copot?!"

"Iya, kayaknya yang masang kurang kenceng."

"Untung aja."

"Tadi kita terus kehabisan air mineral juga."

"Wah, pasti pada haus."

"Kita udah ngabisin sepuluh kardus air mineral gelas."

"Sampahnya ya ampun.."

"Oh iya lo tadi tau ngga, di saat semuanya sibuk. Marcel malah nembak cewek!"

"Anjir haha!"

"Pantesan tadi dicariin gak ada, ngilang mulu anying. Padahal disuruh beli lampu juga."

"Sekarang dia dimana?"

"Udah balik duluan. Katanya mau kencan."

"Hahah asek, oi pak ketua!"

Ketua osis langsung menengok.

"Marcel si wakil osis lo aja udah punya pegangan, masa lo nya kagak."

Hampir semua diantara mereka menertawakan nya.

Mahen tertawa cukup nyaring. "Oi bro, cari cewek itu gak gampang."

"Cewek yang mana? Itu cewek itu cewek."

"Ya adalah, gak perlu tahu." Mahen menghabiskan botol berisi teh yang berada digenggaman nya.






Mengabaikan sekitar mereka. Naya dan Jihan saling mengipasi diri masing masing.

"Panas ya nay."

Naya mengangguk. "Heem."

"Lo daritadi kemana aja sih?" tanya Naya bingung sejak tadi.

Jihan tertawa konyol sambil mengusap tengkuk nya. "Gue bantuin Mahen buat nulis data."

"Pantesan.."

"Hehe, pagi pagi gue dateng kesini. Jadi gak sempat ke backstage tau."

"Iye dahh, lain kali jangan ngilang gitu aja."

"Hehehee."

"Ha he ha he."

Jihan menghela nafas panjang. Dia meraih tas kecil dan membawanya. "pulang sekarang yuk."

Naya mengangguk, dia juga membawa tas ransel nya bersiap siap pulang. Mereka menghampiri ketua osis.

"Iya, semuanya lengkap kan?"

"Lengkap kak, nanti kita setorkan saja ke kepala pengurus."

"Ya sudah makasih ya."

"Iya kak, mari.."


Naya menatap siswa yang tadi berbicara dengan Mahen.

"Mahen, kita pulang dulu ya." ucap Jihan.

Mahen menatap mereka berdua. "Eh bentar dulu,"

Naya dan Jihan saling menatap, bingung. "Kenapa?"

Mahen berbalik membuka kardus dan berbalik membawa dua plastik untuk Naya dan Jihan.

Amerta ; naykookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang