00028

67 4 0
                                    

Rumah yang sepi, seperti biasa dan selalu seperti ini.

"Aku pulang." ucap Naya lesu. Ia menyeret topi itu sambil naik ke atas kamar nya.

Sudah sekian lama ia tak lagi pernah tidur sekamar ataupun berdamai dengan Jayden. Ia hidup mengabaikan semua tentang pria itu, sampai kini. Jayden tidak datang di acara kelulusan nya.

Mama mertuanya memang datang, tapi hanya sebentar karena ada jadwal pesawat yang harus dia tumpangi sekarang. Naya cukup senang dan terobati.

Lagi lagi rasa sesak mulai menjalar pada dada nya.

"Kak. Kakak, aku lulus. Kakak gamau ucapin apa apa sama aku?" ucap pelan Naya didepan kamar Jayden.

Tak ada sahutan, Naya mengangguk mengerti. "Yaudah aku masuk kamar dulu, jangan lupa makan siang." ia menjauh dari kamar Jayden sekarang.






Dia membuka pintu.

"Kok gak dateng sih? Gak ngucapin apa-apa lo?"

Naya memutar bola matanya malas lalu berani menatap nya. "Yaudah selamat buat kelulusan nya kak."

"Ih apaan sih gak ikhlas itu."

"Tadi mau dateng. " Naya mundur beberapa langkah. "Tapi gak jadi, pasti banyak yang ngasih ucapan sama si senior."

"Masalah nya? Lo gak suka gue dideketin banyak fans?"

"Ya bukan gitu.." Naya bingung.

"Ikut gue yuk."

"Kemana??" tanya Naya.

"Ya adalah, ayo!"

— Part 00011





Memori itu kembali berputar.
Naya sudah tau kemana perginya Jayden pagi hari ini. Kerumah Emma.


•••






"Aduh lo, anjir haha?" kekeh Trian melihat Jayden mengeluh padanya.

"Apa? Lo mau apa sama gue? Pulang sana ah." usir nya.

"Yan, gue serius."

"Iya gue tau, jay." Trian menatap Jayden. "Lo sekarang pulang. Kerumah lo yang sebenernya di mana, itu aja."

"Nggak, gue gak mau bikin istri gue nangis."

"Oh? Masih bisa bejat lo ngomong dia istri lo." Trian menghampiri Jayden dan menepuk pundak sahabatnya.

"Pulang lah, Naya butuhin lo. Gak lupa kan, hari ini tanggal kelulusan nya?"









































Sebotol minuman keras ia habiskan di dalam mobil malam itu, lelaki itu menyerah, kepala nya sakit, ia lemah. Dia sejujurnya begitu malu untuk tetap menampakan diri dihadapan gadis kecil yakni istrinya sendiri.

Seberapa berharga dirinya sekarang untuk Naya? Tidak. Pikirnya.

Kenapa rasanya begitu lama untuk menunjukan bahwa dirinya tidak bersalah?

Drt.. drt..

Handphone nya berdering cukup lama, lelaki itu dengan setengah kesadaran pun meraih dan mengangkat telepon.

"Woi anjing! Lo dimana?"

Ia terkekeh. "Dirumah---arghh"

"Yaudah kalau gitu, gue gamau tau lo gantiin minum gue oi!"

Amerta ; naykookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang