0008

103 19 0
                                    


Jayden menggendong Naya yang masih pingsan itu ke atas, yaitu kamar Naya. Dia membuka pintu dan meletakan Naya di atas kasur secara perlahan.

Dia terdiam. Sebenarnya dia tidak tega kalau Naya seperti ini, perempuan itu penganggu yang tidak bisa dia lawan karena ancaman nya itu.

Melelahkan, padahal sebentar lagi dia lulus. Bukankah lebih mengkhawatirkan jika dia tidak sekolah lagi di sana mengawasi Naya dari jauh.

Lamunan nya buyar melihat Naya sudah membuka kedua mata nya, dia masih menyesuaikan.

Dia bangun, duduk. "Ini kamar gue ya.." gerutu Naya melihat perabotan kamarnya itu.

"Iya."

Naya menoleh, itu Jayden.

Seakan mengerti kenapa dia bisa sampai di sini. "Makasih kak."

"Awalnya gue mau bawa lo pulang ke rumah gue, tapi takutnya lo rewel lagi repot."

Naya mendengar itu sedih, memang dirinya itu merepotkan. Dia melepas jas sekolah nya itu.

"Lo abis makan apa sampai masuk uks?"

Naya terdiam. Tiba tiba dia memikirkan satu kejadian saat pagi tadi.

"Eh! Dek! Sini dong."

Naya menghampiri orang itu yang berdiri didepan toko minuman.

"Lo mau kopi gak?"

"M-maksudnya kak?" tanya Naya bingung.

"Tadi niatnya gue beliin temen gue, tapi dia pergi ada urusan mana udah keburu gue beli. Ya lo mau ngga? Ini masih baru kok."

Naya melirik satu cup kopi yang disodorkan untuknya, dia bingung. Dia suka kopi, tapi..

"Ambil aja!"

Naya pun menerima kopi itu, dia seperti memaksa.

"M-makasih kak."

"Iya sama sama." Dia tersenyum, Naya berbalik dan pergi ke kelas sambil meminum kopi pemberian kakak kelas itu.

Di balik sana, orang itu tersenyum sinis.












"Aku minum kopi tadi pagi," jawab Naya tanpa melihat Jayden.

"Punya alergi soal kopi?"

"Gak. Aku dikasih kopi sama kakak kelas."

Jayden mengusap wajahnya kasar. "Makanya jangan asal nerima sesuatu dari orang, gimana kalau itu emang ada obat obatan di dalam kopi?"

Naya menunduk. Bodoh sekali. "Maaf.."

"Tapi rasanya aneh--- Hoek!"

Naya menutup mulutnya tiba tiba mual merasakan bagaimana kopi itu, creamy dan pahit obat rasanya. Aneh.

"Udah tau aneh kenapa di minum sih," Jayden turun membuatkan teh hangat. Setelah dibuat dia naik keatas lagi.

Jayden membantu Naya untuk bangun dan menyuruh Naya untuk minum teh. Naya menurut, dia hanya minum sedikit.

Jayden meletakan teh itu di atas nakas.

"Sekarang yang sakit apa?"

"Kepala ku sakit tapi---"

Jayden mendorong perlahan tubuh Naya untuk kembali tiduran, dia naik keatas kasur dan memijat kepala Naya.

Dia terdiam seribu bahasa, apa ini?

Entah kenapa dia tiba tiba menangis mengingat ibu nya suka memijat kepalanya jika dia merasa pusing setelah seharian sekolah, seperti deja vu.

Naya menangis, Jayden heran.

"Cengeng, makanya jangan asal nerima pemberian orang lain. Kalaupun lo ambil, habis itu dibuang."

"K-kangen Mama.."

Jayden tertegun. Naya merindukan orang tua nya, dia bingung harus apa.

"G-gue suruh mama kesini aja ya?"

"Engga mau mama kak jay, mau mamaku."

Waduh, Jayden pun tetap menghubungi Mama nya untuk datang menemani Naya. Meskipun dia bisa mengurus Naya, tapi Naya pasti masih tidak terbiasa.

"Ih apaan sih udah dong nangisnya," Jayden menyadari Naya banjir air mata, bantal nya juga ikut basah.

"Lo bahkan belom ganti baju, ganti baju dulu."

Jayden turun dan membuka lemari Naya, dia mengambil celana panjang tipis dan kaos hitam polos, dia meletakannya di sudut kasur.

"Ganti dulu, gue tunggu diluar."

"Gak mau," Jayden terhenti. "Kakak disini aja, ga mau sendirian."

Ya ampun. Jadi dia menunggu Naya berganti baju tanpa menunggu diluar?! What?! Jayden membelak kedua matanya melihat Naya mulai melepaskan kancing seragam.

"G-gue diluar aja ya? Ada---"

"Sini aja!" Naya menahan tangan Jayden tetap di sampingnya.

"Bantuin."

Haduh mati aku ma.

Jayden mengsampingkan ego nya dan membantu mengganti seragam Naya dengan baju rumahan saja agar tidak sesak.

Dia menurunkan seragam Naya, ini baru pertama kalinya sial. Dia melihat bagaimana putihnya tubuh Naya yang hanya dibaluti kaus dalam putih dan bra.

Cepat cepat dia mengambil kaus hitam Naya dan memakai kan nya.

Naya duduk di sisi tepi kasur, dia melepaskan rok nya dan celana pendek nya. Namun paha nya tertutup setengah karena kaus hitam yang cukup besar itu.

Jayden meneguk ludah nya kasar, apa apaan ini. Dia lantas memberikan celana panjang pada Naya. Naya dengan santainya memakai celana itu.

Setelah dipakai, Jayden mengangkat kedua kaki Naya diatas kasur lagi.

Tatapan mereka bertemu.

Kedua mata sayu Naya seakan menggoda hasrat Jayden.

Benar benar gila, lagi sakit juga.

Jayden terhanyut, dia mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibir pada Naya dan mencium nya.

Firts kiss Naya tepat diambil Jayden yakni suami nya.

Naya meremat seragam Jayden.



Klek

Mama yang baru membuka pintu kamar Naya pun terkejut dengan apa yang dia lihat. "Oh astaga, maaf."

Jayden menjauhkan bibirnya, terkejut kehadiran Mama nya di pintu kamar Naya.

Duh khilaf. Jayden pun membaring tubuh Naya yang masih terlihat biasa saja. Mungkin karena kepala nya sakit dia masih tidak mengerti tadi maksudnya apa.

"Maafin gue." bisik Jayden, lalu membuka pintu menyuruh Mama nya masuk.

Mama masuk, menghela nafas sambil melihat Jayden. Kemudian menghampiri Naya yang terlihat lemas itu.

"Sayangg, ada yang sakit? Mama obatin ya? Mau minum obat? Mau makan apa?" tanya lembut Mama.

Jayden memilih keluar saja menumpahkan semua pikiran konyol nya dan apa yang tadi dia lakukan itu.














TBC

Amerta ; naykookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang