Jisoo menunggu sampai Seokjin keluar dari kamar mandi, handuknya melilit pinggangnya, sebelum Jisoo meluncur ke arah Seokjin, memeluk lehernya dan membenamkan wajahnya di leher Seokjin yang basah dan hangat.Seokjin terhuyung sejenak dan berhasil menjaga kembali keseimbangan saat dia memegang bahu Jisoo. "Apa-apaan ini..."
Jisoo menarik diri dari pelukan kemudian meraih wajah Seokjin, meletakkan bibirnya sendiri di bibir Seokjin dengan kuat seolah tiada lagi hari esok. Jika Seokjin terkejut dengan tindakan Jisoo, dia tidak menunjukkannya karena diapun mencium balik Jisoo dengan antusias dan semangat yang sama seperti yang wanita itu lakukan padanya. Di suatu tempat di sudut pikiran Seokjin, dia mencoba untuk mencari tahu mengapa Jisoo menciumnya ... tetapi karena dirinya menikmati ini, maka Seokjin memutuskan untuk tidak peduli.
"Kau jadi ikut basah," Seokjin mengingatkan Jisoo saat bergumam menarik napas.
"Aku tidak peduli," kata Jisoo dengan senyum lebar, memeluknya lagi. "Terima kasih banyak, Seokjin."
"Untuk apa?" Seokjin bertanya, melepaskan lengan Jisoo dari lehernya.
"Karena tidak menjadi menyebalkan untuk kali ini," jawab Jisoo datar. "Aku tidak bisa cukup berterima kasih untuk tiket Konser itu, Seokjin."
"Oh," reaksi Seokjin pelan dan berjalan ke lemari untuk mengambil beberapa pakaian dalam.
"Itu bukan apa-apa."
"Bagaimana kau bisa mendapatkan tiket itu? Tunggu, aku tidak bisa membiarkanmu membayarnya ... harganya pasti mahal dan ..."
"Sudah kubilang, itu bukan apa-apa," jawab Seokjin sambil mengenakan celana boxer dan kemeja putihnya. "Aku pernah merancang desain rumah CEO agensi mereka dan dia mau membantuku."
"Tidak bisakah aku membayar tiket itu?" Jisoo bertanya.
Seokjin menatapnya dengan serius dan menggelengkan kepalanya. "Apa bagian dari 'itu bukan apa-apa' yang sejauh ini belum kau pahami?"
Jisoo tersenyum pada Seokjin, tidak peduli bahwa Seokjin mulai sebal dengannya. "Terima kasih, sekali lagi. Ini sikap yang sangat manis. Lisa akan sangat senang."
"Apakah kau tidak bersiap-siap ke sekolah?" tanya Seokjin, punggungnya menoleh ke arahnya saat dia selesai berpakaian.
"Ya, dan aku akan membangunkan Suno," kata Jisoo saat meninggalkan kamar, meninggalkan Seokjin dengan pikirannya sendiri.
Seokjin menghela nafas saat mulai mengancingkan kemejanya. Pikirannya selama beberapa hari terakhir ini meluap-luap sampai kesal. Dirinya sangat menikmati aspek fisik dari hubungannya dengan Jisoo. Hell, dirinya sudah selibat begitu lama sehingga hampir yakin telah lupa bagaimana cara berhubungan seks.
Syukurlah, Seokjin masih tahu caranya.
Mengikat dasinya di leher, Seokjin meletakkan jari pucatnya di bawah tanda yang baru saja diberikan oleh Jisoo di lehernya dua malam sebelumnya ketika Jisoo menggunakan bibirnya untuk menyiksa Seokjin sampai di ambang kegilaan erotis ... Seokjin tersenyum mengingat sisi berani Jisoo di tempat tidur. Seokjin tidak akan membohongi dirinya sendiri: Jisoo adalah kekasih yang luar biasa. Wanita itu menerapkan tekad dan keahlian yang sama di tempat tidur seperti yang dia lakukan di semua hal lainnya. Seokjin sungguh seorang bajingan yang beruntung.
Seokjin menutup matanya, menggelengkan kepalanya karena putus asa. Setiap malam setelah ia dan Jisoo menjelajahi tubuh satu sama lain, mereka akan berbaring dengan tenang di samping satu sama lain, menyentuh, membelai, membisikkan kata-kata satu sama lain... itu memalukannya sungguh romantis. Mereka jarang bertengkar hari ini. Mereka bertengkar, ya, tapi tidak sering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Fake Wedding (JinSoo) (Complete)
RomanceKim Seokjin mencintai putranya lebih dari apapun di dunia ini. Jadi, ketika mantan istrinya berencana untuk membawa putranya pergi, Kim Seokjin meminta bantuan orang yang paling tidak mungkin, musuh yang sangat ia benci di Sekolah dulu. Kim Jisoo ha...