Seokjin bersumpah dia baru saja berada di sebuah aula berinterior prancis klasik, ia tengah berbicara dengan seorang seorang laki-laki memakai setelan formal hitam yang sedang menari hula. Atau, apa dirinya justru berada di aula rumah orang tuanya sedang menari tango dengan makhluk seksi yang mengajar di sekolah Suno ... Lina? Lusaa? Lalisa? Itu dia namanya! Lisa.
Oh, tidak ... Seokjin yang bertelanjang dada tengah berada di Kyunggi High School sedang mengelilingi sekitar lapangan bola.
"Appa," bisikan Suno menerobos mimpi aneh yang tengah Seokjin alami. "Appa, bangun."
Seokjin membuka satu mata dan mendapati Suno berdiri di samping tempat tidurnya, mengenakan piyama berbulu dan menepuk lengan ayahnya.
"Kembalilah tidur, Suno," gumam Seokjin sembari menutup matanya dan menenangkan tangan putranya dari tepukan yang tiada henti.
"Tapi Appa ini saatnya bangun," jawab Suno. "Jarum jam menunjuk ke angka tujuh."
Seokjin menggunakan kata kutukan yang sangat kuat di dalam kepalanya dan mengusap matanya. Dia melihat jam dan bertanya-tanya mengapa jam itu tidak berbunyi untuk membangunkannya. Keparat! Ini baru jam 6:59 pagi. Dirinya bisa tidur satu menit lagi! Persetan! Itu pasti bisa menjadi waktu tidur terbaiknya... dan sekarang hilang.
Beberapa detik kemudian jarum jam di atas meja samping tempat tidur mulai berbunyi keras. Bagus sekali.
"Lihat?" Kata Suno, menarik ibu jarinya dari mulutnya, kebiasaan yang mana Seokjin telah berusaha keras untuk menghentikannya. "Waktunya untuk bangun."
Seokjin memaksakan dirinya keluar dari kepompong hangat di tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi, meninggalkan Suno untuk naik ke tempat tidurnya dan meringkuk ke dalam selimut yang hangat.
Seokjin menyelesaikan rutinitas paginya: buang air, mandi, bercukur, menyikat gigi, dan lainnya. Dia berjalan kembali ke kamar untuk menemukan Suno yang kembali tidur. Tipikal Suno. Seokjin membungkuk di atas tempat tidur dan mencium dahi putranya.
Suno berkedip pada ayahnya. Bocah itu tersenyum dan menyembunyikan ibu jarinya yang basah di bawah bantal. "Waktunya bangun, appa."
Seokjin tertawa dan mengacak-acak rambutnya. "Angkat bokong mungilmu, dan pilih pakaian yang ingin kau pakai hari ini."
Suno melompat keluar dari tempat tidur dan berlari ke kamarnya di seberang aula. Seokjin berangkat untuk membuat sarapan untuk mereka berdua: sereal berwarna ceria yang manis dengan susu hangat. Bukan sarapan tersehat, tapi sial... Seokjin telah kehilangan menit berharganya untuk tidur. Dirinya akan membutuhkan gula.
Setelah memandikan Suno dan memakaikannya pakaian rapi, mereka berdua berangkat ke sekolah. Secara praktis Suno mudah diatur pagi ini, dibandingkan dengan gaya lamban pagi sebelumnya.
"Aku akan menunjukkan Leo aku punya T-rex," Suno berbicara. "Aku membawanya didalam tasku."
"Jangan sampai hilang," kata Seokjin. "Itu hadiah dari Halmoni."
"Aku tidak akan pernah melakukan itu, Appa!" Kata Suno dengan mata terbelalak. Astaga, beraninya Appa menyarankan hal yang begitu mengerikan?
"Kau akan berperilaku baik, hari ini kan?" tanya Seokjin.
"Ya," jawab Suno secara otomatis.
"Dan tidak mengisap jempolmu."
Suno tetap diam mendengar tuduhan itu.
"Itu kebiasaan yang menjijikkan, Suno. Sekarang kau berumur empat tahun dan sudah besar. Laki-laki dewasa tidak mengisap jempol mereka."
Ok, Appa ... aku mengerti maksudmu. Astaga. Mengisap jempol sama dengan tidak keren. Oke. Tetapi apakah aku akan menurutinya ...? Tidak sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Fake Wedding (JinSoo) (Complete)
RomanceKim Seokjin mencintai putranya lebih dari apapun di dunia ini. Jadi, ketika mantan istrinya berencana untuk membawa putranya pergi, Kim Seokjin meminta bantuan orang yang paling tidak mungkin, musuh yang sangat ia benci di Sekolah dulu. Kim Jisoo ha...