Sorry semua aku baru update lagi, karena benerapa bulan terakhir aku sangat sibuk. Banyak tugas yg harus aku selesaikan. Sebenarnya aku berencana tidak akan melanjutkan cerita ini. Tapi setelah aku pikirkan lagi, walupun tidak banyak, masih ada yang menunggu jalan cerita ini. So Thank you semua yang selama ini selalu mengikuti cerita ini. 🥲😊Lisa memperhatikan Leo dan Suno yang tengah berdiri di dinding belakang ruang kelas, hidung mereka menyentuh dinding dan tangan yang berada di belakang punggung mereka. Mereka telah dihukum untuk masuk ke dalam ruang tenang karena menaruh cacing tanah di rambut Naeun.
"Sekarang, apakah kalian berdua siap untuk meminta maaf?" Jisoo bertanya, lengannya di dada seolah menunjukkan diri sebagai guru yang ketat dan disiplin.
Kedua bocah itu mengangguk, wajah mereka masih menghadap ke dinding.
"Pergilah dan beri tahu Naeun bahwa kalian sangat menyesal dan kemudian aku ingin kalian berdua duduk selama kelas bermain," kata Jisoo.
Lisa tersenyum ketika Jisoo mendekatinya sembari menggerutu dan mengomel setelah Leo dan Suno pergi menuju Naeun untuk meminta maaf.
"Bukankah itu agak kejam? Tidak ikut dalam kelas bermain ... itu bagian terbaik dari sepanjang hari kegiatan di sekolah!" Lisa tertawa, melipat kakinya di bawahnya.
"Bocah-bocah itu akan menjadi penyebab kematianku," Jisoo menghela nafas. "Dengan kecerdasan Suno dan perusak Leon... yah, kuharap aku berhasil mengajar mereka sampai akhir tahun."
Lisa tersenyum lalu menjadi sangat serius. "Oke, aku tidak bisa menghindar dari topik pembicaraan lagi. Sekarang, kenapa kau tidak memberitahuku bahwa kau mengencani si Hot Daddy? Kupikir kita teman dekat."
Jisoo mengangkat bahu dan mencoba tersenyum malu-malu. "Hubungan kami terjadi secara begitu saja. Kurasa kami hanya tidak ingin menyebarkannya pada siapapun."
Apakah berbohong menjadi kegiatan yang semakin mudah? Aku akan bereinkarnasi menjadi krim wasir jika seperti ini terus. Tidak, aku hanya akan ke neraka ... atau apa pun yang terjadi pada penyihir jahat ketika mereka mati.
"Tapi aku benar-benar berpikir kalian berdua saling membenci," kata Lisa, alisnya yang gelap mengerut di atas matanya.
"Ya, maksudku, dulu kami begitu," ralat Jisoo. "Tapi aku, um, tebak itu ditambahkan pada ... gairah."
Mata Lisa menjadi sangat cerah dan dia tersenyum seperti kucing perisa rumah keluarga Jisoo. "Sudah kuduga! Ya Tuhan, kalian berdua pastilah meledak bersama!"
Oh, Tuhan ... keluarkan gambaran ini dari kepalaku! Jisoo tersenyum lemah, berusaha menjaga otaknya dari penghianatan karena tengah memikirkan bagaimana panasnya dirinya dengan Seokjin jika bercinta. Meledak bersama, tentu saja. Meledak apanya? HA!
"Tolong, ceritakan padaku. Aku sudah terlalu lama sendiri karena penasaran tentang ini. Bagaimana Kim Seokjin?" tanya Lisa memohon.
"Seokjin baik-baik saja. Dia sekarang sedang bekerja."
"Bukan itu, Jisoo. Bagaimana Kim Seokjin di tempat tidur?"
Jisoo merasakan wajahnya menghangat karena malu dan kaget. "Seokjin baik-baik saja. Dia sedang bekerja sekarang," ulangnya.
Lisa tertawa dan duduk di kursinya, sikunya berada di lututnya. "Baik, baik. Aku tidak akan memaksamu. Tapi, wow. Aku masih tidak percaya!"
"Aku juga tidak," kata Jisoo jujur.
"Apa kau sudah memilih gaunmu, belum kan?"
"Belum," Jisoo menjawab pelan, melihat Suno dan Leon duduk di meja mereka, tangan mereka terlipat di atas meja saat mereka menyaksikan anak-anak lain berada di ruang bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Fake Wedding (JinSoo) (Complete)
RomanceKim Seokjin mencintai putranya lebih dari apapun di dunia ini. Jadi, ketika mantan istrinya berencana untuk membawa putranya pergi, Kim Seokjin meminta bantuan orang yang paling tidak mungkin, musuh yang sangat ia benci di Sekolah dulu. Kim Jisoo ha...