Pandangan mata Jisoo menelusuri Rumah keluarga Kim saat ia akan menuju gerbang tinggi pintu masuk rumah mewah itu. Kim Jisoo syock menyadari luas halaman rumah itu hampir seluas lapangan sepak bola."Kau tidak mau keluar," Seokjin berkata setelah sadar Jisoo hanya diam termenung yang tidak berusaha untuk keluar dari mobil.
Jisoo seketika tersadar saat Seokjin berbicara padanya. "Tentu saja aku akan turun." Katanya sambil membuka pintu mobil yang sudah terpakir di depan pintu masuk rumah tapi kedua matanya masih tidak bisa lepas dengan kemegahan taman rumah yang dimiliki keluarga Seokjin yang sangat megah tidak kalah dengan baguanan rumahnya.
"Jangan norak, bersifatlah elegan." olok Seokjin saat melihat Jisoo tanpa berkedip melihat taman asri mewah hijau di rumah mereka.
Jisoo yang mendengarnya hanya mendegus kesal menatap pria itu. "Aku memang belum pernah melihat taman di dalam rumah yang begitu luasnya."
Seokjin hanya tersenyum melihat nada kesal yang keluar dari mulut wanita itu. "Ibuku yang merawat taman itu dan menata semuanya, lobelia, Lobularia Maritima, Portulaka, Fuchsia bahkan Cemara Norfolk mereka adalah salah satu harta terbesarnya sekarang."
Jisoo menatap Seokjin, mengangguk dan berpura-pura tidak kehilangan kosentrasi saat Seokjin mengucapkan nama-nama tanaman yang masih asing ditelinganya. Menjadi Kim Jisoo yang sangat cerdas, Jisoo biasanya akan mengerti.
"Kau pasti sangat suka tempat ini untuk tahu banyak tentang itu," kata Jisoo, berusaha menjaga pembicaraan tetap sopan.
"Aku mengerjakan tesis Arsitectureku di tempat ini."
Jisoo berbalik untuk menatap Seokjin dan hampir tersandung. "Arcitacture? Kau seorang Arsitec?"
"Tunanganku sendiri tidak tahu apa-apa tentangku," respon Seokjin, memegang dadanya berpura-pura sedih. "Ya, aku lulus ujian profesi dan menjadi arsitec berlisensi ketika aku berusia duapuluh empat tahun."
"Mengesankan," kata Jisoo sungguh-sungguh. "Aku pernah membaca bahwa arsitect adalah salah satu pekerjaan dengan bayaran tertinggi."
Seokjin tidak menjawab, tetapi memasukkan tangannya ke dalam saku celana panjang abu-abu gelapnya. Pria itu pergi tanpa mantel atau jubah dan Jisoo mengakui (otaknya yang bodoh dan pengkhianat) bahwa Seokjin tampak sangat bagus dalam setelan itu.
"Aku yakin kau benar-benar mencintai pekerjaanmu karena dengan warisan Keluargamu, kau tidak perlu bekerja seharipun dalam hidupmu," kata Jisoo. Sejujurnya, Jisoo tengah memancing informasi. Karena ini semua, menggelitik keingintahuannya ketika dia tahu bahwa Seokjin bekerja ... mengapa seorang ahli waris perlu bekerja?
"Aku memang mencintai pekerjaanku," Seokjin membenarkan namun tidak menjelaskan.
Jisoo memutuskan untuk menyelamatkan interogasi di lain waktu. Seokjin akan segera kehilangan kesabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amazing Fake Wedding (JinSoo) (Complete)
DragosteKim Seokjin mencintai putranya lebih dari apapun di dunia ini. Jadi, ketika mantan istrinya berencana untuk membawa putranya pergi, Kim Seokjin meminta bantuan orang yang paling tidak mungkin, musuh yang sangat ia benci di Sekolah dulu. Kim Jisoo ha...